Pengertian Penjualan
IAI dalam SAK No 23 paragraf 2 (2009) menyatakan, “Penjualan barang mencakup barang yang diproduksi perusahaan untuk dijual dan barang yang dibeli untuk dijual kembali seperti barang dagang yang dibeli pengecer atau yang lain.”
Definisi pemasaran berdasarkan Mulyadi (2008:202), “Penjualan merupakan aktivitas yang dikerjakan oleh penjual dalam menjual barang atau jasa dengan impian akan memperoleh keuntungan dari adanya transaksi-transaksi tersebut dan pemasaran dapat diartikan selaku pengalihan atau pemindahan hak kepemilikan atas barang atau jasa dari pihak penjual ke pembeli.”
Berdasarkan kedua pernyataan di atas, maka mampu ditarik kesimpulan bahwa penjualan, terutama pemasaran barang merupakan aktivitas menjual barang yang dibuat sendiri atau dibeli dari pihak lain untuk dijual kembali terhadap konsumen secara kredit maupun tunai.
Kaprikornus secara lazim penjualan pada dasarnya berisikan dua jenis adalah penjualan tunai dan kredit. Penjualan tunai terjadi jika penyerahan barang atau jasa secepatnya diikuti dengan pembayaran dari pembelian, sedangkan penjualan kredit ada batas waktu tenggang antara saat penyerahan barang atau jasa dalam penerimaan pembelian.
Keuntungan dari pemasaran tunai yaitu hasil dari pemasaran tersebut pribadi terealisir dalam bentuk kas yang diperlukan perusahaan untuk mempertahankan likuiditasnya. Sedangkan dalam rangka memperbesar volume penjualan, biasanya perusahaan menjual produknya secara kredit. Penjualan kredit tidak secepatnya menciptakan pemasukan kas, tapi lalu menyebabkan piutang. Kerugian dari penjualan kredit ialah timbulnya biaya administrasi piutang dan kerugian akibat piutang tak tertagih.
Pengertian Penjualan Tunai
Secara biasa , terdapat 2 (dua) jenis penjualan, yaitu pemasaran tunai dan penjualan kredit. Menurut Narko (2008:71), “Penjualan tunai yaitu bila pembeli telah menentukan barang yang mau dibeli, pembeli diharuskan mengeluarkan uang ke bagian kassa.”
Sedangkan berdasarkan Yadiati dan Wahyu (2006:129), “Penjualan tunai adalah pembeli langsung menyerahkan sejumlah uang tunai yang dicatat oleh pedagang melalui register kas.”
Jadi mampu disimpulkan bahwa penjualan tunai yaitu penjualan yang transaksi pembayaran dan pemindahan hak atas barangnya eksklusif melalui register kas atau bagian kassa. Sehingga, tidak perlu ada prosedur pencatatan piutang pada perusahaan penjual.
Pengertian Penjualan Kredit
Selain penjualan tunai, jenis penjualan yang lain yakni pemasaran kredit. Menurut Mulyadi (2008:206) yakni “Penjualan kredit dijalankan oleh perusahaan dengan cara mengirimkan barang sesuai dengan order yang diterima dari pembeli dan untuk jangka waktu tertentu, perusahaan mempunyai tagihan terhadap pembeli tersebut.”
Sedangkan berdasarkan Soemarso (2009:160) yaitu “Penjualan kredit yakni transaksi antara perusahaan dengan pembeli untuk menyerahkan barang atau jasa yang berakibat timbulnya piutang, kas aktiva.”
Dari kedua definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa penjualan kredit adalah sebuah transaksi antara perusahaan dengan pembeli, mengantarkan barang sesuai dengan order serta perusahaan mempunyai tagihan sesuai jangka waktu tertentu yang menimbulkan timbulnya sebuah piutang dan kas aktiva.
Pengertian Retur Penjualan
Menurut Soemarso (2009:41), “Retur pemasaran yakni barang dagang yang dijual mungkin dikembalikan oleh konsumen atau oleh karena kerusakan atau alasan-alasan lain, konsumen diberikan bagian harga (pengurangan harga atau sales allowance).”
