Pembatasan Makanan Pada Balita Gizi Buruk

BAB IV
TATA LAKSANA DIET
PADA KEP BERAT/GIZI BURUK

A.  Tingkat Rumah Tangga

  1. Ibu memberikan aneka ragam kuliner dalam takaran kecil dan sering terhadap anak sesuai dengan kebutuhan ( lihat lampiran 5)
  2. Teruskan santunan ASI sampai anak berusia 2 tahun
B.  Tingkat Posyandu /PPG

  1. Anjurkan ibu menunjukkan kuliner terhadap anak di rumah sesuai usia anak, jenis makanan yang diberikan mengikuti ajuan kuliner (lampiran 5)
  2. Selain butir 1, maka dalam rangka pemulihan kesehatan anak, perlu menerima masakan perhiasan pemulihan (PMT-P) dengan komposisi gizi memadai minimal 1/3 dari kebutuhan 1 hari, yaitu :
    Energi 350 – 400 kalori
    Protein 10 – 15 g
  3. Bentuk makanan PMT-P

Makanan yang diberikan berupa :
  • Kudapan (kuliner kecil) yang dibuat dari materi kuliner setempat/lokal.
  • materi kuliner mentah berupa tepung beras,atau tepung lainnya, tepung susu, gula minyak, kacang-kacangan, sayuran, telur dan lauk pauk lainnya
  • Contoh paket bahan masakan komplemen pemulihan (PMT-P) yang dibawa pulang
Contoh bahan makanan yang dibawa pulang :
Alternative
Kebutuhan Paket Bahan Makanan/Anak/Hari
I
Beras 60 g
Telur 1 butir atau kacang-kacangan 25 g
gula 15 g
II
Beras 70 g
Ikan 30 g
III
Ubi/singkong 150 g
Kacang-kacangan 40 g
gula 20 g
V
Tepung ubi 40 g
Kacang-kacangan 40 g
gula 20 g
4.      Lama PMT-P
pinjaman kuliner embel-embel pemulihan (PMT-P) diberikan setiap hari terhadap anak selama 3 bulan (90 hari)
5.      Cara penyelenggaraan
  • Makanan kudapan diberikan setiap hari di Pusat Pemulihan Gizi (PPG) atau
  • Seminggu sekali kader melaksanakan demonstrasi pengerjaan masakan pendamping ASI/kuliner anak, dan membagikan kuliner tersebut terhadap anak balita KEP, selanjutnya kader membagikan paket materi kuliner mentah untuk kebutuhan 6 hari.
C.    Tingkat Puskesmas
Tata laksana pembatasan makanan pada balita KEP berat/gizi jelek ditujukan untuk menawarkan masakan tinggi energi, tinggi protein, dan cukup vitamin mineral secara sedikit demi sedikit, guna meraih status gizi optimal.  Ada 4 (empat) acara penting dalam tata laksana diet, yaitu : bantuan diet, pemantauan, dan evaluasi, penyuluhan gizi, serta tindak lanjut.
I.       Pemberian diet balita KEP berat/gizi buruk harus memenuhi syarat sebagai berikut :
  1. Melalui 3 fase ialah : fase stabilisasi, fase transisi, dan fase rehabilitasiKebutuhan energi mulai 100-200 kal/Kgbb/hari
  2. Kebutuhan protein mulai 1-6 g/Kgbb/hari
  3. Pemberian suplementasi vitamin dan mineral khusus, kalau tidak tersedia diberikan bahan masakan sumber mineral tertentu (lihat hal 12)
  4. Jumlah cairan 130-200 ml/kgbb/hari, jika ada edema dikurangi menjadi 100 ml/Kg bb/hari
  5. Jumlah dukungan peroral atau lewat pipa nasogastrik
  6. Porsi masakan kecil dan frekwensi makan sering
  7. Makanan fase stabilisasi mesti hipoosmolar, rendah laktosa, dan rendah serat
  8. Terus memperlihatkan ASI
  9. Makanan padat diberikan pada fase rehabilitasi dan berdasarkan berat badan, yaitu : bb < 7 kg diberikan kembali makanan bayi dan bb > 7 Kg mampu eksklusif diberikan masakan anak secara sedikit demi sedikit
Tabel 1 :
KEBUTUHAN GIZI MENURUT FASE PEMBERIAN MAKAN
ZAT GIZI
FASE
STABILISASI
TRANSISI
REHABILITASI
Energi
100 Kkal/kgbb/hr
150 Kkal/kgbb/hr
150-200 Kkal/kgbb/hr
Protein
1-1,5 g/kgbb/hr
2-3 g/kgbb/hr
4-6 g/kgbb/hr
Vitamin A
Lihat langkah 8
Lihat langkah 8
Lihat langkah 8
Asam Folat
Idem
Idem
Idem
Zink
Idem
Idem
Idem
Cuprum
Idem
Idem
Idem
Fe
Idem
Idem
Idem
Cairan
130 ml/Kgbb/hr atau
100 ml/kgbb/hr bila ada edema
150 ml/Kgbb/hr
150-200 ml/Kgbb/hr

