Pemahaman Pengetahuan

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA
III.1         Konsep Pengetahuan
III.1.1 Pengertian wawasan
Pengetahuan yakni kesan didalam asumsi manusia sebagai hasil penggunaan panca indranya, yang berlawanan sekali dengan dogma, takhayul dan penerangan yang keliru (Soekanto, 2005).
Menurut Notoatmodjo (2003) Semakin banyak isu yang didapat maka kian banyak pula wawasan yang didapat alasannya adalah informasi ialah salah satu faktor yang dapat menghipnotis tingkat wawasan seseorang.
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai        6 tingkatan :
a.         Tahu (Know)
Diartikan selaku mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini ialah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rancangan yang sudah diterima. Oleh karena itu tahu ini ialah tingkat wawasan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. 

b.        Memahami (Comprehension)
Diartikan selaku suatu kesanggupan untuk menerangkan secara benar perihal obyek yang diketahui dan dapat mengiterpretasikan bahan tersebut secara benar. Orang yang telah paham kepada obyek atau bahan harus dapat menerangkan, menyebutkan acuan, menyimpulkan dan meramalkan.
c.         Aplikasi (Application)
Kemampuan untuk menggunakan bahan yang sudah dipelajari pada suasana atau keadaan real (sebenarnya). Aplikasi disini mampu diartikan selaku aplikasi atau penggunaan aturan-aturan, rumus, tata cara, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau suasana yang lain.
d.   Analisis (Analysis)
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau sebuah obyek ke dalam unsur-unsur, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, mirip mampu menggambarkan (membuat denah), membedakan, memisahkan, menggolongkan, dan sebagainya.
e.         Sintesis (synthesis)
    Menunjuk terhadap sebuah kemampuan untuk menaruh atau menghubungkan bab-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang gres dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari informasi-gosip yang ada.
f.         Evaluasi (evaluation)
      Hal ini berkaitan dengan kemampuan melaksanakan justifikasi atau penilaian kepada suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada sebuah kriteria yang diputuskan sendiri (Notoatmodjo, 2003).
III.1.2. Faktor-aspek yang menghipnotis pengetahuan
1.      Faktor instrinsik
Faktor intrinsik meliputi : wawasan, kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi, dan sebagainya yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar.
2.      Faktor ekstrinsik
Meliputi lingkungan sekitar baik fisik maupun non fisik seperti iklim insan, sosial ekonomi, kebudayaan, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).
3.      Karakteristik ibu
a.       Umur
      Umur adalah umur individu yang terhitung mulai dikala dilahirkam sampai ketika berulang tahun (Nursalam dan Pariani, 2001).
Menurut Prawirohardjo (2005) dalam abad reproduksi sehat diketahui bahwa usia kondusif untuk kehamilan dan persalinan ialah 20 – 30 tahun.
Semakin sampaumur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan lebih baik wawasan untuk mencegah terjadinya kesakitan dan maut (Nursalam dan Pariani, 2001).
b.      Pendidikan
Makin tinggi pendidikan seseorang, semakin gampang menerima isu sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghalangi kemajuan sikap seseorang kepada nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Nursalam dan Pariani, 2001).
                        1.  Pendidikan Tinggi     : Akademik / Perguruan Tinggi
                        2.  Pendidikan Sedang    : Tamat SLTA / SLTP
                        3.  Pendidikan Rendah   : Tamat SD / Tidak Sekolah
c.       Pekerjaan
Pekerjaan yakni kegiatan yang mesti dijalankan untuk menunjang kehidupan dan kehidupan keluarganya, dengan melakukan pekerjaan seseorang mampu berbuat sesuatu yang bernilai, bermanfaat dan menemukan banyak sekali pengalaman (Notoadmodjo , 2003)
1.   Bekerja : Buruh tani, Wiraswasta, PNS / ABRI
2.   Tidak melakukan pekerjaan Ibu rumah tangga
d.      Paritas
Paritas yaitu jumlah persalinan yang pernah dialami perempuan (Maimunah, 2005).
Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal.
Menurut Prawirohardjo (2005) paritas dibagi menjadi 3:
a.       Primipara yakni seorang wanita yang melahirkan untuk pertama kali.
b.      Multipara ialah seorang wanita yang melahirkan beberapa kali tidak lebih dari 5 kali
c.       Grande multipara yakni seorang yang melahirkan lebih dari     5 kali (Prawirohardjo, 2005).
Paritas 2- 3 merupakan paritas paling aman di tinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi (>3) memiliki angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas lebih tinggi ajal maternal.
Menurut Notoatmodjo (2002), bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman merupakan sebuah cara untuk memperoleh kebenaran wawasan.
III.1.3    Sikap
Merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2003).
III.1.4   Perilaku
Dari persepsi biologis sikap ialah suatu aktivitas atau acara organisme yang bersangkutan. Makara perilaku manusia pada hakekatnya ialah suatu acara dari pada insan itu sendiri (Notoatmodjo, 2003). 
III.2 Konsep Dasar Kehamilan
III.2.1 Pengertian Persalinan
            Menurut manuaba ( 2001 ) dan Mochtar ( 2001 ), memiliki persamaan definisi dari persalinan ialah proses pengeluaran hasil konsepsi ( janin dan uri ) yang sudah cukup bulan atau mampu hidup di luar kandungan lewat jalan lahir maupun luar jalan lahir, dengan pemberian atau tanpa tunjangan ( kekuatan sendiri ).
            Persalinan menurut Dep. Kes RI ( 2004 ) ialah proses alamiah dimana terjadi dilatasi serviks, lahirnya bayi dan plasenta dari rahim ibu.
Bentuk persalinan berdasarkan definisi ialah selaku berikut :
III.2.2 Persalinan wajar
            Beberapa pertimbangan perihal pengertian definisi persalinan normal ialah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan ( 37-42 minggu ), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18-24 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin ( Saefuddin, 2000 ) ( Depkes RI 2004 ). Bila persalinan semuanya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri atau proses lahirnya bayi pada LBK ( letak belakang kepala ) dengan tenaga ibu sendiri, tanpa tunjangan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang lazimnya berjalan kurang dari 24 jam ( Mochtar, 2001 ).
            Proses persalinan berisikan 4 masa ( Mochtar, 1998 ) yakni :
1.      Kala I / periode pembukaan : yang dimulai dari pembukaan serviks menjadi pembukaan lengkap ( 10 cm ).
2.       Kala II / abad pengeluaran : dimulai dari pembukaan lengkap hingga           lahirnya bayi.
3.      Kala III / abad uri : dimulai dari lahirnya bayi sampai plasenta lahir.
4.      Kala IV / abad pengawasan : kala 2 jam sehabis plasenta lahir.
Tanda-tanda bahaya dalam persalinan :
Menurut Depkes RI ( 2000 ) kalau ibu dan keluarga tidak mengenal gejala ancaman dalam kehamilan / persalinan dan nifas, maka akan mengalami keterlambatan untuk mencari dukungan.
III.2.3 Persalinan Buatan
            Menurut Mocthar ( 2001 ) jika proses persalinan dengan pemberian tenaga dari luar, dapat disebut juga dengan persalinan hebat ( ajaib ) yakni persalianan pervaginam dengan tunjangan alat-alat atau lewat duinding perut dengan lewat operasi caesaria. Jenis persalinan pervaginam dengan pinjaman alat-alat :
a.Ekstraksi Vacum
b.Ekstraksi Cunam / forcep
III.3 Konsep Dasar Sectio Caesaria
III.3.1 Pengertian Sectio Caesaria
            Ada beberapa teori wacana definisi Sectio Caesaria, dan masing-masing menpunyai pemahaman yang berlainan tetapi makana yang sama yakni :
            Sectio caesaria yaitu suatu cara melahirkan janin dengan menciptakan sayatan pada dinding uterus lewat dininding depan perut atau vagina, atau Sectio Caesaria yaitu sebuah histeretomia untuk melahirkan janin dalam rahim ( Mochtar, 1998 ).