Menurut pemahaman di atas mampu ditarik kesimpulan bahwa retur penjualan yakni penghapusan atau pengembalian barang yang dijalankan oleh pelanggan alasannya barang tersebut mengalami kerusakan, cacat atau alasan lainnya sehingga menjadikan pembeli menerima suatu penggantian barang atau pengurangan harga.
Pengertian Penjualan Konsinyasi
Menurut Drebin yang diterjemahkan oleh Sinaga (2008:158) menyatakan, “Penjualan Konsinyasi adalah penyerahan fisik barang-barang oleh pihak pemilik terhadap pihak lain yang bertindak selaku agen pedagang , secara hukum dapat dinyatakan bahwa hak atas barang tersebut tetap berada di tangan pemilik sampai mampu terjual oleh pihak distributor penjual.”
Pihak yang mempunyai barang disebut konsinyor (consignor), sedangkan pihak yang mengusahakan penjualan barang disebut konsinyi (consignee), faktor (factor), atau penjualkomisi (commision merchant).
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa pemasaran konsinyasi adalah proses perpindahan atau penyerahan barang dari pengamanat terhadap pihak lain dengan dikala telah melaksanakan pemasaran barang tersebut.
Karakteristik Penjualan Konsinyasi
Menurut Yunus dan Harnanto (2008) terdapat 4 hal yang pada umumnya ialah karakteristik dari transaksi konsinyasi itu, dan merupakan perbedaan perlakuan akuntansinya dengan transaksi pemasaran, yakni :
1. Karena hak milik atas barang masihh berada pada pengamanat, maka barang-barang konsinyasi harus dilaporkan sebagai persediaan oleh pengamanat. Barang-barang konsinyasi tidak boleh diperhitungkan sebagai persediaan oleh pihak komisioner.
2. Pihak pengamanat tetap bertanggung jawab sepenuhnya kepada semua ongkos yang bekerjasama dengan barang-barang konsinyasi sejak ketika pengiriman sampai dengan saat komisioner menjualnya kepada pihak ketiga. Kecuali diputuskan bagi pihak yang bersangkutan.
3. Pengiriman barang-barang konsinyasi tidak menjadikan timbulnya pendapatan dan dihentikan dibakai selaku tolok ukur untuk mengakui timbulnya pemasukan, baik bagi pengamanat maupun bagi komisioner sampai saat barang dijual kepada pihak ketiga.
4. Komisioner dalam batas kemampuannya memiliki kekwajiban untuk menjaga keamanan dan keamanan barang-barang komisi yang diterimanya. Oleh alasannya itu administrasi yang tertib harus diselenggarakan hingga dengan dikala dia menjual barang tersebut terhadap pihak ketiga.
Dokumen dan Catatan Akuntansi yang Digunakan
Dokumen yang digunakan dalam tata cara penjualan tunai yaitu:
a. Faktur Penjualan Tunai (FPT)
Faktur ini diisi oleh bab order penjualan dalam rangka 3 antara lain :
1) Lembar 1 : Diberikan ke pembeli selaku pengirim untuk kepentingan pembayaran ke kassa.
2) Lembar 2 : Diberikan ke bagian pembungkus beserta barang selaku perintah penyerahan barang ke pembeli yang sudah membayar di kassa.
3) Lembar 3 : Diarsip sementara berdasarkan nomor urutnya oleh bagian order pemasaran/pelayan sebagai pengendali bila terjadi kejanggalan transaksi
b. Pita Register Kas
Dokumen ini dihasilkan oleh mesin yang dioperasikan oleh bagian kassa sehabis terjadi transaksi penerimaan uang dari pembeli selaku pembayaran atas barang. Dokumen ini berfungsi selaku dokumen penunjang untuk meyakinkan bahwa faktur tersebut sungguh-sungguh telah dibayar dan dicatat dalam register kas.
Catatan Akuntansi yang digunakan yakni :
1 Jurnal Penjualan
Catatan akuntansi ini dipakai untuk mencatat transaksi pemasaran, baik secara tunai maupun kredit.
Kas
Penjualan
2 Kartu Persediaan
Catatan akuntansi ini berfungsi sebagai buku besar pembantu yang berisi
Rincian mutasi barang.
3 Kartu Gudang
Catatan ini diselenggarakan oleh fungsi gudang untuk mencatat mutasi dan persediaan fisik barang yang disimpan di gudang.