Tabel 2
JADWAL, JENIS, DAN JUMLAH MAKANAN YANG DIBERIKAN
FASE
WAKTU PEMBERIAN
JENIS MAKANAN
FREKWENSI
JUMLAH CAIRAN (ml) SETIAP MINUM MENURUT BB ANAK
4 Kg
6 Kg
8 Kg
10 Kg
Stabilisasi
Hari 1-2
Hari 3-4
Hari 5-7
F75/modifikasi/Modisco ½
F75/penyesuaian/Modisco½
F75/Modifikasi/Modisco ½
12 x ( dg ASI )
12 x ( tanpa ASI)
8 x ( dg ASI)
8 x (tanpa ASI)
6 x (dg ASI)
6 x (Tanpa ASI)
45
45
65
65
90
90
65
65
100
100
130
130
90
130
175
110
160
220
Transisi
Minggu 2-3
F100/modifi
kasi/Modisco I
Atau II
4 x ( dg ASI )
6 x ( tanpa ASI)
130
90
195
130
175
220
Rehabilita
Si
BB < 7 Kg
Minggu 3-6
F135/modifi
kasi/Modisco III, ditambah
Makanan lumat/makan
lembik
sari buah
3 x ( dg/tanpa ASI )
3 x 1 takaran
1 x
90
100
100
100
150
100
175
100
BB >7 Kg
Makanan lunak/makan
An biasa
Buah
3 x 1 takaran
1 –2 x 1 buah
*) 200 ml = 1 gelas
Contoh :
Kebutuhan anak dengan berat badan 6 Kg pada fase rehabilitasi diharapkan :
Energi : 1200 Kkal
400 kalori dipenuhi dari 3 kali 100 cc F 135 ditambah 800 kalori dari 3 kali masakan lumat/masakan lembik dan 1 kali 100 cc sari buah
Tabel 3
FORMULA WHO
Bahan
Per 100 ml
F 75
F 100
F 135
FORMULA WHO
Susu skim abu
g
25
85
90
Gula pasir
g
100
50
65
Minyak sayur
g
30
60
75
Larutan elektrolit
Ml
20
20
27
Tambahan air s/d
Ml
1000
1000
1000
NILAI GIZI
Energi
Kalori
750
1000
1350
Protein
g
9
29
33
Lactosa
g
13
42
48
Potasium
Mmol
36
59
63
Sodium
Mmol
6
19
22
Magnesium
Mmol
4.3
7.3
8
Seng
Mg
20
23
30
Copper
Mg
2.5
2.5
3.4
% energi protein
5
12
10
% energi lemak
36
53
57
Osmolality
Mosm/l
413
419
508
Tabel 4
MODIFIKASI FORMULA WHO
FASE
STABILISASI
TRANSISI
REHABILITASI
Bahan Makanan
F75 I
F75 II
F75
III
F100
M1
MII
F135
MIII
Susu skim bubuk (g)
25
100
100
100
Susu full cream (g)
35
110
25
120
Susu sapi segar (ml)
300
Gula pasir (g)
70
70
70
50
50
50
50
75
75
Tepung beras (g)
35
35
35
50
Tempe (g)
150
Minyak sayur (g)
27
17
17
25
30
50
60
Margarine (g)
50
50
Lar. Elektrolit (ml)
20
20
20
20
27
Tambahan air (L)
1
1
1
1
1
1
1
1
1
*) M : Modisco
Keterangan :
  1. Fase stabilisasi diberikan Formula WHO 75 atau modifikasi.
  2. Larutan Formula WHO 75 ini mempunyai osmolaritas tinggi sehingga kemungkinan tidak dapat diterima oleh semua anak, terutama yang mengalami diare. Dengan demikian pada kasus diare lebih baik digunakan adaptasi Formula WHO 75 yang menggunakan tepung
  3. Fase transisi diberikan Formula WHO 75 sampai Formula WHO 100 atau adaptasi
  4. Fase rehabilitasi diberikan secara sedikit demi sedikit dimulai dari tunjangan Formula WHO 135 hingga kuliner biasa
CARA MEMBUAT
1.      Larutan Formula WHO75
Campurkan susu skim, gula, minyak sayur, dan larutan elektrolit, diencerkan dengan air hangat sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga homogen dan volume menjadi 1000 ml. Larutan ini bisa eksklusif diminum
      Larutan penyesuaian :
      Campurkan susu skim/full cream/susu segar, gula, tepung, minyak. Tambahkan air sehingga meraih 1 L (liter) dan didihkan sampai 5-7 menit.
2.      Larutan Formula WHO 100 dan adaptasi Formula WHO 100
Cara mirip menciptakan larutan Formula WHO 75

