Pengertian Ekonomi Sumber Daya Manusia
Apakah yang dimaksud dengan ekonomi sumber daya manusia ?
Ekonomi sumber daya insan didefinisikan selaku ilmu ekonomi yang dipraktekkan untuk menganalisis pembentukan dan pemanfaatan sumber daya insan yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi ( subri, Mulyadi, 2003 : 1) atau ekonomi sumber daya insan merupakan penerapan teori ekonomi pada analisis sumber daya manusia ( Ananta , Aris,1990 :3).
Dalam ekonomi sumber daya insan tidak ada teori gres yang dipakai, semua teori dasarnya adalah teori ekonomi mikro dan makro, cuma saja penerapannya yang berlainan. Oleh sebab itu sebagai dasar untuk mempelajari ekonomi sumber daya insan maka mahasiswa mesti setidak-tidaknya mengambil mata kuliah Pengantar Ekonomi Mikro dan Pengantar Ekonomi Makro.
Uang Lingkup Ekonomi Sumber Daya Manusia
Ekonomi sumber daya manusia mempelajari perihal berbagai hal yakni penyusunan rencana sumber daya insan ( Human Resources Planning), Ekonomi Ketenaga Kerjaan (Labor Economics), dan Ekonomi Kependudukan ( Population Economics). Di bagian berikut akan diuraikan secara singkat masing-masing studi dan kaitannya dengan Ekonomi sumber daya manusia
1. Perencanaan Sumber daya Manusia ( Human Resources Planning )
Perencanaan sumber daya manusia memfokuskan pada penyediaan angkatan kerja dengan wawasan dan ketrampilan tinggi serta penciptaan kesempatan kerja, kemudian menjinjing pada arah telaahan penyusunan rencana sumber daya manusia yang meliputi analisis usul dan penawaran tenaga kerja yang hendak terjadi pada kala yang akan tiba.
Hal tersebut sejalan dengan fatwa Harbinson dan Myres ( 1964 :2) sebagaimana dikutip dalam Aris Ananta ( 1990 : 5) yang mengatakan bahwa pembangunan sumber daya insan bermakna peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan siapa pun dalam suatu masyarakat. Menurut Harbinson dan Myres pula masalah lazim dalam pembangunan ekonomi sumber daya insan ialah (1) kurangnya pekerja tingkat tinggi dengan keterampilan yang diperlukan ( 2) tidak termanfaatkannya tenaga kerja yang ada. Oleh alasannya itu dengan perencanaan tenaga kerja dapat dibentuk suatu aktivitas dalam upaya peningkatan wawasan dan ketrampilan yang diperlukan oleh pertumbuhan ekonomi dan upaya untuk penciptaan peluang kerja semoga angkatan kerja yang ada dapat termanfaatkan dengan baik. Adanya penekanan perhatian pada penyediaan tenaga kerja yang memilki ketrampilan tinggi serta penciptaan potensi kerja menjinjing arah telaah perencanaan sumber daya manusia ke analisis penawaran dan permintaan pekerja pada kala yang akan datang.
Dalam penyusunan rencana tenaga kerja menurut Manpower Requerement Approach misalnya, aneka macam usaha akan dilaksanakan untuk membandingkan undangan dan penawaran tenaga kerja pada era yang hendak tiba yang lalu dilihat ada tidaknya kesesuaian antara penawaran dan seruan pekerjaan. Jika tidak ada kesesuaian antara keduanya dimana penawaran tenaga kerja yang berketrampilan dan berpengetahuan tinggi lebih minim dibanding dengan ajakan tenaga kerja maka dianjurkan adanya berbagai intervensi dalam bidang pendidikan dan latihan.
2. Ekonomi Ketenagakerjaan ( Labor Economics)
Ekonomi Ketenagakerjaan ( Labor Economics), mengamati duduk perkara serikat pekerja, hukum ketenaga kerjaan, asuransi sosial dan manajemen personalia. Analisis dalam ekonomi ketenaga kerjaan sungguh sedikit menggunakan teori ekonomi sehingga menyebabkan ketidak puasan beberapa pihak kepada pendekatan ini. Salah satu kelompok yang merasa tidak puas dengan cara analisis seperti di atas ialah ekonom-ekonom dari Universitas Chicago ( yang dipelopori oleh Gregg H. Lewis). Mereka menyebut bahwa ekonomi ketenaga kerjaan mirip di atas adalah ekonomi ketenagakerjaan kelembagaan ( institutional labor economics). Ekonom sebaiknya memiliki sumbangan tersendiri dalam analisis ketenagakerjaan,tepatnya ekonom mesti menggunakan teori ekonomi untuk menganalisis ketenagakerjaan, hal tersebut tidak mempunyai arti meniadakan analisis yang lain. Analisis ketenagakerjaan dengan memakai teori ekonomi ini mereka sebut dengan akonomi ketenagakerjaan analitis ( analytical labor economics).