4 Laporan (berdasarkan Jenis/Tipe barang)
Laporan ini dipakai oleh administrasi untuk menganalisis jenis atau tipe barang mana yang disenangi pelanggan.
Unsur Sistem Pengendalian Internal Penjualan
Unsur pokok pengendalian internal yang digunakan dalam prosedur pemasaran yaitu:
1. Organisasi
Dilakukan pemisahan fungsi dan peran dari fungsi – fungsi yang berhubungan dengan prosedur penjualan serta transaksi harus dilakukan oleh lebih dari satu fungsi.
a. Fungsi pemasaran terpisah dari fungsi tunai
b. Fungsi akuntansi terpisah dari fungsi pemasaran
c. Fungsi akuntansi terpisah dari fungsi kas
d. Transaksi pemasaran tunai mesti dilaksanakan oleh fungsi penjualan, fungsi penagihan, fungsi pengiriman, dan fungsi akuntansi
2. Otorisasi dan mekanisme pencatatan
a. Penerimaan order dari pembeli diotorisasi oleh fungsi pemasaran dengan memakai formulis surat order pengantaran.
b. Persetujuan pembelian kredit yang diberikan oleh fungsi kredit dengan membubuhkan tanda tangan pada credit copy.
c. Terjadinya piutang diotorisasi oleh fungsi penagihan dengan membubuhkan tanda tangan pada faktur penjualan.
d. Penetapan harga jual, syarat penjualan, syarat pengangkutan barang, dan serpihan penjualan berada di tangan Direktur Pemasaran dengan penerbitan surat keputusan perihal hal tersebut.
3. Praktek kerja yang sehat
a. Surat order pengantaran bernomor urut tercetak dan pemakaiannya dipertanggungjawabkan oleh fungsi penjualan.
b. Faktur pemasaran bernomor urut tercetak dan pemakaiannya dipertanggungjawabkan oleh fungsi penagihan.
Sistem Akuntansi Penerimaan Kas
Pengertian Kas dan Sistem Akuntansi Penerimaan Kas
Menurut IAI, mirip pada Standar Akuntansi Keuangan (2011, pasal 2), “Kas terdiri dari saldo kas (cash on hand) dan rekening giro. Setara kas (cash equivalent) ialah investasi yang sifatnya sungguh likuid, berjangka pendek, dan yang dengan cepat mampu dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi resiko perubahan nilai yang signifikan.”
Kas merupakan alat pembayaran yang sah. Memiliki 2 patokan, adalah :
1. Tersedia, berarti kas harus ada dan dimiliki serta dapat digunakan sehari-hari sebagai alat pembayaran untuk kepentingan perusahaan.
2. Bebas, setiap item dapat diklasifikasikan selaku kas, jikalau diterima umum selaku alat pembayaran sebesar nilai nominalnya.
Menurut Mulyadi (2008:439), metode akuntansi penerimaan kas yaitu suatu catatan yang dibentuk untuk melakukan aktivitas penerimaan uang dari pemasaran tunai atau dari piutang yang siap dan bebas dipakai untuk aktivitas umum perusahaan. Penerimaan kas perusahaan berasal dari dua sumber utama, yakni penerimaan kas dari penjualan tunai dan penerimaan kas dari piutang.
Sistem Penerimaan Kas dari Penjualan Tunai
Definisi menurut Mulyadi (2008:455), sumber penerimaan kas terbesar suatu perusahaan jualan yaitu berasal dari transaksi pemasaran tunai. Berdasarkan metode pengendalian intern yang bagus, metode penerimaan kas dari pemasaran tunai mengharuskan :
1. Penerimaan kas dalam bentuk tunai mesti secepatnya disetor ke bank dalam jumlah sarat dengan cara melibatkan pihak lain selain kasir untuk melaksanakan internal check.
2. Penerimaan kas dari penjualan tunai dilaksanakan lewat transaksi kartu kredit, yang melibatkan bank penerbit kartu kredit dalam pencatatan penerimaan kas.
