Pengertian Rainwater Harvesting Menurut Para Ahli
Menurut Janette Worm dan Tim van Hattum (2006) dalam karya mereka yang berjudul Rainwater Harvesting for Domestic Use, sebagian besar secara umum dikuasai penduduk di dunia banyak yang merepotkan untuk menerima jalan masuk terhadap air bersih untuk keperluan domestik rumah tangga. Bahkan adapula yang sama sekali tidak terdapat distribusi air bersih di negaranya. Berdasarkan alasan tersebut, muncullah ide dimana air hujan dimanfaatkan selaku pemenuhan keperluan akan air bersih di beberapa kawasan tertentu. Hingga kini gagasan tersebut masih tetap menjadi pilihan alternatif bernilai dalam melengkapi keperluan sehari-hari.
Gambar Ilustrasi Rainwater Harvesting
Sumber: Rainwater Harvesting for Domestic Use
Pada mulanya masyarakat memulai tata cara rainwater harvesting dengan mengumpulkannya di baskom, tangki air, kolam, dan juga sumur. Mereka sudah menerapkan sistem sederhana tersebut selama beberapa tahun lamanya. Kegunaan dari air hujan yang mereka panen pun bermacam-macam. Mulai dari mencuci, mengairi ladang, mandi, mengolah masakan, bahkan untuk diminum.
Dikarenakan beberapa alasan-argumentasi mendesak di era kini seperti:
1. Meningkatnya jumlah keperluan akan air bersih membuat tata cara pemanfaatan air sumur kadangkala tidak menolong dan metode pasokan air dari pemerintah tidak teratur dengan baik, pemanfaatan air menjadi alternatif yang sangat berguna.
2. Keberadaan air yang simpang siur pada air sumur, danau, atau sungai mampu menjadi malapetaka. Tidak selalu tersedia air yang bersih disana untuk beberapa jangka waktu.
3. Kualitas air sumur atau suplai dari PDAM kadangkala kerap terkontaminasi alasannya adalah kecerobohan dan ulah insan. maka semakin banyak komunitas di penjuru dunia yang “kembali” ke metode alternatif rainwater harvesting.
Keuntungan dan Kerugian Rainwater Harvesting
Dalam memikirkan pemikiran untuk merancang suatu metode rainwater harvesting sungguh penting untuk mengetahui laba dan kerugian dari metode tersebut. Keuntungan fundamental pertama dari tata cara rainwater harvesting adalah minimnya penggunaan energi dalam proses penangkapan air hujan. Keuntungan ini sesuai dengan prinsip sustainable design yang telah dibahas pada pembahasan sebelumnya.
Namun adapula kerugian paling fundamental dari sistem rainwater harvesting. Kerugiannya adalah sebuah realita bahwa kita tidak bisa mengenali secara pasti seberapa banyak dan kapan hujan akan turun.
Prinsip Dasar
Menurut buku Rainwater Harveting for Domestic Use (2006), intinya rainwater harvesting dapat didefinisikan sebagai kumpulan pemikiran air hujan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan domestik rumah tangga, keperluan agrikultural, dan manajemen lingkungan.
Sistem rainwater harvesting terdiri dari 3 unsur dasar yang penting. Antara lain:
1. Penangkap atau permukaan atap yang berfungsi untuk menangkap air hujan.
2. Sistem pengantaran untuk memindahkan air hujan yang sudah ditangkap dari penangkap atau permukaan atap ke kolam penyimpanan.
3. Bak penyimpanan atau tangki air untuk menyimpan air sampai air itu dipergunakan.
Gambar Komponen-Komponen Rainwater Harvesting
Sumber: Rainwater Harvesting for Domestic Use
Penangkap air hujan pada metode rainwater harvesting yakni suatu permukaan yang secara eksklusif menerima tetesan air hujan dan mengalirkan air hujan tersebut masuk kedalam sistem. Patut diingat, air yang ditangkap oleh permukaan penangkap sama sekali tidak pantas untuk diminum. Untuk meraih tahap tersebut dibutuhkan berbagai tahap filtrasi dan penyaringan.