      Larutan modifikasi :

Tempe dikukus sampai matang kemudian dihaluskan dengan ulekan (blender, dengan ditambah air). Selanjutnya tempe yang sudah halus disaring dengan air seperlunya. Tambahkan susu, gula, tepung beras, minyak, dan larutan elektrolit. Tambahkan air sampai 1000 ml, masak sampai mendidih selama 5-7 menit.
3.      Larutan elektrolit
Bahan untuk menciptakan 2500 ml larutan elektrolit mineral, terdiri atas :
KCL                                              224     g
Tripotassium Citrat                      81      g
MgCL2.6H2O                               76      g
Zn asetat 2H2O                               8,2 g
Cu SO4.5H2O                                 1,4 g
Air sampai larutan menjadi 2500 ml (2,5 L)
Ambil 20 ml larutan elektrolit, untuk membuat 1000 ml Formula WHO 75, Formula WHO 100, atau Formula WHO 135. Bila materi-bahan tersebut tidak tersedia, 1000 mg Kalium yang terkandung dalam 20 ml larutan elektrolit tersebut bisa didapat dari 2 gr KCL atau sumber buah-buahan antara lain sari buah tomat (400 cc)/jeruk (500cc)/pisang (250g)/alpukat (175g)/melon (400g).

II.      EVALUASI  DAN PEMANTAUAN PEMBERIAN DIET

  1. Timbang berat badan sekali sepekan, kalau tidak naik kaji penyebabnya (asupan gizi tidak adequat, defisiensi zat gizi, nanah, dilema psikologis).
  2. Bila asupan zat gizi kurang, modifikasi diet sesuai selera.
  3. Bila ada gangguan terusan cerna (diare, kembung,muntah) memperlihatkan bahwa formula tidak cocok dengan kondisi anak, maka gunakan formula rendah atau bebas lactosa dan hipoosmolar, misal: susu rendah laktosa, formula tempe yang ditambah tepung-tepungan.
  4. Kejadian hipoglikemia : beri minum air gula atau makan setiap 2 jam

III.PENYULUHAN GIZI DI PUSKESMAS

1.      Menggunakan leaflet khusus yang berisi jumlah, jenis, dan frekwensi pinjaman materi masakan
2.      Selalu memperlihatkan pola sajian (lampiran 6)
3.      Mempromosikan ASI jikalau anak kurang dari 2 tahun
4.      Memperhatikan riwayat gizi (lampiran 3 dan 4)
5.      Mempertimbangkan sosial ekonomi keluarga
6.      Memberikan demonstrasi dan praktek memasak makanan balita untuk ibu
IV.TINDAK LANJUT
1.      Merencanakan kunjungan rumah
2.      Merencanakan pemberdayaan keluarga
Daftar Kepustakaan
1.                  Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Hasil Penataran Petugas Kesehatan Dalam Rangka Pelayanan Gizi Buruk di Puskesmas dan Rumah Sakit, BLK Cimacan, Oktober 1981.
2.                  Departemen Kesehatan RI, WHO, Unicef. Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) Indonesia, Jakarta 1997
3.                  Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Ditjen Binkesmas Depkes.  Pedoman Penanggulangan Kekurangan Energi Protein (KEP) dan Petunjuk Pelaksanaan PMT pada Balita,  Jakarta 1997.
4.                  London School of Hygiene and Tropical Medicine.  Dietary Management of PEM (Not Published, 1998)
5.                  WHO.  Guideline for the Inpatient Treatment of Severely Malnourished Children,  WHO Searo, 1998.
6.                  Departemen Kesehatan RI, Pedoman Pelaksanaan Pojok Gizi (POZI) di Puskesmas, Jakarta 1997

7.         Waterlaw JC. Protein Energy Malnutrition,  Edward Arnold ,  London,         1992