Pada mulanyaa terbatas cuma menggunakan teori ekonomi mikro, namun pada pertumbuhan selanjutnya, berkembanglah teori new homes economics yang menganalisis investasi dalam modal manusia. Analisis dijalankan terhadap factor yang menjadikan seseorang ingin melakukan pekerjaan dan jikalau ingin bekerja berapa banyak waktu yang dicurahkan dalam kerja..Kerja menyangkut analisis alokasi waktu di pasar kerja dan di rumah tanggga, maka analisis ini tidak dapat luput dari analisis aneka macam aktivitas dalam rumah tangga mirip perkawinan, kelahiran. Ekonomi ketenagakerjaan analitis maupun ekonomi ketenagakerjaan kelembagaan banyak membicarakan permasalahan di negara maju, oleh karena itu untuk menganalisis urusan di negara berkembang perlu adaptasi.
3. Ekonomi Kependudukan ( Population Economics )
Cakupan pembahasan ekonomi kependudukan yaitu masalah ekonomi pembangunan yang berkaitan dengan kependudukan seperti misalnya pemanfaatan tenaga kerja dalam pembangunan ekonomi dan pengaruh pertumbuhan masyarakatpada pembangunan ekonomi. dalam ekonomi kependudukan juga sering dipraktekkan new homes economics yang membicarakan untung rugi memilki anak,untung rugi melakukan migrasi., interaksi antara jumlah dan mutu penduduk.
Perkembangan Pemikiran Ekonomi Sumber Daya Manusia
Teori Klasik Adam Smith
Adam Smith ( 1729-1790) merupakan tokoh utama anutan klasik. Adam Smith sudah mencurahkan perhatian pada alokasi sumber daya insan dalam pertumbuhan ekonomi. Smith menilai bahwa insan merupakan factor buatan utama yang akan memilih kesejahteraan karena tanah tidak akan mempunyai arti jikalau tidak ada sumber daya insan yang berakal mengolahnya sehingga berfaedah bagi kehidupan.
Menurut teori klasik kondisi full employment akan selalu terjadi alasannya adalah gaji berfungsi sebagai pengimbang antara penawaran dan ajakan tenaga kerja (upah bersifat fleksibel). Penawaran dan usul tenaga kerja berpotongan pada tingkat honor keseimbangan. Akhirnya asumsi yang dibentuk teori klasik yakni selaku berikut :
1. Adanya pasar kompetisi sempurna dan tiap industri terintegrasi secara vertical.
2. Tidak ada serikat buruh yang efektif
3. Terjaminnya mobilitas pekerja antar industri/ perusahaan dan tempat
4. Tersedianya gosip lengkap dan bebas untuk semua pekerja.
( Ananta , Aris, 1990 : 330)
Teori Malthus
Thomas Robert Malthus ( 1766- 1834) juga merupakan salah satu tokoh pemikiran klasik. Bukunya yang sangat terkenal ialah Principles of Population. Walaupun Malthus sealiran dengan Adam smith namun tidak semua pemikiran adam Smith sejalan dengan fatwa Malthus.
Adam Smith menilai bahwa tingkat kesejahteraan manusia akan selalu meningkat sebagai imbas positif dari adanya keutamaan, namun sebaliknya Malthus pesimis dengan kala depan manusia. Malthus melihat bahwa tanah selaku salah satu factor produksi, luasnya terbatas dan kian terbatas lagi untuk menciptakan bahan makanan alasannya adalah sebagian digunakan untuk membangun perumahan, pabrik-pabrik dan bangunan lain. Di sisi yang lain jumlah insan terus meningkat sehingga rata-rata bikinan makanan yang tersedia makin menurun, jumlah masakan menjadi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan manusia yang mempunyai pengaruh pada perebutan makanan. Muncullah perang dan wabah penyakit sehingga jumlah masyarakatmenurun. Penurunan jumlah penduduk menyebabkan masakan berlimpah lagi, penduduk meningkat lagi demikian seterusnya.
