Perkembangan Sosiologi Secara Umum Di Indonesia – Dengan membaca pembahasan ini, dibutuhkan mahasiswa mampu mengetahui sejarah kelahiran dan pertumbuhan sosiologi baik utamanya di Indonesia.
Daftar Isi
Daftar Isi
Perkembangan Sosiologi Secara Umum di Indonesia (Lengkap)
Mari kita bahas kemajuan sosiologi dibawah ini dengan seksama.
Sejarah Perkembangan Sosiologi
Sebagai sebuah disiplin ilmu akademis, sosiologi masih berumur relatif muda adalah kurang dari 200 tahun. Kata sosiologi pertama kali diciptakan oleh Auguste Comte sehingga Comte sering disebut sebagai Bapak Sosiologi.
Istilah sosiologi ia tulis dalam karya terutama yang berjudul The Course of Positive Philosophy, yang terbit pada tahun 1838. Karyanya menggambarkan sebuah komitmen kuat kepada sistem ilmiah. Menurut Comte ilmu sosiologi mesti menurut pada observasi dan pembagian terstruktur mengenai sistematis, dan bukan pada kekuasaan dan spekulasi. Ketika itu hal ini merupakan inspirasi.
Herbert Spencer di Inggris menerbitkan bukunya Principle of Sociology pada tahun 1876 yang terdiri dari penerapan teori evolusi organik pada masyarakat dan menyebarkan teori besar ihwal “evolusi sosial” yang diterima penduduk secara luas beberapa puluh tahun yang hendak datang.
Lester F. Ward di Amerika mempublikasikan bukunya Dynamic Sociology pada tahun 1883, yang menghimbau pertumbuhan sosial melalui banyak sekali langkah-langkah sosial yang pintar dan harus diarahkan oleh para sosiolog.
Perkembangan Sosiologi
Emile Durkheim dari Perancis didalam bukunya Rules of Sociological Method yang terbit pada tahun 1895, memperlihatkan pentingnya metodologi ilmiah dalam sosiologi dan menggambarkan metodologi yang kemudian dilanjutkan penelaahannya dalam bukunya yang berjudul Suicide yang terbit pada tahun 1897.
Dalam Buku itu memuat wacana penyebab bunuh diri, pada mulanya dia merencanakan desain risetnya yang lalu menghimpun banyak data tentang karakteristik orang yang melaksanakan bunuh diri, dari data tersebut dia menawan sebuah kesimpulan berbentukteori tentang bunuh diri.
Para sosiolog Amerika pada umumnya berasal dari pedesaan dan kebanyakan berasal dari para pekerja sosial, sedangkan sosiolog dari Eropa sebagian besar berasal dari bidang-bidang sejarah, ekonomi politik dan filsafat.
Urbanisasi dan industrialisasi yang terjadi di Amerika pada tahun 1900-an telah menciptakan persoalan-duduk perkara sosial. Hal inilah yang mendorong para sosiolog Amerika untuk mencari bagaimana solusinya.
Mereka melihat sosiologi mampu dijadikan pemikiran ilmiah untuk kemajuan sosial. Sehingga terbit edisi permulaan American Journal of Sociology isinya sedikit yang mengandung artikel atau riset ilmiah, namun banyak berisi tentang perayaan dan pesan tersirat balasan dari urbanisasi dan industrialisasi.
Sebagai salah satu teladan dari sebuah postingan yang terbit pada tahun 1903an yang berjudul The Social Effect of The Eight Hour Day sama sekali tidak mengandung data aktual atau eksperimental. Akan namun lebih terdiri dari manfaat sosial dari hari kerja yang lebih pendek.
Namun pada tahun 1930-an beberapa jurnal sosiologi yang ada lebih memuat ihwal postingan riset dan deskripsi ilmiah. Sosilogi yang kemudian menjadi suatu pengetahuan ilmiah dengan teori yang berdasarkan pada obeservasi ilmiah, bukan hanya pada spekulasi-spekulasi.
Para sosiolog tersebut pada dasarnya, mereka adalah jago filsafat sosial. Mereka mengajak para sosiolog yang lain semoga dapat menghimpun, menata, dan mengkelompokkan data faktual, dan dari kenyataan-realita yang diperoleh itu disusun teori sosial yang bagus.
Sosiologi dan Pengetahuan
Manusia diciptakan sebagai mahluk yang paling sempurna. Sejak lahir Tuhan mengkaruniakan nalar budi pada insan. Akal budi ini diciptakan untuk berfikir. Dengan fikirannya insan mampu memperoleh (ilmu) pengetahuan; dengan kehendaknya manusia mampu mengarahkan segala perilakunya; dan dengan perasaannya insan mampu meraih kebahagiaan.
Adapun fasilitas untuk menerima ilmu pengetahuan dinamakan akal. Logika menawarkan bagaimana manusia mampu berfikir secara tepat dengan berpedoman pada ide yang benar. Ketika kita telah mengenali batas-batas dari sosiologi, maka muncullah suatu pertanyaan apakah sosiologi merupakan suatu ilmu wawasan atau bukan?
Para pencetus sosiologi, sejak dulu telah menilai sosiologi merupakan salah satu ilmu pengetahuan. Untuk mengungkap kebenarannya tentunya kita harus mengenali dahulu apa yang disebut ilmu pengetahuan?
Ilmu wawasan ialah knowledge (wawasan) yang tersusun secara sistematis dengan menggunakan ketajaman pemikiran, dan pengetahuan itu mampu terkontrol oleh orang lain. Ilmu pengetahuan mampu dirumuskan kalau mempunyai komponen-unsur yang menjadi satu kesatuan, yaitu:
- Knowledge (pengetahuan)
- Sistematis susunannya
- Metode aliran yang digunakannya
- Obyektif sifatnya.