Sistem Penerimaan Kas dari Piutang
Definisi berdasarkan Mulyadi (2008:493), menjelaskan bahwa untuk menjamin diterimanya kas oleh perusahaan, tata cara penerimaan kas dari piutang mengharuskan:
“1. Debitur melakukan pembayaran dengan cek atau dengan cara pemindahbukuan melalui rekening bank (giro bilyet). Jika perusahaan hanya mendapatkan kas dalam bentuk cek atas nama perusahaan , akan menjamin kas yang diterima oleh perusahaan masuk ke rekening giro bank perusahaan. Pemindahbukuan juga akan memperlihatkan jaminan penerimaan kas masuk ke rekening giro bank perusahaan.
2. Kas yang diterima dalam bentuk cek dari debitur harus secepatnya disetor ke bank dalam jumlah penuh.”
Penerimaan kas dari piutang mampu dilaksanakan lewat banyak sekali cara, adalah sebagai berikut:
1. Melalui penagihan perusahaan
2. Melalui pos
3. Melalui Lock-box collection plan
Prosedur Sistem Penerimaan Kas dari Penjualan Tunai dan Piutang
Menurut Mulyadi (2008:456), metode penerimaan kas dari pemasaran tunai dibagi dalam tiga prosedur selaku berikut:
1. Penerimaan Kas dari Over-the Counter Sale.
Dalam penjualan tunai ini, pembeli tiba ke perusahaan, melakukan pemilihan barang atau produk yang mau dibeli, melakukan pembayaran ke kasir, dan lalu mendapatkan barang yang dibeli. Prosedur-prosedur yang dilakukan dalam penerimaan kas dari Over-the Counter Sale dengan langkah pembeli memesan barang langsung kepada Wiraniaga (sales-person) di Bagian Penjualan; Bagian Kas menerima pembayaran dari pembeli mampu berupa duit tunai, atau kartu kredit; Bagian Penjualan memerintahkan Bagian pengiriman untuk menyerahkan barang kepada Pembeli; Bagian Kasa menyetorkan kas yang diterima ke Bank; Bagian Akuntansi mencatat pemasukan pemasaran dalam jurnal pemasaran; Bagian Akuntansi mencatat penerimaan kas dari Penjualan tunai dalam jurnal penerimaan kas.
2. Penerimaan Kas dari COS Sales
Cash-On-Delevery Sales (COD Sales) yakni transaksi penjualan yang melibatkan kantor pos, perusahaan angkutan lazim, atau transportasi sendiri dalam penyerahan dan penerimaan kas dari hasil penjualan. COD Sales ialah sarana untuk memperluas daerah pemasaran dan untuk memberikan jaminan penyerahan barang bagi pembeli serta jaminan penerimaan kas dari perusahaan pedagang .
3. Penerimaan Kas dari Credit Card Sales
Merupakan salah satu cara pembayaran bagi pembeli dan sarana pembayaran bagi pembeli, baik dalam Over-the Counter Sales maupun dalam pemasaran yang pengiriman barangnya dilaksanakan melalui COS Sales. Dalam Over-the Counter Sales, pembeli datang ke perusahaan melaksanakan pemilihan barang atau produk yang hendak dibeli, melakukan pembayaran ke kasir dengan menggunakan kartu kredit. Dalam penjualan tunai yang melibatkan COS Sales, pembeli tidak perlu tiba ke perusahaan penjual. Pembeli menawarkan kesepakatan tertulis untuk penggunaan kartu kredit dalam pembayaran barang.
Sedangkan Menurut Mulyadi (2008:494), metode penerimaan kas dari piutang terbagi atas klarifikasi sebagai berikut:
1. Penerimaan kas dari piutang melalui penagihan perusahaan dilaksanakan dengan prosedur berikut ini:
a. Bagian piutang menawarkan daftar piutang yang sudah saatnya ditagih terhadap bagian penagihan.
b. Bagian Penagihan mengantarkan penagih untuk melaksanakan penagihan terhadap debitur.
c. Bagian Penagihan menerima cek atas nama dan surat keterangandari debitur.
d. Bagian Penagihan menyerahkan cek kepada Bagian Kasa.
e. Bagian Penagihan menyerahkan surat pemberitahuan kepada Bagian Piutang untuk kepentingan posting ke dalam kartu piutang.
f. Bagian Kasa mengantarkuitansi tanda penerimaan kas kepada debitur.
g. Bagian Kasa menyetorkan cek ke bank untuk melakukan clearing atas cek tersebut.
