Perbedaan Teori Big Bang Dan Steady State

Jagat raya ini masih memanggil sejuta misteri bagi ilmuwan khususnya perihal proses terbentuknya.

Dalam dunia sains sering dilakukan pemodelan untuk menerangkan atau menggambarkan suatu fenomena fisis dimana fenomena yang riilnya tidak terjangkau oleh indra pandangan alasannya dimensi fenomena tersebut sungguh kecil (mikroskopis) atau sungguh besar. 

Dalam fisika atom kita pernah mengenal versi atom, dimana dimodelkan bahwa dalam struktur atom tersebut, inti atom dikelilingi oleh elektron-elektron. Model ini mampu diterima hingga ketika ini. 

Keberadaan model ini sungguh penting selaku titik tolak untuk pengusutan lebih lanjut. Jarang sekali versi yang diajukan langsung mapan, melainkan bisa gugur atau secara sedikit demi sedikit mengalami penyempurnaan, yang diadaptasi dengan data-data empirik yang diperoleh dari pengusutan, maupun dengan aturan-hukum alam yang telah diterima keberlakuannya. 

Jika versi ini sudah terbukti keabsahannya dan diterima oleh khalayak maka mampu berkembangstatusnya menjadi teori. Dari versi itu pun penyelidikan mampu dilanjutkan kearah pencarian pembentukan fenomena tersebut.


Manusia sejak zaman dulu mencari tahu wacana bagaimana jagat raya ini terbentuk. Hingga ketika ini ada 2 anggap teori yang senantiasa diperdebatkan ihwal hal tersebut ialah Big Bang dan Steady State.


Teori Big Bang

Teori Big Bang yakni upaya untuk menerangkan apa yang terjadi pada permulaan alam semesta kita. 

Penelitian astronomi dan fisika sudah memperlihatkan tanpa keraguan bahwa alam semesta kita lakukan sesungguhnya memiliki awal. Teori big bang yaitu upaya untuk menjelaskan apa yang terjadi selama dan setelah saat “itu”.


Menurut teori tolok ukur, alam semesta kita melompat menjadi ada selaku “singularitas” sekitar 13,7 miliar tahun kemudian. 

Apa yang dimaksud dengan “singularitas” dan darimana asalnya? Nah, jujur, kita tidak tahu niscaya. 

Singularitas ialah zona yang menantang pengertian kita tentang fisika. Mereka diperkirakan ada pada inti dari suatu “lubang hitam.” Lubang hitam adalah kawasan tekanan gravitasi yang intens. 

Tekanan yang sungguh kuat membuat bahan masuk dalam zona kepadatan tak terbatas. (sebuah konsep matematika yang benar-benar mengagetkan anggapan). Zona kepadatan tak terbatas  ini disebut “singularitas.” 

Alam semesta kita diperkirakan sudah dimulai dari objek sungguh kecil, jauh panas, jauh padat, “singularitas”. Mana asalnya? Kita tidak tahu. Mengapa hal itu muncul? Kita tidak tahu.

Jagat raya ini masih mengundang sejuta misteri bagi ilmuwan terutama tentang proses terben Perbedaan Teori Big Bang dan Steady State
Animasi Big Bang, pic:http://www.mssl.ucl.ac.uk/www_astro/agn/bubble_anim.gif
Sesaat sesudah ledakan (the “Big Bang”), meluas, masbodoh lalu membentuk berbagai macam galaksi, planet dan benda langit lain. 

Hal ini terus berkembang dan cuek untuk hingga ketika ini dan kita hidup di dalamnya: makhluk yang hebat hidup di sebuah planet yang unik, mengitari sebuah bintang yang indah berkumpul gotong royong dengan beberapa ratus miliar bintang di galaksi melonjak di dalam makrokosmos, yang semuanya adalah dalam alam semesta yang mengembang yang dimulai sebagai singularitas sangat kecil yang muncul entah dari mana untuk alasan yang tidak diketahui. Ini yaitu teori Big Bang. Pendukung teori ini yaitu Hwaking, Einstein dan Lemaitre.


Teori Steady State

Teori steady – state yakni persepsi bahwa alam semesta selalu meningkat tetapi mempertahankan kepadatan rata-rata yang konstan, bahan yang terus menerus diciptakan untuk membentuk bintang baru dan galaksi pada tingkat yang serupa bahwa yang lama menjadi tidak teramati sebagai konsekuensi dari meningkatnya jarak dan kecepatan mereka resesi. 

Menurut teori steady -state alam semesta tidak memiliki awal atau akhir dalam waktu; rata-rata kerapatan galaksi adalah sama.


Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Sir James Jeans di sekitar tahun 1920 dan lalu direvisi pada tahun 1948 oleh Hermann Bondi dan Thomas Emas. 

Ini dikembangkan lebih lanjut oleh Sir Fred Hoyle untuk menanggulangi persoalan yang timbul sehubungan dengan hipotesis big-bang.

 Pengamatan semenjak tahun 1950 sudah menciptakan banyak bukti bertentangan dengan citra keadaan mapan dan mendukung model big -bang sehingga teori kondisi tetap ditolak.