Pidato Kultum

Pidato singkat atau kultum kali ini membahas ihwal hakikat Ikhlas dalam Beribadah. Contoh ceramah tersebut tidak diikuti dalil naqli yang diambil dari Al-Qur’an ataupun Hadits nabi, sebab memang dibentuk untuk dikembangkan lebih lanjut.

Ceramah singkat di bawah cocok disampaikan di depan teman-teman sekolah dalam program renungan Islam maupun tampil pada acara keagamaan hari besar Islam ataupun yang semacamnya. Berikut kisi-kisi pidato dengan judul “Hakikat Ikhlas dalam Beribadah“. 
Assalaamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokaatuh..

Yang aku hormati bapak dewan guru, sobat-sahabat seiman dan seagama yang saya cintai.
Untuk memulai jumpa kita lewat mimbar kuliah tujuh menit, marilah terlebih dahulu menyanjungkan puja dan puji syukur kehadirat Allah swt., sebab dengan limpahan rahmat, hidayah serta inayah-Nya sampai ketika ini kita masih ditakdirkan oleh Allah swt menjadi orang akidah dan Islam. Praktis-mudahan lezat iman dan isalm ini betul-betul kita miliki sampi ajal kita.

Shalawat serta salam agar tetap terlimpahkan kepada nabi besar Muhamad saw., sebab beliaulah yang memperjuangkan Islam sampai ke penjuru pelosok dunia, sehigga kita dapat membedakan masalah haq dan yang bathil, sehinggga menjadi muslim, berkat hidayh Allah swt supaya kita tergolong umat beliau saw yang setia mengikuti ajarannya.

Hadirin sekalian yang kami hormati.
Semua orang tentunya mendambakan bahagia dunia alam baka, dan untuk menempuh jalan bahagia tidak hanya ditempuh dengan kalem, bersenang-bahagia, penuh dengan hura-hura, dan banyak sekali hal yang melanggar syariat Islam, akan tetapi haruslah ditempuh dengan jalan ibadah yang dikerjakan sesuai dengan yang diputuskan oleh Allah SWT, baik dalam Al-Qur’an, maupun sunnah Nabi saw. Untuk itu kita berusaha mengelak dari segala yang menyimpang dari syariat Islam.

  Jangan Mengabaikan Dosa Kecil

Kita semua telah sadar dan mengetahui, bahwasannya Allah membuat insan hanyalah semata-mata untuk beribadah terhadap-Nya secara benar dan lapang dada. Namun sayang seribu sayang ada sebagian hamba Allah yang dalam hidupnya menyimpang dari syari’at Islam. Mereka merasa enggan beribadah terhadap Allah. Bahkan kadang sebagian hamba Allah yang beribadah kepada Allah, akan tetapi salah alamat dan tujuan. Mereka mencari tujuan yang keliru, di samping mencari ridha Allah juga mereka ingin mencari keridloan manusia, ingin disanjung, dipuji, dan juga ingin ia menjadi orang yang popularitas. Bila hal seperti ini terdapat pada diri orang yang beriman, maka kita mesti secepatnya sadar dan mengetahui, bahwasannya seseorang beribadah mesti ikhlas semata-mata murni dan ditujukan mengharap ridha Allah swt.

Ketahuilah, bahwasannya ibadah yang cuma diterima oleh Allah hanyalah semata mengharap ridha-Nya dan harus didasari dengan rasa nrimo. Ikhlas memiliki arti melaksanakan aneka macam macam kebaikan hanya mencari ridha Allah dan sesuai dengan syariat Islam. Ibadah yang dijalankan tidak didasari dengan ikhlas, maka akan sia-sia.

Melaksanakan ibadah yang didasari dengan hati yang lapang dada, maka hakekatnya ialah menjalankan segala kebaikan yang tak ingin dilihat, diketahui, terlebih dipamerkan kepada orang lain. Marilah kita menjauhkan perbuatan riya alasannya adalah tindakan tersebut bisa menghancurkan amalan kita yang pada akibatnya akan tidak berguna. Dalam hal ini Nabi saw bersabda:

Empat macam tanda  orang yang riya’ / ciri yang tidak lapang dada karena Allah SWT, yakni:

  • Malas ketika sedang sendirian
  • Sangat tangkas/ giat dihadapan orang banyak
  • Amal ibadahnya meningkat saat disanjung
  • Menurun saat sikap / ibadah dicela.

Untuk itu bagi orang-orang beriman haruslah mengenali bahwa keempat macam sifat itu akan menjerumuskan manusia kepada jalan kehancuran, yaitu siksa neraka. Bila dalam hati seorang beriman dihinggap penyakit riya, maka secepat mungkin diobati, jangan sampai berlarut-larut dalam diri kita.

  Jangan Perhatikan Cela Saudaramu

Hadirin sekalian yang bebahagia.
Adapun yang dikerjakan dan semuanya itu baik-baik namun ada rasa riya’, maka akhirnya nol besar /sia-sia. Untuk itu marilah kita merenung serta koreksi diri masing-masing apakah selama ini dalam hati kita ada penyakit riya’? Bila ada maka secepatnyah untuk dihapus, agar segala kebaikan yang kita kerjakan mendapat pahala dari Allah swt.

Demikianlah sekilas yang mampu kami sampaikan tentang hakikat tulus dalam ibadah lewat mimbar kuliah tujuh menit, dengan harapan biar segala kebaikan kita senantiasa diterima Allah swt. Dan gampang-mudahan pula kita dilindungi dari tindakan riya’ yang berakibat merusak amal kebaikan.

Kurang lebihnyah kami mohon maaf.
Billahit taufik walhidayah. Wasalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.