Peribahasa Bahasa Indonesia Bagian 7

Peribahasa Bahasa Indonesia

Bagai katak dalam tempurung
Orang yang wawasannya tidak terlalu luas. la tidak tahu situasi lain, selain di sekeliling tempatnya berada saja.

Bagai keluang bebar petang
Berduyun-duyun banyak sekali berkeliaran kesana kemari .

Bagai kerakap di atas batu, hidup segan mati tak mau
Sangat sengsara; hidup gulung tikar.

Bagai kerbau dicocok hidung

Orang yang tidak memiliki pendirian atau cuma mengikut/ mengekor saja.

Bagai kucing dengan panggang
Berbahaya kalau diperdekatkan (misalkan laki-laki dengan wanita).

Bagai kucing lepas senja
Orang yang jikalau telah pergi, tak akan kembali lagi; sungguh bahagia sehingga lupa pulang.

Bagai kucing tak bermisai
Orang besar atau pejabat yang telah berhenti dari jabatannya dan tidak ditakuti lagi, Macan ompong (kias).

Bagai kuku dengan daging
Selalu bantu-membantu; Dua orang yang tidak mampu terpisahkan (kekasih, sobat karib, suami-istri).

Bagai kucing tidur di bantal
Sangat makmur, tidak takut akan kekurangan (rezeki, masakan, dll).

Bagai kura-kura dengan isi
Sukar diceraikan; Tidak pernah bercerai.

Bagai makan buah simalakama
Keadaan yang serba salah. Biasanya dipakai untuk orang yang sedang menghadapi dua pilihan, dan kedua-duanya akan mengakibatkan orang tersebut mengalami hal yang buruk.

Bagai menggunakan baju perlindungan
Tingkah laris yang dibentuk-buat sehingga terlihat canggung.

Bagai melulus baju sempit, bagai terbuang ke sisiran
Seseorang yang merasa bahagia alasannya adalah terlepas dari kesulitan.

Bagai membandarkan air ke bukit
Mengerjakan sesuatu yang merepotkan dikerjakan atau sia-sia.

Bagai membelah betung
Berat sebelah, tidak adil.

Bagai memuat air dengan limas pesuk
Perempuan yang pemboros, tak tersimpan sedikit pun harta pencaharian suami akhir keborosan istrinya; Gaya hidup sungguh boros.

  Peribahasa Jawa Sindiran Pepatah Rekomendasi Wong Jowo

Bagai mencari belalang di rumput
Melakukan pekerjaan yang sia-sia.

Bagai menerima durian runtuh
Mendapatkan sesuatu tanpa disangka-sangka; mem­dapatkan rezeki yang tak disangka.

Bagai menerima gunung intan
Sangat penting.

Bagai menegakkan benang lembap
Melakukan sebuah pekerjaan yang tidak mungkin akan sukses

Bagai mentimun dengan durian
Orang yang lemah tidak berdaya untuk melawan orang yang berkuasa.

Bagai musang berbulu ayam
Orang jahat yang berpura-pura balk; berpura-pura membantu namun niat bahwasanya menjerumuskan.

Bagai orang kena miang
Sangat gusar alasannya adalah menerima aib di tengah orang banyak.

Bagai pagar makan flora
Yang disuruh menjaga/memantau justru mengambil barang yang dijaga/diawasinya itu.

Bagai padi, semakin berisi makin merunduk
Semakin tinggi ilmunya makin rendah hatinya; Kalau sudah cerdik jangan sombong, selalulah rendah hari.

Bagai pelanduk di cerang rimba
Sangat cemas; Bingung tak tahu mau berbuat apa; Kehilangan nalar

Bagai pelita kehabisan minyak
sesuatu yang hampir mati; Tidak diorganisasi dengan baik.

Bagai pinang dibelah dua
Dua orang atau hal yang sama dan tidak tampakbedanya..

Bagai pintu tak berpasak, bahtera tak berkemudi
Sesuatu yang mampu mengakibatkan bahaya di belakang hari.

Bagai pohon tidak berbuah
Orang yang cerdik tetapi tidak mengamalkannya.

Bagai pungguk merindukan bulan
Seseorang yang mengasihi kekasihnya namun cintanya tidak berbalas; Merindukan kekasih yang tak mungkin didapat alasannya perbedaan derajat.

Bagai semang kehilangan induk
Orang yang resah, tidak tahu tujuan alasannya kehilangan petunjuk/panutan.

Bagai si kudung pergi berbelut
pekerjaan yang sia-sia alasannya tidak dijalankan dengan betul-betul .

Bagai si buta pergi bergajah 
Melakukan pekerjaan yang tak berguna.

Bagai tanduk diberkas
Sukar bersatu karena berlainan paham dan pandangan.

  Pantun Teka-Teki Dan Jawabannya

Bagai telur di ujung tanduk
Keadaaan yang sangat membahayakan (kritis/genting).

Bagaimana biduk, bagaimana pengayuh
Bagaimana orang tua begitulah anaknya; bagaimana atasan begitulah bawahan (dalam satu perusahaan).

Bahasa memberikan bangsa
Tabiat seseorang mampu dilihat dari cara bertutur kata mereka; Kesoponsantunan seseorang memperlihatkan asal keluarganya; Bahasa yang sempurna menunjukkan peradaban yang tinggi dari bangsa pemilik bahasa tersebut.

Bahasa dan bangsa itu tiada dijual atau dibeli
Walaupun kaya bila tidak berbudi bahasa akan dihina juga.

Baji dahan pembelah batang
Orang doktrin kita yang acap kali merugikan kita.

Bajak lalu di tanah yang lembut
Orang yang lemah juga menjadi korban kecurangan atau kezaliman.

Bajak patah banting terambau
Menderita kecelakaan yang bertimpa-timpa.

Bajak telah terdorong ke bancah
Sudah terlanjur.

Bak jualan terbuang
Kiasan bagi perantau yang bangkrut.

Bakar air ambil abunya
Pekerjaan yang tidak akan pernah berhasil

Bakar tak berapi
Tampaknya menaruh tinta padahal tidak sama sekali.

Bandar terbuka dagangan murah, tubuh sudah bau tanah
Memiliki harapan dikala sudah tidak memiliki uang.

Bangau minta saya leher warak, rino minta saya daging
Merasa iri menyaksikan kekayaan orang lain.

Bangkai gajah bolehkah ditudung oleh nyiru?
Kejahatan yang besar itu tidak depat disembunyikan.

Banyak melakukan pekerjaan sedikit bicara
Menggunakan waktu sebaik-baiknya.

Banyak habis sedikit sedang
Dalam jumlah besar akan habis, tetap dalam jumlah sedikit pun bahu-membahu mencukupi bergantung pada cara pemakaiannya.

Bapak burik anaknya rintik
Anak akan menuruti orang tuanya.

Barang tergenggam jatuh terlepas
Bernasib sial, sesuatu yang telah dimiliki hilang lagi.

Berlanjut di Kamus Peribahasa Indonesia Bagian 8

Sebelumnya: Peribahasa Indonesia dan Artinya Bagian 1 atau Bagian 6