Berikutnya ialah tata cara pengiriman air. Pada hunian rumah kebanyakan teladan tata cara pengiriman air yang paling sederhana adalah pipa paralon atau talang air. Sistem pengiriman ini berfungsi untuk mengrimkan air yang sebelumnya sudah ditangkap oleh permukaan penangkap untuk menuju ke kolam penyimpanan. Sistem pengantaran air diusulkan untuk diaplikasikan dengan baik dan teliti sebab sistem pengiriman air kerap menjadi titik yang paling beresiko dari rangkaian metode rainwater harvesting.
Yang terakhir yakni bak penyimpanan. Pada mulanya air hujan yang telah dipanen dikumpulkan oleh penduduk sebuah komunitas didalam sebuah bejana atau tong. Namun makin berkembangnya teknologi dan semakin meningkatnya kebutuhan akan air bersih per individu, maka bak penyimpanan yang dipakai menggunakan kolam dengan konstruksi baja atau beton bertulang.
Pertimbangan Sebelum Perancangan
Sudah banyak komunitas-komunitas ataupun pihak individual di seluruh dunia yang memanfaatkan sistem rainwater harvesting sebagai sumber pemenuhan kebutuhan akan air higienis. Terdapat beberapa faktor yang mesti dipertimbangkan sebelum merancang sistem rainwater harvesting pada suatu hunian untuk keperluan domestik. Faktor-aspek tersebut antara lain:
- Faktor lingkungan (terutama iklim)
- Faktor teknis
- Faktor keperluan air
- Faktor sosial
- Faktor finansial (relatif)
Faktor Lingkungan
Layak atau tidaknya suatu kawasan untuk diaplikasikan tata cara rainwater harvesting sungguh bergantung kepada curah hujan pada daerah tersebut. Menurut buku Rainwater Harvesting for Domestic Use (2006), curah hujan ialah kunci utama dalam mengetahui apakah penggunaan sistem rainwater harvesting mampu berkompetisi dengan penggunaan tata cara sumber air dari PDAM.
Daerah yang berada di iklim tropis dengan trend kemarau pendek sekitar 1 sampai 4 bulan dibarengi dengan beberapa hujan angin kencang berintensitas tinggi merupakan daerah yang mempunyai kondisi yang paling sesuai untuk pengaplikasian sistem rainwater harvesting. Sebagai suplemen berdasarkan literatur yang sama, pengaplikasian metode rainwater harvesting pada kawasan yang berada di iklim tropis basah juga dapat cukup bermanfaat dikarenakan umumnya kualitas air permukaan di kawasan beriklim tropis kurang terjamin dan sangat bermacam-macam sepanjang tahunnya.
Tabel Curah Hujan Rata-Rata per-Tahun Berdasarkan Iklim Kawasan
Sumber: Rainwater Harvesting for Domestic Use
Faktor Teknis
Selain aspek esensial mirip lingkungan, aspek lain yang menghipnotis konstruksi dari tata cara rainwater harvesting yakni pastinya faktor teknis mirip:
- Penggunaan material penangkap air hujan yang pastinya kedap air mirip metal, keramik, asbestos, atau semen.
- Ketersediaan area untuk penyimpanan air hasil tangkapan.
- Jumlah pengguna air dan peruntukan penggunaan air.
- Ketersediaan sumber air lain mirip air permukaan atau air dari PDAM sebagai alternatif ketika air hasil rainwater harvesting habis.
- Tersedianya pekerja dan material setempat yang sesuai untuk perancangan dan administrasi metode rainwater harvesting.
Di beberapa bab di dunia seperti di Thailand, metode rainwater harvesting hanya dipakai sesekali dikala turun hujan badai. Hasil tangkapan air hujan tersebut disaring, diproses dan dipakai secara eksklusif hanya untuk minum. Berbeda dengan kawasan yang berada di iklim tropis, tempat yang berada di iklim kering menangkap air hujan sebanyak mungkin untuk menyanggupi semua keperluan yang dibutuhkan oleh semua orang yang membutuhkan di sebuah komunitas atau hunian tertentu.
