Peristiwa Rengasdengklok: Latar Belakang & Kronologis – Rengasdengklok selalu jadi bahan percakapan utamanya menjelang HUT Kemerdekaan Indonesia. Rengasdengklok sesungguhnya adalah nama suatu kota kecil di Jawa Barat. Rengasdengklok menjadi mempesona karena menjadi kepingan dr sejarah Proklamasi Indonesia. Di kota inilah kedua pemimpin Bangsa Indonesia ditempatkan setelah melalui peristiwa “penculikan” oleh para pemuda di Jakarta. Peristiwa itulah yg umum dikenal dgn nama Peristiwa Rengasdengklok, yg terjadi sehari sebelum Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Pada potensi ini, kami akan menceritakan kembali seputar peristiwa Rengasdengklok. Uraiannya kami bagi menjadi dua penggalan, yaitu latar belakang terjadinya peristiwa Rengasdengklok & kronologis jalannya kejadian itu, selamat membaca.
Daftar Isi
Peristiwa Rengasdengklok: Latar Belakang & Kronologis
Monumen Rengasdengklok |
Latar Belakang Peristiwa Rengasdengklok
Peristiwa Rengasdengklok merupakan insiden penting yg mendorong percepatan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Kejadian ini pula memperlihatkan konflik & perbedaan pertimbangan antarkelompok, terutama golongan renta & golongan muda dlm menentukan waktu proklamasi. Namun, pertentangan tersebut rampung dgn perilaku saling menghargai di antara mereka. Tanpa kiprah golongan muda, Indonesia mungkin belum memproklamasikan secepat itu. Hal itu memperlihatkan bahwa para cowok Indonesia mampu merespon keadaan dengan-cara sigap. Para perjaka pun tetap menghormati golongan bau tanah, dgn tetap memerhatikan para tokoh yg perlu dihormati.
Para cowok beropini bahwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia mesti dilaksanakan oleh kekuatan bangsa sendiri, bukan oleh PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Menurut mereka, PPKI adalah bikinan Jepang sesudah mendengar Jepang menyerah pada sekutu, Sutan Syahrir yg merupakan tokoh cowok secepatnya menemui Moh. Hatta di kediamannya. Syahrir mendesak agar Ir. Soekarno & Drs. Moh. Hatta yg dapat disebut golongan bau tanah belum bersedia. Mereka yakin bahwa bagaimanapun Indonesia tak lagi tetap akan merdeka.
Pada Rabu, 15 Agustus 1945 sekitar jam 20.00, para cowok mengadakan konferensi di sebuah ruangan di belakang Laboratorium Biologi Pegangsaan Timur 17 (kini FKM UI). Pertemuan dihadiri oleh Chaerul Saleh, Darwis, Djohar Nur, Kusnandar, Subadio, Subianto, Margono, Aidit Sunyoto, Abubakar, E. Sudewo, Wikana, dan Armansyah.
Pertemuan yg dipimpin Chairul Saleh tersebut menetapkan bahwa “kemerdekaan Indonesia yaitu hak & soal rakyat Indonesia sendiri, tak mampu digantung-gantungkan pada orang atau kerajaan lain. Untuk menyatakan bahwa Indonesia sudah sanggup merdeka, & sudah tiba saat merdeka, baik berdasarkan kondisi atau kodrat maupun histroris. Dan jalannya cuma satu, yaitu: dgn proklamasi kemerdekaan oleh bangsa Indonesia sendiri, lepas dr bangsa gila, bangsa apapun juga”. Segala ikatan & relasi dgn janji kemerdekaan dr Jepang harus ditentukan. Sebaliknya dibutuhkan diadakannya negosiasi dgn Soekarno & Hatta supaya mereka diikutsertakan menyatakan Proklamasi mengenang usaha Sutan Syahrir belum berhasil.
Untuk memberikan hasil putusan Perundingan Pegangsaan ini pada Soekarno, maka pada pukul 22.00 Wikana & Darwis tiba ke rumah Sukarno di Pegangsaan Timur 56. Namun Soekarno tetap pada pendiriannya bahwa Jepang masih berkuasa dengan-cara de facto. Soekarno bahkan mengingatkan bahwa musuh mereka bukan lagi Jepang, tetapi Belanda yg pasti segera datang setelah Jepang menyerah. Akhirnya pada pukul 24.00 para pemuda meninggalkan kediaman Soekarno. Akibat perbedaan tersebut, maka terjadilah peristiwa Rengasdengklok.
