Pengertian Ungkapan dan Peribahasa
Ungkapan ialah satuan bahasa (kata, frasa, atau kalimat) yang tidak mampu diramalkan menurut unsur-komponen pembentuknya. Contoh perumpamaan, yakni perang dingin, kabar angin, kambing hitam, naik daun.
Peribahasa yaitu kelompok kata atau kalimat yang mengisahkan maksud tertentu berbentukperbandingan, kontradiksi, sindiran, dan penegasan. Contoh peribahasa, yakni habis cantik sepah dibuang, bergantung pada akar lapuk, seperti anak ayam kehilangan induk, bagai telur di ujung tanduk.
Ungkapan dan peribahasa juga banyak dipakai dalam cerpen, novel, ataupun puisi. Penggunaan perumpamaan dan peribahasa tergolong salah satu bagian gaya bahasa dalam kesusasteraan.
Berikut yaitu acuan penggunaan ungkapan dan peribahasa pada prosa fiksi, nonfiksi, dan puisi:
a. Ungkapan dan Peribahasa dalam Prosa Fiksi dan Nonfiksi
Contoh 1
…………………
Nyonya Hidayat menggigit bibirnya. Oh, jadi itu kiranya yang membawa mereka kemari! Selanjutnya beliau harus lebih berhati-hati dalam bicaranya. Apa yang dikatakannya pada sebuah dikala secara kalem bisa saja menjadi senjata makan tuan di lalu hari! Kalau begitu orang betul-betul mesti menjaga mulutnya, pikir Nyonya Hidayat dalam hati.
……………….
(Dari: Misteri Gugurnya Sekuntum Dahlia, oleh S. Mara. GD)
Contoh 2
……………………
Awal segalanya, yakni pada suatu hari datanglah seorang laki–laki bareng Sutan Caniago kepadanya. Ia seorang ayah dari empat orang anak. Katanya beliau tak sanggup di kampung lagi.
Maksudnya dia hendak merantau, mengadu untung di kota. Tapi dia membutuhkan modal. Untuk menerima modal itulah, beliau menemukan Sutan Duano. Ia hendak menggendon padinya yang sudah selesai disianginya.
“Aku juga petani, “ kata Sutan Duano cepat. “Bapak petani sebatang kara. Aku punya istri. Punya empat orang anak. Bebanku enam kali lebih berat dari Bapak.”
Fakta yang dikatakan Sutan Caniago itu benar. Tapi fakta-fakta lain menunjukkan jadinya yang tidak selamanya cemerlang. Bahkan lebih banyak yang ambruk kesannya dibandingkan dengan sukses. Sutan Duano tahu, bahwa orang-orang yang merantau itu pada era permulaannya yang kadang-kadang panjang itu tenggelam mirip batu jatuh lubuk di rantau orang.
Jarang sekali mereka mengantarkan nafkah buat anak istrinya yang berkuras mencarikan isi perut mereka di kampung. Dan pada suatu kala, jika suaminya pulang, beliau membawakan kain baju yang indah-indah buat anak istrinya. Dan si istri memakainya ke setiap pasar seolah memperagakan santunan suaminya yang beruntung di rantau.
Baru saja Sutan Duano selesai berkata, tiba-tiba pria itu mengangkat kepalanya. Lantunan cahaya lampu di wajahnya bertambah marak, tapi air mukanya gelap.
……………………
(Dari roman: Kemarau, karya; A.A. Navis)
Contoh 3
…………
Adapun para kandidat lurah beserta tim berhasil dan komunitas pendukungnya tidak perlu ikut melakukan pekerjaan kecil dan setempat menyelamatkan Sobirin. Sepembahasan mereka bertugas di kawasan yang lebih tinggi, lebih luas, dan lebih jauh ke depan. Mereka agent of the change. Mereka pemegang tongkat zaman. Mereka penentu era depan seluruh kampung.
….…………………….
(Sumber: Seputar Indonesia, 14 Desember 2007)
b. Ungkapan dan Peribahasa dalam Puisi:
(Karya: Tarmizi Basri)
………………..
Hatiku jelas menerima kasihmu, bagai bintang
Memasang lilinnya
Kalbuku terbuka menunggu kasihmu, bagai sedap
Malam menyirak kelopak
Aduh, kekasihku, isi hatiku dengan katamu
Penuhi dadaku dengan cayamu, supaya bersinar
Mataku sendu biar berbinar gelakku rayu!
………………..
Kemerdekaan itu
Adalah kambing hitam gembala
Yang diberi racun
Akhirnya mati tidak berguna
Kemerdekaan itu
Adalah adu jangkrik yang dikitik-kitik
Dalam bulat arena sepatu serdadu
Di bawah acungan ujung peluru
……………………
(Karya: Edim Hartati Suara Karya, 6 Juni 1981)
……………………
Walaupun kamu telah tiada
Namamu tetap harum dan
Membekas di hati masyarakat
Seperti kata pepatah
Harimau mati meninggalkan belang
Gajah mati meninggalkan gading.
………………………
(Karya: Jozef B. Kalengkongan)
………………………
Saat esa terhilang di pertempuran
Ribuan terbilang menggantikannya
Semangat membara menyatu keberagaman bangsa
Mengantar Soekarno-Hatta ke corong proklamasi
Kumandangkan Jaya Indonesia Merdeka.
……………………..
(Karya: Adi Sarjono)
…………………………
Hh….!
Kata itu rupanya betul-betul mati
Terkubur di antara belitan resesi ekonomi yang tak tahu
Ujungnya
Terkekang di tengah-tengah kerumunan massa yang
Mengamuk mempembahasani buta
Terkungkung di bawah peradilan yang ompong tak bergigi.
………………………..