            Sectio Caesaria yakni suatu persalinan bikinan, dimana janin dilahirkan melalui sebuah insisi pada dinding perit dan dinding syaraf rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram ( Winkjosastro, 2002 )
            Sectio caesaria adalah sebuah teknik untuk menghentikan perjalanan persalinan ( Al-Azzawi, 2002 )
            Sectio Caesaria yaitu suatu langkah-langkah untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500 gram lewat sayatan pada dindning uterus.
III.3.2 Istilah dalam Sectio Caesaria
  1. Seksio Caesaria Primer ( efektif )
Dari semulasudah dijadwalkan bahwa janin akan dilahirkan secara sectio caesaria, tidak diharapkan lagi kelahiran biasa, contohnya pada panggul sempit ( Conjugata Vera kurang dari 8 cm )
  1. Sectio caesaria Sekunder
Dalam hal ini kita mencoba menanti kelahiran biasa ( partus percobaan ), bila tidak ada pertumbuhan persalinan atau partus percobaan gagal, baru dilakukan sectio Caesaria.
  1. Sectio Caesaria Ulang ( Repeat Caesarean Sectio )
Ibu pada kehamilan terdahualu mengalami Sectio Caesaria ( previous Caesarian Sectio ) dan pada kehamilan berikutnya dilakukan Sectio Caesaria ulangan.
  1. Sectio Caesaria Histerektomi ( Caesarean Sectio Histerektomy )
Adalah suatu operasi dimana setelah dilahirkan secara sectio Caesaria, pribadi dilaksanakan histerektomi karena suatu indikasi.
  1. Opersai Porro ( Porro Operation )
Adalah sebuah operasi tanpa mengeluarkan janin dari cavum uteri ( tentunya janin telah mati ), dan langsung dilaksanakan histerektomi, contohnya pada keadaan jerawat rahim yang berat.
Sectio Caesaria oleh ahli kebidanan disebut obsteric panacea, yakni obat atau teraphi ampuh dari semua problem obstetrik. ( Mochtar, 1998 )
III.3.3 Jenis Sectio Caesaria
Menurut mochtar ( 1998 ), ada 3 jenis sectio caesaria :
a. Abdomen ( Sectio Caesaria Abdominalis )
1. sectio caesaria klasik atau korporal dengan insisi memanjang pada korpus uteri kira-kira sepanjang 10 cm.
Kelebihan :
a.       Mengeluarkan janin lebih cepat
b.      Tidak menimbulkan komplikasi kandung kemih
c.       Sayatan biasa di perpanjang proksimal atau distal.
Kekurangan :
a.       Infeksi gampang menyebar secara intraabdominal alasannya tidak ada reperitonealisasi yang bagus.
b.      Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi ruptur uteri impulsif.
2. Sectio Caesaria Ismika atau Profunda atau Low Cervical dengan insisi pada segmen bawah rahim.
            Kelebihan :
a.       Penjahitan luka lebih gampang
b.      Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik.
c.       Tumpang tindih dari peritoneal Flap baik sekali untuk menahan penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum.
d.      Perdarahan kurang
e.       Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptur uteri spontan kurang atau lebih kecil
Kekurangan :
a.       Luka melebar ke kiri, kanan, dan bawah sehingga mampu menjadikan pedarahan yang banyak.
b.      Keluhan pada kandung kemih postoporative tinggi.
b. Sectio Caesaria Ekstra Peritonealis
            ialah tanpa membuka peritoneum parietalis, dengan demikaian tidak membuka kavum abdominalis.