Mereka langsung mengadakan konferensi di Jl. Cikini 71 Jakarta (mirip Sukarni, Yusuf Kunto, Chairul Saleh, & Shodanco Singgih). Rapat memutuskan, mirip diusulkan Djohar Nur, “Segera bertindak, Bung Karno & Bung Hatta mesti kita angkat dr rumah masing-masing” . Chaerul Saleh yg memimpin rapat, menegaskannya sebagai keputusan rapat dgn berkata, “Bung Karno & Bung Hatta kita angkat saja. Selamatkan mereka dr tangan Jepang & jalankan Proklamasi tanggal 16 Agustus 1945.” Rencana mengamankan Sukarno & Moh. Hatta pun disepakati. Shodanco Singgih ditunjuk untuk memimpin pelaksanaan rencana tersebut.
Kronologis Peristiwa Rengasdengklok
Pada dinihari sekitar pukul 03.00 itu terjadilah sepeti yg mereka rencanakan. Peristiwa ini kemudian populer selaku Peristiwa Rengasdengklok. Segera golongan yg diberi peran mengamankan Soekarno melakukan tugasnya. Singgih meminta Bung Karno ikut kalangan Pemuda malam itu juga. Bung Karno tak menolak keingingan para perjaka & minta biar Fatmawati, Guntur (waktu itu berusia sekitar delapan bulan) serta Moh. Hatta ikut serta. Menjelang subuh (sekitar 04.00) tanggal 16 Agustus 1945 mereka secepatnya menuju Rengasdengklok. Perjalanan ke Rengasdengklok dgn penjagaan tentara Peta dilaksanakan sehabis makan sahur, alasannya waktu itu memang bulan Puasa.
Para cowok menentukan Rengasdengklok sebagai tempat menenteng Soekarno & Moh. Hatta dgn pertimbangan bahwa tempat itu relatif aman. Hal itu karena ada Daidan Peta di Rengasdengklok yg keterkaitannya sangat bagus dgn Daidan Jakarta. Para cowok menyadari Soekarno & Moh. Hatta adalah tokoh penting sehingga keselamatannya mesti dijaga. Jarak Rengasdengklok, sekitar 15 km dr Kedunggede, Kerawang. Sesampainya di Rengasdengklok, Sukarno & Rombongan diposisikan di rumah seorang keturunan Tionghoa Djiaw Kie Siong. Beliau yaitu seorang petani kecil keturunan Tionghoa yg merelakan rumahnya ditempati oleh para tokoh pergerakan tersebut. Rumah Djiaw Kie Siong berlokasi di RT 001/09 Nomor 41 Desa Rengasdengklok Utara, Kecamatan Rengasdengklok, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Rumah Djiaw Kie Siong |
Para pemuda berharap tanggal 16 Agustus 1945 itu Bung Karno & Bung Hatta bersedia menyatakan Proklamasi Kemerdekaan. Ternyata Sukarno tetap pada pendiriannya. Soekarno tak memenuhi ultimatum para cowok yg menghendaki proklamasi kemerdekaan tanggal 16 Agustus. Namun, para perjaka inipun tak memaksakan kehendak. Mereka mengamankan kedua tokoh itu agar bisa berdiskusi dengan-cara lebih bebas, & sedikit memberikan tekanan tanpa bermaksud menyakiti kedua tokoh.
Pada 16 Agustus 1945 semestinya diadakan konferensi PPKI di Jakarta, namun Soekarno & Moh. Hatta tak ada di tempat. Ahmad Subarjo segera mencari kedua tokoh tersebut. Setelah berjumpa Yusuf Kunto dan kemudian Wekana terjadilah kesepakatan, Ahmad Subarjo diantara ke Rengasdengklok oleh Yusuf Kunto. Mereka tiba di Rengasdengklok pukul 17.30 WIB. Kemudian Ahmad Subarjo mengatakan pada para cowok & memberikan jaminan, bahwa proklamasi akan dilaksanakan tanggal 17 Agustus sebelum pukul 12.00. Akhirnya Shodanco Subeno mewakili para cowok melepas Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, & rombongan kembali ke Jakarta, maka berakhirlah Peristiwa Rengasdengklok.
Sekian uraian ihwal Peristiwa Rengasdengklok: Latar Belakang & Kronologis, mudah-mudahan berfaedah.