close

Perwira Lumpuh yang Selalu Bertawakal Kepada Allah (Bagian 2)

Lanjutan dr Perwira Lumpuh yg Selalu Bertawakal Pada Allah

Saya pergi ke Inggris & tinggal di sana selama empat bulan, kemudian saya kembali ke Saudi.

Setibanya di Arab Saudi secepatnya saya mendatangi cowok tersebut, akan namun ternyata ia telah dipindahkan ke cuilan perawatan khusus.

Saya amat gembira mendengar gosip tersebut karena pasien yg dipindahkan ke belahan tersebut bermakna ada cita-cita untuk sembuh.

Saya secepatnya mendatanginya di penggalan tersebut, sesampainya di sana saya mendapatinya duduk di atas bangku roda, saya mengucapkan salam & menayakan kabarnya, ia menjawab,

“Alhamdulillah, saya sudah bisa menggerakkan kakiku.”

Kemudian saya harus pergi ke Inggris & tinggal di sana selama lima bulan lagi. Sekembalinya dr Inggris, pertama kalinya saya menunaikan shalat Zhuhur di rumah sakit.

Ketika saya keluar dr dlm masjid tiba-tiba saya dengar seseorang mengundang, “Abu Muhammad, Abu Muhammad.”

Segera saya menoleh & ternyata orang yg memanggilku yaitu pemuda tersebut, ia sudah berjalan di atas kedua kakinya, saya secepatnya bersyukur pada Allah, meskipun nampak di sana ia agak pincang.

Saya menanyakan keadaannya, pula perihal kesatuannya apakah bisa menerimanya kembali jika ia dlm kondisi mirip ini?

Ia menjawab,

“Alhamdulillah, sebelum terkena penyakit ini gue telah mengajukan acara studi internal –delegasi kesatuan- untuk fakultas teknik. Alhamdulilah persetujuannya gres saja saya terima, maka insya Allah saya akan belajar di fakultas teknik seminggu lagi.

Setelah menyelesaikan kuliah tersebut saya akan kembali ke kesatuan jika kondisi saya dengan-cara klinis maupun dengan-cara militer memungkinkanku untuk bergabung lagi.

Jika tak maka saya akan mengajukan surat pengunduran diri lalu akan menempuh karier baru dgn ijazah tehnikku tersebut.

  Ja’far bin Abi Thalib, Wajah dan Akhlaknya Menyerupai Nabi

Delapan tahun kemudian, perjaka tersebut menghubungiku & menyampaikan bahwa kakeknya terkena penyakit jantung, ia ingin agar saya memeriksa kakeknya.

Setelah membuat kesepakatan waktu yg tepat, balasannya kakeknya tiba bersamanya, ia datang sebagai perjaka yg gagah dgn seragam kesatuannya, sama sekali tak ada citra bahwa ia pernah tertimpa penyakit yg begitu parah.

Selamat atas kesembuhan dr Allah Ta’ala, atas kesabarannya, atas pengharapannya & keimanannya pada takdir Allah.

Semoga kita tergolong dlm orang-orang yg senantiasa bertawakal pada Allah. Amin.

[Abu Syafiq/Wargamasyarakat]