Pernah dengar anak kolong?

Nah, dulu saya ini salah satu modelnya. Asli totok. Garnisun divisi II Magelang (ucapkan: Mak Helang). Bukan divisi TNI dong. Kan aku sudah bilang: Makara KNIL. Jelas kolonial, mana mampu tidak. Papiku loitenant keluaran Akademi Breda Holland. Jawa! dan Keraton! Semula tergabung dalam Legiun Mangkunegara. Tetapi Papi minta biar dimasukkan ke dalam slagorde langsung di bawah Sri baginda Neerlandia saja; Raja Wilhelmina kala itu. Tidak usah dibawahi raja Jawa. Terus jelas Papi membenci pada raja-raja Inlander, walaupun konon salah seorang nenek canggah atau gantung siwur berkedudukan selir keraton Mangkunegara. Soalnya, Papi suka hidup bebas versi Eropa dan barangkali itulah sebabnya juga, ibu kandungku seorang nyonya yang, berdasarkan babu-babu pengasuhku, totok Belanda Valendard sana. Tetapi telah pagi-pagi saya tidak yakin. Itu akhir kesalahan kawan-kawan sepermainan di garnisun, ya belum dewasa kolong yang tersohor kasar dan tak tahu adat itu; yang blak-blakan sering mengindoktrinasi bahwa saya ini anak Jawa Inlander belaka. Sama mirip mereka. Makanya jangan sok dan sebagainya,. Dan kulit Mamiku putih langsep mulus: nah itu justru bukti Mami bukan totok. Sebab orang Belanda berkulit merah bletong-bletong seperti genjik anak babi. Keterangan mitra-kawanku brandal itu bahkan membuatku gembira, ….

Tokoh ‘saya’ dalam belahan novel berwatak ….
orang yang bangga dengan latar belakang orangtuanya

Tokoh “saya” tokoh yang bangga akan asal-seruan keluarganya, tertera kulit Mamiku kulit putih langsat mulus, nah itu justru mami bukan totok.

  Tujuan Dibuatnya Teks Petunjuk