2. Penerimaan kas dari piutang lewat pos dijalankan dengan mekanisme berikut ini:
a. Bagian Penagihan mengantarFaktur Penjualan kepada debitur pada dikala transaksi terjadi.
b. Debitur mengirim cek atas nama dan surat pemberitahuan lewat pos.
c. Bagian Sekretariat menerima cek atas nama dan surat informasidari debitur. Cek atas nama diserahkan ke Bagian Kasa dan surat pemberitahuan terhadap Bagian Piutang untuk diposting ke dalam Kartu Piutang
d. Bagian Kasa mengirim kuitansi terhadap debitur selaku tanda terima pembayaran dari debitur.
3. Penerimaan kas dari piutang lewat Lock-box collection plan dilakukan dengan mekanisme berikut ini:
a. Bagian Penagihan mengantarFaktur Penjualan terhadap debitur pada dikala transaksi terjadi.
b. Debitur melakukan pembayarannya pada saat faktur jatuh tempo dengan mengantarkan cek dan surat informasike PO Box di kota terdekat.
c. Bank membuka PO Box, mengumpulkan cek dan surat keteranganyang diterima perusahaan. Serta menciptakan daftar surat informasidan mengurus check clearing.
d. Bagian Kasa menyerahkan daftar surat informasike Bagian Akuntansi untuk dicatat ke dalam jurnal penerimaan kas.
Informasi yang Diperlukan oleh Manajemen
Menurut Narko (2008), informasi yang biasanya diperlukan manajemen dalam penerimaan kas dari penjualan tunai adalah :
1. Jumlah pemasukan pemasaran berdasarkan jenis produk atau kalangan produk selama jangka waktu tertentu.
2. Jumlah kas yang diterima dari pemasaran tunai.
3. Jumlah harga pokok produk yang dijual selama jangka waktu tertentu.
4. Nama dan alamat pembeli.
5. Kuantitas produk yang dijual.
6. Nama wiraniaga yang melaksanakan pemasaran.
7. Otorisasi pejabat yang berwenang.
Dokumen dan Catatan Akuntansi yang Digunakan
Pencatatan transaksi pemasaran barang barang jualan tidak lepas dari dokumen-dokumen. Dokumen-dokumen yang umum dipakai dalam mencatat sistem akuntansi penerimaan kas dari pemasaran tunai yakni:
1. Faktur pemasaran tunai
Faktur pemasaran tunai disini berfungsi memerintah kepala bagian kasa untuk menerima duit dari pembeli sejumlah yang tercantum dalam dokumen tersebut.
2. Pita register kas (Cash Register Tape)
Pita register kas (cash register tape) digunakan untuk mendukung faktur penjualan tunai yang dicatat dalam jurnal pemasaran sebagai bukti penerimaan kas dari bagian kas.
3. Credit Card Sales Slip
Dokumen Credit Card Sales Slip, diisi oleh bab kas dan berfungsi sebagai alat menagih uang tunai dari bank yang mengeluarkan kartu kredit. Sebagai transaksi pemasaran yang dilakukan oleh pemegang kartu kredit.
4. Bill of lading
Dokumen Bill of Lading digunakan sebagai bukti penyerahan barang dari perusahaan penjualan barang dalam pemasaran COD (Cash-On-delivery).
5. Faktur penjualan COD
Selain itu faktur penjualan (Cash-On-delivery) digunakan pula sebagai perekam aneka macam informasi yang diperlukan untuk manajemen mengenai transaksi pemasaran tunai.
6. Bukti setor bank
Bukti setor bank digunakan selaku bukti penyetoran kas dari pemasaran tunai ke bank. Adapun bukti setoran bank ini digunakan oleh bagian akuntansi sebagai dokumen sumber untuk pencatatan transaksi penerimaan kas atas penjualan tunai ke dalam jurnal penerimaan kas.
7. Rekapitulasi harga pokok pemasaran
Dokumen ini dipakai bab akuntansi untuk meringkas harga pokok produk yang dijual selama satu kala dan sebagai dokumen penunjang bagi pembuatan bukti memorial untuk mencatat harga pokok produk yang dijual.
8. Jurnal Penerimaan Kas
Kas
Penjualan Tunai