Mushaf yang ditulis atas perintah Khalifah Utsman bin Affan tidak memiliki harakat dan tanda titik, sehingga dapat dibaca dengan salah satu qira’at yang tujuh.
Dan banya terjadi kesusahan bagi orang non-arab yang baru masuk Islam. Oleh karena itu pada kala khalifah ‘Abd Al-Malik (685-705), dijalankan penyempurnaannya.
Upaya ini tidak berlangsung sekaligus, namun sedikit demi sedikit dan dilaksanakan hingga masa III H (atau simpulan kurun IX M).
Tercatat tiga nama yang disebut-sebut sebagai orang yang pertama kali meletakkan titik pada Mushaf Utsmani, yakni: Abu Al-Aswad Ad-Dau’ali, Yahya bin Ya’mar (45-125 H) dan Nashr bin Asim Al-Laits (89 H).
Penulisan Al-Qur’an ini di upayakan dengan tulisan yang cantik. Untuk pertama kaliAl-Qur’an di cetak di Bunduqiyah pada tahun 1530 M. Tapi saat dikeluarkan, penguasa gereja memerintahkan pemusnahan kitab suci ini.
Cetakan berikutnya dialkukan oleh seorang jerman berjulukan hinkelman pada pada athun 1694 M. di jerman. Kemudian disusul oleh Mracci pada tahun 1698 M. di Padoue. Sayangnya tak satupun Al-Qur’an cetakan Pertama, kedua dan ketiga ini yang tersisa di dunia Islam dan sayangnya perintis tersebut bukan dari kelompok Islam.
Penerbitan Qur’an dengan label Islam mulai pada tahun 1787, yang lahir di Rusia. Kemudian di Kazan, kemudian di Iran pada tahun 1248 H/1828 M. Lima tahun kemudian 8 terbit di Tabriz. Setelah dua kali diterbitkan di Iran setahun lalu terbit di Jerman.
Di Negara Arab dimuali Raja Fuad dai mesir yang membentuk panitia khusus penerbitan Al-Qur’an di perempat pertama masa XX. Panitia yang di promotori oleh para syaikh Al-Azhar ini pada tahun 1342 H/1923 M. Sejak itulah Al-Qur’an dicetak berjuta-juta mushaf di Mesir dan banyak sekali negara yang lain.
Penulisan Al-Qur’an dengan mengikuti atau berpedoman kepada rasm Utsmani yang di kerjakan pada kala khalifah usman sangat berguna bagi umat Islam. Di antaranya:
a) Memelihara dan melestarikan penulisan Al-Qur’an sesuai dengan pola penulisan Al-Qur’an pada awal penulisan dan pembukuannya.
b) Memberi kemungkinan pada lafazh yang serupa untuk dibaca dengan versi qira’at yang berlainan, seperti dalam firman Allah berikut ini:
… Padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri …
Lafazh (يحد عون) dalam ayat di atas, mampu dibaca menurut versi qira’at lainnya yaitu Sementara jikalau ditulis (يخا دعون) tidak memberi kemungkinan untuk di¬baca (يخد عون).
c) Kemungkinan dapat memberikan makna atau maksud yang tersembunyi, dalam ayat-ayat tertentu yang penulisannya menyalahi rasm imla’i, seperti dalam firman Allah berikut ini:
Menurut sementara ulama. lafaz (با يد) ditulis dengan aksara ganda ى (الياء), alasannya adalah memberi arahan akan ke¬besaran kekuasaan Allah SWT. utamanya dalam penciptaan langit dan alam semesta.
d) Kemungkinan dapat menunjukkan keaslian harakat (syakl) suatu lafaz, mirip penambahan huruf ayat و (الواو) pada ayat (سا وريكم دار الفاسقين) dan penambahan huruf ى (الياء) pada ayat (وابتاءى دى الفربى).