Tatanan sosial di penduduk , untuk mengambil perilaku kritis atas bagaimana sebuah pengetahuan, ide, dan diskursus dapat membentuk kesadaran penduduk . Yang lebih sederhana untuk perlu menyadari bahwa langkah-langkah dan ucapan saban hari sepenuhnya berefek pada mengarahkan dan mengontrol kehidupan bermasyarakat secara ideologis dalam waktu yang lebih lama.
Seringkali kita cuma memikirkan bahwa problem material yang menjadikan kesenjangan sosial. Maka, dari itu wawasan yang objektif telah digiring oleh ideology politik yang subjektif, dengan demikian lantas apa sikap dan langkah-langkah yang mampu dikerjakan untuk mencegah terhanyutnya kebebasan individu dan tetap bersikap dengan susila di tengah kehidupan yang sarat kepentingan ?
Berbagai ajaran perihal Foucaudian yang menulis suatu karya etis tentang manusia dan kekuasaan adalah Giorgio Agamben. Dalam karyanya Homo Sacer. Dalam hal ini menjajal untuk menerangkan sebuah kedekatan kemanusiaan dalam menganalisis pertumbuhan diskursus tentang Hak Asasi Manusia (HAM).
Mengingat bahwa kepentingan makna kemanusiaan tidak dapat dibuktikan secara konkret maka kita perlu mengajukan pertanyaan, apakah makna kemanusiaan yang budpekerti adalah autentik (sungguh-sungguh faktual) atau hanyalah sebuah diskursus yang dikonstruksikan?, jikalau itu auntentik, mengapa terjadi pelanggaran kemanusiaan? Apakah suatu kebaikan dibuat dan diikuti atau memang ada pada dirinya sendiri.
Bagi golongan insan, hal tersebut memang menjadi bab dari Negara yang hak kemanusiaannya dilindungi oleh Negara, bila memang begitu didefinisikan atau diskursus ihwal kemanusiaan sangatlah ringkih dan terbatas hingga tidak ada makna kemanusiaan yang bekerjsama.
Berbagai ajaran tentang Negara, hendaknya menjadi bagian dari sistem budaya masyarakat, yang mempunyai tingkat tatanan sosial yang mesti menjadi tanggung jawab Negara. Maka, dari itu berbagai dilema terhadap alasannya, dalam hal ini terdapat factor ras, agama, identitas seksual dan sebagainya dengan masalah sosial yang menentukan eksklusivitas.
Mekanisme kekuasaan di balik variable itulah yang memainkan peran penting dalam membangun diskursus kekuasaan dan marjinalisasi sosial.