Pengetahuan adalah kesan yang ada dalam asumsi insan sebagai hasil penggunaan panca inderanya, contohnya: wawasan berbagai jenis busana, pengetahuan perihal bebauan parfum, wawasan perihal cara pembuatan tahu.
Sistematis berarti berdasarkan urutan dari banyak sekali unsur yang ialah satu kesatuan, sehingga akan terlihat jelas apa yang merupakan garis besar dari ilmu pengetahuan yang berhubungan.Tidak semua pengetahuan merupakan sebuah disiplin ilmu, cuma saja pengetahuan yang tersusun sistematis yang ialah ilmu pengetahuan. Sistem tadi ialah sebuah konstruksi yang teratur sehingga ialah kesatuan yang terangkai.
Menggunakan pedoman: ilmu pengetahuan yang tersusun sistematis dengan memakai kekuatan pedoman, selalu dapat ditelaah dengan kritis (obyektif).
Apabila sosiologi memenuhi rumusan-rumusan tersebut maka sosiologi ialah suatu cabang ilmu selama sosiologi tersebut menyebarkan suatu kerangka pengetahuan yang tersusun dan teruji menurut pada observasi ilmiah. Selama sosiologi itu meninggalkan mitos dan angan-angan, dan kesimpulannya berdasarkan pada bukti-bukti ilmiah maka sosiologi yakni sebuah ilmu.
Ilmu Pengetahuan dikelompokkan menjadi dua macam:
Ilmu Pengetahuan murni (pure science)
Yang bertujuan untuk membentuk dan berbagi ilmu wawasan secara abstrak, untuk mengoptimalkan mutunya, tanpa menggunakannya langsung dalam masyarakat.
Sosiologi bertujuan untuk mendapatkan banyak sekali fakta dalam masyarakat yang mungkin dapat dipakai untuk mememecahkan problematika dalam masyarakat. Namun hal itu bukanlah mempunyai arti bahwa sosiologi tidak berkhasiat bagi penduduk .
Ilmu Pengetahuan Terapan (applied science)
Merupakan ilmu wawasan yang maksudnya mempergunakan dan menerapkan ilmu pengetahuan tersebut dalam penduduk . Misalnya: ilmu wawasan ihwal banyak sekali macam seni, sebagaian besar orang gunakan dan diterapkan langsung.
Perkembangan Sosiologi di Indonesia
Sejak zaman kerajaan di Indonesia para raja dan pemimpin di Indonesia telah mempraktikkan bagian-unsur sosiologi dalam kebijakannya. Misalnya Sri Paduka Mangkunegoro dari Surakarta yang menciptakan Ajaran Wulang Reh, yang didalamnya mengajarkan tata relasi antara anggota masyarakat Jawa yang berasal dari kelompok-kelompok berlawanan, banyak mengandung komponen-bagian sosiologi, utamanya dalam korelasi antar golongan (intergroup relations).
Ki Hajar Dewantara, yaitu pencetus utama pendidikan nasional di Indonesia, yang menunjukkan dukungan di bidang sosiologi khususnya yang berkenaan dengan aneka macam rancangan kepemimpinan dan kekeluargaan di Indonesia yang di praktikkan dengan kasatmata dalam organisasi pendidikan Taman Siswa.
Sosiologi pada ketika penjajahan belanda dianggap sebagai Ilmu yang menolong aneka macam ilmu wawasan lainnya. Dengan kata lain Sosiologi pada era itu belum dianggap penting untuk dipelajari dan dipergunakan selaku salah satu ilmu pengetahuan.
Sejarah Sosiologi di Indonesia
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, seorang sarjana Indonesia adalah Soenario Kolopaking, pertama kalinya menunjukkan kuliah sosiologi (1948) pada Akademi Ilmu Politik di Yogyakarta (yang lalu menjadi suatu Fakultas Sosial dan Ilmu Politik UGM).
Dalam sebuah buku yang berjudul “Sosiologi Indonesia” karya Djody Gondokusumo, memuat beragam pemahaman elementer dari Sosiologi teoritis dan bersifat Filsafat. Selanjutnya buku berjudul “Sosilogi Untuk Masyarakat Indonesia” karangan Hassan Shadily yang menampung materi-materi sosiologi yang modern dan merupakan buku pelajaran pertama kali menggunakan bahasa Indonesia.
Para pengajar sosiologi teoritis filosofis lebih banyak mempergunakan terjemahan dari berbagai buku karya P.J. Bouman, yaitu antara lain: Algemene Maatschapppijleer dan Sociologie, Bergrippen en Problemen serta buku Lysen yang berjudul Individu en Maatschapppij.
Buku-buku Sosiologi lainnya adalah Sosiologi Suatu Pengantar Ringkas karangan Mayor Polak, seorang warga Negara Indonesia mantan anggota Pangreh Praja Belanda. Yang mana ia sudah menerima pelajaran sosiologi sebelum perang dunia kedua di universitas Leiden Belanda. Beliau juga yang menulis buku berjudul Pengantar Sosiologi Pengetahuan, Hukum dan Politik yang diterbitkan pada tahun 1967.
Penelitian sosiologi di Indonesai belum mendapat kawasan yang sepatutnya, jadinya masyarakat masih sungguh yakin kepada angka-angka yang mutlak, padahal sosiologi tidak akan mungkin melakukan hal mutlak, sebab masyarakat Indonesai meliputi beragam suku didalamnya.
Itulah sedikit Perkembangan Sosiologi Secara Umum di Indonesia (Lengkap) yang mampu anda simak, supaya dapat berguna untuk anda. Terimakasih.