Menurut Janette Worm dan Tim van Hattum (2006), terdapat 4 jenis pengguna sistem Rainwater Harvesting. Antara lain:
1. Pengguna Tidak Berkala
Pengguna yang menyimpan persedian air hujan dalam penyimpanan yang relatif kecil. Air yang ditangkap cuma dipakai untuk beberapa hari. Pengguna ini lazimnya berada di kawasan yang teladan hujannya teratur dan memiliki sumber air lain yang lebih terpercaya.
2. Pengguna Berselang
Pengguna yang menggunakan tata cara rainwater harvesting ketika ekspresi dominan hujan panjang. Namun saat isu terkini kemarau tiba, keperluan air dipenuhi oleh sumber air lain selain rainwater harvesting sehingga air yang diperoleh dari rainwater harvesting mampu dipakai sebagai sumber air alternatif dikala sumber air lain kering atau mengalami kelangkaan.
3. Pengguna Sebagian
Pengguna yang memakai air dari sistem rainwater harvesting secara terus menerus sepanjang waktu tetapi tidak mencukupi seluruh kebutuhan air yang dibutuhkan sehingga peruntukan kebutuhan airnya dibagi. Sebagai teladan, air hasil rainwater harvesting dipakai untuk minum dan menyiram toilet sedangkan untuk kebutuhan mandi dan mencuci tetap memakai air dari PDAM.
4. Pengguna Penuh
Hanya menggunakan air yang berasal dari metode rainwater harvesting sepenuhnya untuk semua kebutuhan rumah tangga sepanjang waktu. Pengguna seperti ini biasanya terpaksa sebab tidak tersedianya sumber air lain kecuali air hujan. Penggunaan metode rainwater harvesting secara terus menerus memerlukan administrasi dan perawatan yang sangat baik serta daerah penyimpanan yang cukup besar semoga persediaan air ketika demam isu kemarau cukup.
Faktor Kebutuhan Air
Jumlah angka keperluan air per orang sangat bermacam-macam. Keragaman ini dimulai dari perbedaan negara, komunitas tertentu, atau bahkan rumah tangga. Perlu diingat pula jumlah penggunaan air juga bisa berganti secara drastis pada demam isu yang berlawanan. Didalam Rainwater Harvesting for Domestic Use (2006) dinyatakan bahwa dalam kondisi terdesak dan krisis air, sedikitnya insan dapat memakai sebanyak 15 Liter air untuk mandi dan kebutuhan bersih yang lain dalam sehari.
Sedikit berlawanan dengan data berdasarkan hasil survey yang dijalankan Direktorat Pengembangan Air Minum, Ditjen Cipta Karya pada 2006 setiap orang Indonesia mengkonsumsi air rata-rata sebanyak 144 Liter/Hari. Dari jumlah tersebut, pemakaian terbesar dipakai untuk keperluan mandi yaitu sebanyak 65 Liter per Orang per Hari atau 45% dari total pemakaian air.
Faktor Sosial
Pertimbangan berikutnya yaitu aspek sosial. Beberapa aspek tersebut antara lain:
- Diharapkan ada alasan besar lengan berkuasa yang melatar belakangi butuhnya pengaplikasian tata cara rainwater harvesting pada komunitas atau hunian tertentu.
- Sebisa mungkin biaya desain mesti terjangkau dan efektif.
- Semua anggota komunitas atau penghuni mesti sepenuhnya memahami, terlibat dan turut ikut serta dalam mengoptimalisasi metode rainwater harvesting.
Faktor Finansial
Faktor terakhir yang cukup penting adalah faktor finansial. Tidak dibantah, perancangan tata cara rainwater harvesting memerlukan biaya. Semua itu kembali kepada tata cara desain, material yang diseleksi, serta besarnya skala dan kapasitas metode rainwater harvesting tersebut.
