close

Pesan Tersirat Allah Turunkan Penyakit

Untuk saudaraku yang sedang sakit di pembaringan, aku berdo’a biar Allah SWT secepatnya memberi kesembuhan dan menganugerahkan hidayah terhadap Anda semua. 

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَاب الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُون  فِي خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلًا سُبْحَانَك فَقِنَا عَذَابَ النَّار
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat gejala orang yang bakir, (adalah) orang-orang yang mengenang Allah sambil bangun atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka menimbang-nimbang ihwal penciptaan langit dan bumi (seraya berkata):” Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia Maha suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (QS Al Imran:3:190)
Semoga Anda termasuk dalam kalangan orang yang cendekia sebagaimana firman Allah di atas.
Mungkin Anda sedang mengalami sakit pada persendian, betapa aku ikut mencicipi pedihnya derita Anda, hendak jongkok sulit, dudukpun tidak bisa bertahan usang bahkan tersentuh airpun terasa  ngilu dan nafas menjadi pendek. Ketika matahari terbit agak terasa nyaman serasa ingin secepatnya berjemur menikmati hangatnya matahari pagi, setelah semalaman tidak bisa tidur.
 Untuk saudaraku yang sedang sakit di pembaringan Hikmah Allah Turunkan Penyakit
Meskipun fisik yang menjadi target tembak ujian namun sebetulnya jiwa yang terkena, alasannya adalah jiwa inilah yang bisa mengkomunikasikan rasa sakit kepada isteri/suami kita, anak tetangga dan handai taulan kerabat kita. Bila waktu sholat tiba dengan berat rasanya tubuh  memenuhi panggilan tersebut, mungkin bagi mereka yang tidak pernah berbakti terhadap-Nya  hari-hari dilalui dengan penuh  sumpah serapah yang intinya tidak rela badan ini sakit. Pendek kata lebih baik kehilangan semua harta benda untuk ditukar dengan sehat jikalau ada ajuan demikian.
Pertanyaan besar akan menyelimuti kita,bahwa mengapa Allah SWT menurunkan penyakit pada diri kita?  Oleh alasannya adalah itu mari kita merenung sejenak menimbang-nimbang hikmah apa yang tekandung di balik ujian ini !
1). Sakit menyadarkan  betapa nikmatnya sehat.
Tahukah Anda bahwa Allah membuat fenomena di jagat raya ini senantiasa berpasang-pasangan,sebagaimana Ia berfirman;
سُبْحَانَ الَّذِي خَلَقَ الْأَزْوَاجَ كُلَّهَا مِمَّا تُنْبِتُ الْأَرْضُ وَمِنْ أَنْفُسِهِمْ وَمِمَّا لَا يَعْلَمُونَ
“Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka pahami” (QS Yasiin [36]:36).
Di antara pasangan itu ialah sehat berpasangan dengan sakit. Kita tidak akan pernah merasakan nikmatnya sehat jika belum mencicipi sakit. Setelah kita diberi ujian yang berupa sakit, kita sadar bahwa ternyata nikmat sehat itu betul-betul nikmat yang luar biasa.  Dengan sehat kita mampu beraktivitas  mencari nafkah keperluan hidup maupun beribadah dengan sempurna dan yang lebih penting lagi mampu kita pergunakan untuk memajukan ketaqwaan kita. Rasul bersabda; 
إغتنمْ صِحَتَكَ قَبْلَ سَقمِكَ
”Manfaatkanlah sehatmu sebelum sakitmu”.(HR Al Hakim dan Baihaki)
2). Sakit merupakan ”peluit” kematian
Hampir semua maut diawali dengan sakit. Yakni selaku terjadinya penurunan fungsi organ tubuh. Bermacam bentuk penurunan itu, ada yang diawali dari turunnya fungsi ginjal, paru-paru, meningkatnya kadar kolesterol atau kadar gula dalam darah, kelainan jantung, bisul pencernaan, pendek kata beribu jalan Allah SWT menentukan dari mana proses ajal itu berawal. Dia berfirman ;
أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكُكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ
”Dimana saja kamu berada kematian akan mendapatkanmu, kendatipun kau di dalam benteng yang tinggi dan kuat.” (QS An Nisaa’[4] :78)
Jadi maut manusia itu sebuah yang pasti dan mutlak merupakan hak Allah SWT yang menentukannya. Sakit hendaknya menyadarkan kita bahwa tidak usang lagi maut akan menjemput kita, apalagi bagi mereka yang sudah berusia di atas 50 tahun. Maka sakit dapat kita ibaratkan sebagai perayaan atau ”peluit” akhir hayat.