c. Vagina ( Sectio Caesaria Vaginalis )
            Menurut arah sayatan pada rahim, sectio caesaria mampu dijalankan selaku berikut :
  1. Sayatan memanjang ( longitudinal ) berdasarkan kroning
  2. Sayatan melintang ( tranfersal ) berdasarkan Kerr
  3. Sayatan huru T ( T- incition )
Sectio Caesaria ekstra peritonealis dulu dijalankan untuk mengurangi bahaya bisul nifas, dengan perkembangan terhadap terapi nanah. Teknik ini tidak lagi dikerjakan krena tekniknya susah, juga sering terjadi ruptur nperitoneum yang tidak dapat dihidarkan.
III.3.4 Indikasi
1. Indikasi berdasarkan Wiknyosastro ( 2002 )
            Pada Ibu :
a.       Panggul sempit absolut ( CV kurang dari 8 cm )
b.      Tumor-tumor jalan lahir
c.       Stenosis serviks atau vagina
d.      Plasenta previa totalis/ sub totalis
e.       Disporsisi sefalo pelvic
f.       Ruptura uteri membakat
g.      Partus usang
Pada Janin :
a.       Kelainan letak
b.      Gawat janin
2. Indikasi menurut Manuaba ( 2001 )
            a. Plasenta previa sentralis / lateralis
            b. Panggul sempit
            c. Disproporsi sevalo pelvic
            d. Ruptura uteri mengancam
            e. Partus usang
            f. Distosia serviks
            g. Malpresentasi janin : letak lintang, letak bokong, presentasi bokong, presentasi ganda, gamelli ( anak pertama letak lintang ), locking of the twins
            i. Distosia alasannya tumor
            j. Gawat janin
            k. Indikasi yang lain
indikasi klasik yang mampu dikemukakan selaku dasar sectio caesaria yakni :
a.       Prolong Labour sampai Neglected Labour
b.      Ruprura uteri iminens
c.       Fetal distress
d.      Janin besar melebihi 4000 gram
e.       Perdarahan ante partum
Indikasi yang menambah tingginya angka persalinan denga Sectio Caesaria ialah:
a.       Tindakan Sectio Caesaria pada letak sungsang
b.      Sectio Caesaria berulang
c.       Kehamilan prematuritas
d.      Kehamilan dengan resiko tinggi
e.       Pada kehamilan ganda
f.       Kehamilan dengan pre eklamsi dan eklamsi
g.      Konsep well born baby dan well health mother dengan orentasi persalinan, impulsif B, outlet forcep / vakum.
III.3.5 Kontra indikasi
            Dalam praktek kebidanan terbaru, tidak ada kontra indikasi tegas terhadap section caesaria, tetapi demikian section caesaria jarang dikerjakan jika kondisi-kondisi sebagai berikut :
1.      Janin mati
2.      Terlalu prenatur untuk bertahan hidup
3.      Ada jerawat pada dinding abdomen, stress berat
4.      Anemia berat yang belum diselesaikan
5.      Kelainan Kongenital
6.      Tidak ada / kurang sarana / kemudahan / kesanggupan
( Cunningham, 1995 )
III.3.6 Komplikasi yang mampu muncul
a.       Infeksi
Lokasinya pada rahim dapat meluas ke organ-organ dalam rongga panggul disekitarnya. Faktor-aspek predisposisi partus usang, ketuban pecah dini, tindakan vaginal sebelimnya.
b.      Perdarahan
Perdarahan mampu timbul pada waktu pembedahan jikalau cabang-cabang arteri uterin ikut terbuka atau karena atonia uteri
c.       Bekuan darah di kaki ( tromboblebitis ), organ-organ dalam panggul, yang kadang-kadang sampai ke paru-paru.
d.      Luka kandung kemih
e.       Kurang kuatnya parut pada dinding uterus, sehingga bisa terjadi ruptur uteri pada kehamilan selanjutnya.
f.       Ruptur uteri pada kehamilan selanjutnya

( Winkyosastro, 2002 )