Berdasarkan aspek-faktor tersebut diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat beberapa hal penting yang mesti dikenali sebelum mendesain metode rainwater harvesting. Antara lain:
1. Jumlah pengguna dan rata-rata konsumsi per harinya.
2. Data curah hujan lokal dan data acuan curah hujan setempat.
3. Jenis pengguna pada sistem (Tidak berkala, berselang, sebagian, penuh).
4. Area penangkap air hujan (dalam m²).
Menurut Rainwater Harvesting for Domestic Use (2006), poin-poin krusial tersebut mampu dijabarkan menjadi sebuah denah dasar menyerupai kerangka berpikir yang menjadi pola dalam perancangan awal suatu metode rainwater harvesting.
Gambar Skema Perencanaan Rainwater Harvesting
Sumber: Rainwater Harvesting for Domestic Use
Perancangan Sistem Rainwater Harvesting
Berdasarkan Rainwater Harvesting for Domestic Use (2006), terdapat 4 langkah sistematis dalam merancang sebuah metode rainwater harvesting.
Tahap 1. Merancang area penangkap air hujan.
Tahap 2. Merancang metode pengantaran air hujan.
Tahap 3. Menentukan ukuran penyimpanan air yang dibutuhkan.
Tahap 4. Memilih desain penyimpanan air yang tepat untuk proyek yang bersangkutan.
Walaupun pada kenyataannya konsumsi air tiap orang pasti berbeda, namun dengan perkiraan rata-rata konsumsi harian orang, persamaan ini mampu dijadikan acuan yang valid.
Selain keperluan air, perlu juga dikenali perihal asumsi jumlah air yang hendak diterima. Dengan menggunakan data curah hujan yang tersedia, dan koefisien run-off, maka dapat dikenali persamaan jumlah air yang akan diterima.
Tabel Koefisien Run-off
Sumber: Rainwater Harvesting for Domestic Use
Tahap 1. Merancang Area Penangkap Air Hujan
Desain area penangkap air hujan dibutuhkan efisien dan menyanggupi luas rata-rata yang diharapkan biar meningkatkan jumlah air yang mampu dipanen.
Selain menurut aspek teknis tersebut, rancangan area penangkap hujan juga diperlukan mampu menjadi bagian vocal point pada bangunan sehingga komponen tersebut tampakmenarik dan tidak mengusik nilai estetika pada bangunan.
Tahap 2. Merancang Sistem Pengiriman Air Hujan
Desain metode pengantaran air hujan juga dibutuhkan berfungsi seefisien mungkin dengan mempertimbangkan jarak antara area penangkap dengan bak penyimpanan. Tidak lupa untuk tetap menimbang-nimbang faktor-aspek utilitas arsitektural.
Pada biasanya, rainwater harvesting pada hunian menggunakan tata cara pengiriman dengan pengaplikasian talang air di ujung genteng. Material yang digunakan selaku talang kebanyakan ialah Aluminium dikarenakan material Aluminium mempunyai sifat anti karat. Bentuk yang mampu digunakan beragam antara lain kotak, setengah bulat, atau bentuk huruf “v”.
Gambar Contoh Jenis Talang
Sumber: Rainwater Harvesting for Domestic Use
Namun, pengaplikasian talang tersebut dibatasi hanya pada bangunan yang menggunakan atap miring. Lain halnya dengan bangunan yang mempunyai area penangkap air hujan dengan desain khusus, sistem pengiriman tidak memerlukan talang air selaku bagian penyambung area penangkap dengan pipa pengirim.
Sedangkan untuk pipa pengantarcukup memakai pipa PVC berdiameter 4 Inchi yang juga digunakan pada landed house pada umumnya.
Tahap 3. Menentukan Ukuran Penyimpanan Air
Ukuran penyimpanan air dapat diputuskan menurut persamaan pertama pada tahap 1. Berdasarkan kebutuhan air dan prakiraan jumlah air yang mau diperoleh, dapat dimengerti pula ukuran penyimpanan air yang diperlukan.
Tahap 4. Memilih Desain Penyimpanan Air
Desain penyimpanan yang sesuai untuk proyek amat sangat bergantung kepada keadaan tapak lokal dan zoning pada tapak sekaligus bangunan.