Rasa sakit ketika menghadapi sekaratul maut sangat luar biasa, ada yang melukiskan bagaikan onta masuk ke dalam lubang jarum, ada lagi yang melukiskan bagaikan dicabutnya pohon berduri yang dimasukkan ke dalam perut insan, lantas setiap duri itu mengait urat kemudian ditarik oleh seorang yang sangat besar lengan berkuasa kemudian terputuslah urat yang mampu putus dan tersisalah apa yang tidak mampu putus.
Maka dari itu saat Nabi Isa AS diuji oleh kaumnya agar membangkitkan orang yang sudah mati, di bangkitkanlah orang yang telah mati dalam kubur sehabis 4000 tahun. Dan ditanya ”Bagaimana rasanya menghadapi akhir hayat?” orang itu menjawab, ”Sakitnya masih terasa hingga sekarang.” Dalam kisah lain disebutkan bahwa kebanyakan dari mereka yang telah berada dalam kubur ketika ditanya agar hidup lagi di dunia mereka menolak alasannya tidak mau menghadapi sakitnya sekaratul ajal. Kecuali para mujahid, mereka tidak pernah mencicipi sakit bahkan mereka ingin mengulang lagi perjuangannya di dunia ini.
Namun betapapun sakitnya, seharusnya ajal tidak perlu kita takutkan bila kita telah waspada dan siap menyambutnya. Allah berfirman;
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى
”Sungguh betul-betul mujur bagi orang yang sudah menyucikan diri (dengan beriman), dan mengenang nama Tuhannya, lalu beliau sholat.” (QS Al ’Alaa [87]:14-15).
Maka saat menghadapi sekaratul maut orang demikian akan menerima hiburan dari ”malaikat” dengan kalimat yang menghibur, yakni

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُون نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةَِ
”Sesungguhnya orang yang mengatakan:”Tuhan kami yaitu Allah”, kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka Malaikat akan turun kepada mereka seraya berseru:”Janganlah kau merasa takut dan kamu bersedih, sebaliknya bergiranglah dengan sorga yang telah dijanjikan untukmu. Kamilah pelindungmu dalam kehidupanmu di dunia dan di alam baka”. (Al Fushilat [41]:30-31 ).
Semoga sakit yang kita derita hanyalah sebagai peluit kematian sehingga dikala Allah SWT mengembalikan kesehatan kita, kita secepatnya bergegas untuk mebersihkan diri dari kotoran jiwa kita. Pendek kata senyampang ajal belum menjemput kita mari kita sucikan dhohir maupun bathin kita. 
Orang yang menyadari bahwa sakit itu merupakan warning atau “peluit” kematian, pasti beliau tidak akan main-main memainkan hidup ini. Nabi bersabda bahwa  orang yang senantiasa mengenang akhir hayat dan sekuat tenaga mepersiapkan kondisi yang sudah pasti tersebut dia termasuk orang yang cendekia.
الكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفسَهُ وَعَمِلَ لمَا بَعْدَ المَوْت
“Orang yang berilmu adalah orang yang mengihitung-hitung (kekurangan ) dirinya dan beramal untuk bekal nanti sehabis mati ( HR Ahmad, Tarmizi, Ibn Majah dan Al Hakim) 2
Di hadis lain rasul menyampaikan bahwa ihwal hal ajal bahu-membahu merupakan pokok daripada ilmu.