Malthus tidak yakin terhadap kesanggupan teknologi dalam perlombaan dengan pertumbuhan jumlah penduduk. Malthus juga berpendapat bahwa jumlah penduduk yang tinggi akan berakibat kepada penurunan buatan per kapita. Satu-satunya cara untuk menghindar dari malapetaka tersebut yaitu melaksanakan pengendalian kepada jumlah penduduk, dengan pengendalian watak ialah penundaan usia perkawinan, meminimalkan jumlah anak. Jika hal ini tidak dilaksanakan masalah akan diselesaikan dengan cara alami antara lain akan timbul perang, epidemic, kelemahan pangan dan sebagainya.
Teori Keynes
Pemikiran John Meynard Keynes (1936) sebetulnya merupakan kelanjutan dan penajaman kritik Malthus kepada aturan Say. Menurut Keynes terjadinya frustasi besar pada tahun 30 an adalah sebab kurangnya ajakan agregatif di masyarakat. Kurangnya ajakan ini membatasi terjadinya aktivitas bikinan, meskipun sebenarnya penduduk bisa melakukannya ( penduduk banyak yang menganggur).
Salah satu implikasi dari kebijakan Keynes yakni bahwa dalam jangka pendek aggregate demand mesti ditingkatkan jikalau ingin memajukan employment. Multipliernya akan lebih besar jika kenaikan aggregate demand berasal dari kenaikan investasi, sehingga dapat dibilang bukan supply creates its own demand mirip yang dibilang Say tetapi demand its own supply. Dengan kata lain peningkatan permintaan akan memajukan employment cuma kalau tersedia kapasitas produksi yang belum digunakan. Kapasitas produksi ini berkaitan dengan modal fisik dan modal insan.
Teori Pertumbuhan
Tokoh teori perumbuhan adalah Harrod-Domar yang pemikirannya muncul pada tahun 1946 dan 1948. Dalam model ini peran modal fisik amatlah besar. Penduduk juga dianggap sebagai salah satu sumber daya tetapi kapasitasnya dapat meningkat cuma bila modal fisiknya juga bertambah besar.Seperti halnya dengan Malthus , jumlah penduduk yang besar juga dianggap dapat meminimalisir hasil pembangunan alasannya adalah dalam model ini outputnya dinyatakan dalam per kapita. Beda teori ini dengan teori Malthus yaitu, dalam teori ini jumlah penduduk yang besar mampu tidak meminimalkan pendapatan per kapita bila diimbangi dengan peningkatan modal fisik. Penduduk diasumsikan meningkat secara geometris dan full employment senantiasa terjadi.
Tokoh kedua dalam teori ini yaitu Solow ( 1957) yang juga menganggap bahwa tenaga kerja ialah salah satu factor bikinan bukan sekedar pembagi. Model ini menganut paham bahwa dapat terjadi substitusi antara modal fisik dan pekerja.
Teori Penduduk Optimal
Teori ini diperkenalkan oleh J.S. Mill (1921) . Menurut teori ini ada jumlah penduduk tertentu yang mampu menghasilkan bikinan per kapita yang tinggi. Jumlah tersebut dibilang maksimal dalam arti tidak ada perubahan baik dalam jumlah dan kualitas sumber daya yang tidak dapat diperbaharui maupun tersedianya modal fisik. Pengertian bikinan tidak hanya meliputi barang saja seperti kendaraan beroda empat dan komputer namun juga pendidikan dan kebersihan lingkungan.
Teori Rational Expectation
Teori ini dianggap memodifikasi Teori Klasik. Menurut teori ini, pergantian ajakan entah lewat expansi moneter atau fiscal hanya akan memajukan output nyata dan employment, jikalau penduduk tidak menerka adanya kenaikan usul itu. Namun kemudian masyarakat akan berguru dari pengalaman perihal perubahan yang terjadi akhir pergantian permintaan yang tidak diduga tersebut. Akhirnya undangan kembali seperti semula. Output kasatmata dan employment kembali ke titik keseimbangan semula.
Bagi fatwa ini perekonomian dianggap cenderung dalam keadaan seimbang oleh sebab itu tidaklah perlu adanya kebijakan stabilisasi seperti yang disediakan oleh teori Keynes, sebab perekonomian itu sendiri telah stabil. Dalam perekonomian yang sudah stabil, kebijakan ekonomi justru mampu mengganggu perekonomian itu sendiri.