Keberadaan ilmu psikologi sungguh memiliki kegunaan dalam menguak tabir yang menyelemuti ruhani manusia. Melalui piranti keilmuan tersebut, kita mampu mempelajari aspek-faktor kejiwaan pada individu maupun kelompok secara mendalam.
Secara etimologis, penamaan psikologi berasal dari dua kata bahasa Yunani, yaitu psukhe(jiwa) dan logos(ilmu). Sementara, secara terminologis psikologi didefinisikan sebagai studi tentang asumsi dan perilaku insan.
“Tujuan dari di siplin ilmu tersebut ialah untuk mengerti peran dari fungsi- fungsi mental dalam membentuk perilaku individu maupun sosial,”kata Dodge Fernald da lam buku Psychology: Six Perspectives.
Menurut catatan, para filsuf Yunani kuno semenjak 550 sebelum Masehi (SM) sudah mengembangkan teori tentang kejiwaan yang lalu hari menjadi cikal bakal lahirnya ilmu psikologi. Beberapa tokoh pemikir yang paling besar lengan berkuasa pada zaman itu seperti Plato, Pythagoras, dan Aristoteles, pernah membuat sejumlah catatan tentang alam asumsi dan jiwa insan.
Walaupun banyak sekali kajian yang bekerjasama dengan psikologi telah ada semenjak zaman peradaban antik. Namun, ungkapan khusus untuk ilmu kejiwaan tersebut belum lagi dikenal pada waktu itu.
Penamaan psikologi baru timbul berabad-era sesu- dahnya, dikala Rudolf G?ckel (1547-1628)memublikasikan karya tulisnya, Psychologia hoc est de Hominis Perfectione, Anima, Ortu di Marburg (Jerman) pada 1590.
Psikologi yang pada awalnya dirintis oleh orang-orang Yunani antik mengalami pertumbuhan pesat selama abad emas Islam (dari era kedelapan sampai ke-15).
Beberapa ilmuwan Muslim yang hidup pada zaman itu berhasil berbagi pendekatan keilmuan tersebut kepada tingkat yang lebih mudah. Bahkan, ide-ide sarjana Muslim wacana psikologi juga memengaruhi peradaban Eropa ketika memasuki masa Renaisans, ujar penulis akademis dari Yunani, Martyn Shuttle worth, dalam artikelnya, Islamic Psychology.
Ia menerangkan, upaya yang dilaksanakan ilmuwan Muslim dalam menggali naskah-naskah kuno Yunani sukses menjinjing pergantian besar dalam sejarah psikologi. Mereka tidak cuma mencar ilmu dari teks-teks tersebut, melainkan juga mengembangkan gagasan-ide mereka sendiri, sehingga mampu memperkaya khazanah ilmu wawasan pada masa itu.
Selama era emas Islam, beberapa sarjana Muslim menelurkan banyak karya yang berhu bungan dengan ilmu jiwa. Salah satunya yaitu Ibnu Sina, ilmuwan asal Bukhara (Uzbekistan kini –Red)yang hidup antara 981?1037. Dia dianggap sebagai tokoh yang mempunyai imbas terbesar dalam sejarah psikologi Islam.