Pembedaan Kelembagaan dan Organisasi
Perlunya pembedaan makna untuk institution dan organization, timbul dari ketidaksepakatan perihal penggunaan ungkapan institution. “…… some authors consider than an institution; whatever the scope of behaviour referred to, also involves a structure and perhaps a ‘material komponen’. Other writers emphatically reject this suggestion” (Mitchell, 1968: 100). Bahwa institution perlu dibedakan dengan organization juga dinayatakan dengan jelas oleh Horton dan Hunt (1984: 211). “An institution is not a building; it is not a group of people; it is not an organization”.
Kesadaran perlunya perbedaan ini terlihat jelas dalam E. Chinoy dalam buku Society; tahun 1962. Lebih jauh lagi, ia bahkan menegaskan bahwa kelembagaan cenderung hanya membahas sikap, dan yang lain ihwal aspek organisasinya.
“…… Asserts that there is an increasing measure of agreement that the word institution should be used to refer only to pattern of approved or sanction behaviour, and that other terms shold be used to denote the organizational aspect of such behaviour and the group of persons involved” (dalam Mitchell, 1968: 100).
Sikap yang membedakan secara tegas kemudian juga mampu dilihat pada Mac Iver dan Page, pada bukunya Society yang terbit tahun 1949. Mereka membedakan objek yang dilihat pada institution dengan assosiation. “Institution are established form or conditions of procedure characteristic of group activity. The group which performs the standardized action is termed an assoiciation. Thus a churh is an association, and services are its institution”.
Demikian pula dengan L. Broom dan Selznik dalam bukunya Sociology: A Text with Adapted Readings, tahun 1963. Menurutnya social organization ialah : “…. The patterned relations of perorangan and groups and identity it as one of the two basic sources of order in social life, the other being norm and values”. Jelaslah, bahwa ada dua hal yang berlainan, yakni antara ‘hubungan yang berpola’ di satu bagian, dengan ‘norma dan nilai’ di bagian lain, yang terjadi dalam kehidupan sosial. Bentuk perbedaan yang dikehendaki kian tegas pada Wilson. Menurutnya organisasi sosial sebaiknya “…. Focusing on the structure rather than the behaviour, an organization of perorangan such as a hospital, or a public school, may be referred to as an institution”. Meskipun sudah disadari bahwa ada dua hal yang berbeda yang dikaji baik dalam term kelembagaan maupun organisasi, namun bagaimana membedakannya tidaklah juga gampang.
Ragam Pembedaan Kelembagaan dan Organisasi
Setidaknya ada empat bentuk cara membedakan yang muncul. Pertama, kelembagaan condong tradisional, sedangkan organisasi condong terbaru. Kelembagaan merupakan sesuatu yang tradisional, atau tidak modern. Cara berpikir mirip ini ialah ciri khas ideologi modernisasi yang menuntut keseragaman dalam segala hal, baik administrasi maunpun kelembagaan. Pembedaan atas tradisional dan terbaru ini sejalan dengan pembedaan yang diajukan oleh Horton dan Hunt (1984: 211): “… institution do not have members, they have followers”.
Kedua, kelembagaan dari masyarakat itu sendiri dan organisasi datang dari atas. Cara pembedaan ini relatif mirip dengan pembedaan di atas, tetapi ini tidak dalam konteks tradisional-modern, tetapi bawah-atas. Kelembagaan dan organisasi merupakan bipolar yang secara diametral dapat dipertentangkan. Keduanya ialah social form yang berada pada dua ujung garis kontinuum: kelembagaan berada di sebelah kiri, dan organisasi di sebelah kanan.
Pendapat ini timbul dalam pembahasan Tjondronegoro dikala membicarakan fenomena interaksi masyarakat desa dengan tekanan pihak atas secara politik. Ia berpendapat, bahwa kelembagaan ialah satu tata aturan yang dibuat oleh penduduk sehingga memiliki ciri-ciri tradisional dan non-formal, sementara organisasi lebih terbaru dan formal arena dibuat dari atas. ”… forum semakin mencirikan lapisan bawah dan lemah, dan organisasi mencirikan lapisan tengah dengan orientasi ke atas dan kota” (Tjondronegoro, 1999: 22). Batasan mirip ini akrab dengan persepsi Brewer (dalam Dove, 1985), dimana kelembagaan adalah sebagai hukum dan norma yang dikembangkan dan dipelihara oleh masyarakat itu sendiri. Hayami dan Kikuchi (1987: 29) juga memiliki pengertian yang relatif sama dengan fokusnya terhadap pengelolaan ekonomi sumber daya atau mode of production. Ia memakai istilah ‘pranata’ selaku sesuatu yang sangat menempel dengan komunitas.
Ketiga, kelembagaan dan organisasi berada dalam satu kontinuum, dimana organisasi ialah kelembagaan yang belum melembaga. Menurut Norman Uphoff (1986: 8), tujuan final adalah organisasi yang melembaga, atau kelembagaan yang mempunyai faktor organisasi. Kaprikornus, mereka hanya berbeda dalam tingkat penerimaan di penduduk saja. Organisasi dipandangnya hanyalah sebagai sesuatu yang akan dilembagakan. Pendapat ini sedikit banyak juga berasal dari dari Huntington (1965: 378) yang menyatakan: “Organization and procedures vary in their degree of institutionalization……Institutionalization is the process by which organizations and procedures acquire value and stability”.
Keempat, organisasi ialah bab dari kelembagaan. Dari kacamata ekonomi, Binswanger dan Ruttan (1978: 329) mengemukakan pandangan, bahwa: “An institution is usually defined as the set of behavioral rules that govern a particular pattern of section and relationship. An organization is generally seen as a decision making unit – a family, a firm, a bureau – that exercise control of resources….. the concept of institution will include that of organization”. Dalam konteks ini, organisasi ialah organ dalam sebuah kelembagaan. Keberadaan organisasi menjadi bagian teknis yang penting yang menjamin beroperasinya kelembagaan.
Dari bahasan di atas, terlihat bahwa ada 3 hal, dengan dua level, dan dua objek pokok. Tiga hal yang dimaksud yaitu kelembagaan, sikap, dan struktur. Kelembagaan merupakan istilah yang lebih tinggi, yang mencakup sikap dan struktur, yang sejajar kedudukannya dengan istilah organisasi . Sedangkan sikap dibentuk dari norma, nilai, dan lain-lain. Sementara strukur berperan selaku faktor statis yang menjamin berlangsungnya suatu kelembagaan.
Telah diperlihatkan, bagaimana balasannya terjadi kecenderungan penggunaan ungkapan yang membedakan antara ‘kelembagaan’ dan ‘organisasi’. Pemberian makna yang terpisah dan semakin tegas kepada kedua kata tersebut, merupakan aplikasi dari pertumbuhan konseptualnya masing-masing yang berlainan secara mendasar. Dengan membedakannya, maka dia dapat menolong penganalisaan tata cara-metode sosial, betapapun lemah atau pun ketat tata cara sosial tersebut.