3). Sakit merupakan rahmat Allah SWT.
Sakit ialah bentuk kasih sayang Allah kepada hambanya,
مَنْ يُردِ اللهُ بِهِ خَيْراً يُصبْ منْهُ
“Barang siapa dikehendaki Allah kebaikan maka Dia akan menimpakan  ujian  padanya.(HR Bukhori dari Abu harairah).3
Anda sangat beruntung sebab Allah telah memperlihatkan sakit, sehingga Anda mampu merasakan nikmatnya sehat. Dan nyaris tidak ada orang yang tidak diuji dengan sakit. Sakit bukanlah kehendak insan, tidak ada orang yang bermaksud sakit. Bahkan Allah melarang hambanya untuk menganiaya diri. Maka dari itu ketika Allah SWT menimpakan sakit pada hambanya bersama-sama itu Dia menaburkan kasih sayangnya kepada manusia. Nabi bersabda bahwa orang yang menerima bencana alam sakit itu dosanya dihapuskan laksana gugurnya daun dari sebuah pohon.  Sebagaimana Nabi bersabda;
ماَ مِنْ مُسْلِمِ يُصيْبُهُ أذًى إلاَّ حَاتَّ اللهُ عَنْهُ خَطَاياهُ كَمَا تَحاتُّ وَرَقُ الشَّجَرِ
“Tidaklah seorang muslim ditimpa penyakit keuali Allah menggugurkan dosa-dosanya mirip gugurnya daun pada pohon (HR Buchori)
Maka peran berikutnya hamba pasca sakit sebaiknya mempertahankan kesucian tersebut. Inilah saat-saat yang baik untuk melakukan muhasabah. Apakah kita sebelumnya banyak melaksanakan maksiat, baik lewat lesan maupun langkah-langkah, mengumbar hawa nafsu, menjadi budhak dunia, sering melaksanakan kepalsuan, menjadi budhak nafsu, melewatkan kewajiban, masih menguasai hak orang lain atau menyakiti sesama hamba Allah atau makhluk Allah lainnya sebelum Allah menurunkan sakit terhadap kita? Maka mulai dikala Allah SWT mengembalikan kesehatan kita, mari kita tinggalkan aneka macam bentuk maksiat tersebut,  manfaatkan sebaik mungkin hidup ini supaya tidak menyimpang dari jalan kebenaran.
Jika kita tidak bisa mengambil potensi tersebut memiliki arti kita tergolong orang yang rugi, termasuk orang yang tidak cendekia dan termasuk orang yang tidak mendapat hiburan para malaikat saat menghadapi sekaratul maut. Na’udzubillahi min dzalika.
Demikian Penjelasan Tentang Hikmah Allah Turunkan Penyakit yang mampu penulis sampaikan, supaya berguna bagi pembaca sekalian dan utamanya diri penulis sendiri.  Amiin.
PUSTAKA
Al Qur’an Karim
1  Imam Suyuti. _______. Al Jaamingush Shogir. Juz I
            Maktab  Dar Ihya Alkitab  Arabiyah. Indonesia.
            Hal. 47.
1ª  Nashr Al Faqih.  1995.  Tanbihul Ghfilin.  Diterjemah
            oleh Achmad Sunarto.  Balai Buku.  Surabaya.
            Juz I. Hal 30 -50
2  Imam Suyuti. _______. Al Jaamingush Shogir. Juz II
            Maktab  Dar Ihya Bibel  Arabiyah. Indonesia.
            Hal. 98.
3,4  Al-Buchori, Al-Sindi. 2011.  Shohih Al Bukhari  Dar
           Al Kotob Al Ilmiyah.  Lebanon. Edisi 5. Juz 4.
           Hal. 4