Halo teman IKB, kali ini saya akan menyebarkan wacana Makna, Kata, dan Kata Ulang dalam beberapa bagian artikel. Ini ialah bab 2 dari artikel ini. Untuk bagian pertama mampu kunjungi Pengertian Makna, Kata, Kata Ulang dan Jenisnya (1).
Bagian 2
Jenis-Jenis Kata Ulang
Kata ulang terbagi ke dalam empat jenis. Jenis-jenis tersebut ialah selaku berikut:
a. Pengulangan seluruh bentuk kata dasar atau dwilingga
Pengulangan utuh terdiri atas dua macam. Pertama, perulangan kepada kata dasar, kedua, perulangan kepada kata berimbuhan. Contoh:
(1) buah : buah-buahan
(2) gunung : gunung-gunung
(3) peristiwa : insiden-Kejadian
(4) lari : lari-lari
(5) merah : merah-merah
(6) pagi : pagi-pagi
Pengulangan sebagian atau dwipurna
Pengulangan sebagian yakni pengulangan sebagian dari bentuk dasarnya. Dalam hal ini, bentuk dasarnya tidak diulang semuanya melainkan sebagian saja. Bentuk dasar pengulangan sebagian ini terdiri atas bentuk kompleks dan bentuk tunggal.
1) Pengulangan sebagian dengan kata dasar bentuk tunggal, yakni:
(1) laki………lalaki/laki-laki
(2) tamu…….tatamu/tetamu
(3) sama…….sasama/sesama
(4) pohon……popohon/pepohonan
2) Pengulangan sebagian dengan kata dasar bentuk kompleks, yakni:
(1) minuman : minum-minuman
(2) kuliner : makan-kuliner
(3) berlari : berlari-lari
(4) ditusuk : ditusuk-kusuk
Apabila bentuk dasar itu berupa bentuk komplek, kemungkinan bentuknya sebagai berikut:
– Bentuk men-contohnya
mengambil : mengambil-ambil
mengemasi : mengemas-emasi
membaca : membaca-baca
melambaikan : melambai-lambai
memperkatakan : memperkata-kata
– Bentuk di – contohnya:
dikemasi : dibungkus-kemasi
ditarik : ditarik-tarik
ditanami : ditanam-tanami
disodorkan : disodor-sodorkan
– Bentuk ber-misalnya:
berjalan : berlangsung-jalan
bertemu : bertemu-temu
bermain : bermain-main
berkata : berkata-kata
berlarut : berlarut-larut
– Bentuk ter-contohnya:
terbatuk : terbatuk-batuk
terbentur : terbentur-bentur
tersenyum : Tersenyum-senyum
terbalik : Terbalik-balik
terjatuh : Terjatuh-jatuh
– Bentuk ber-an contohnya:
berlarian : berlari-larian
berjauhan : berjauh-jauhan
bersinggungan : bersentuh-sentuhan
berdekatan : berdekat-dekatan
berpelukan : berpeluk-pelukan
– Bentuk an-contohnya:
sayuran : sayur-sayuran
karangan : karang-karangan
tanaman : berkembang-tumbuhan
minuman : minum-minuman
makanan : makan-makanan
– Bentuk ke-contohnya:
kedua : kedua-dua
ketiga : ketiga-tiga
keempat : keempat-empat
kelima : Kelima-lima
3) Pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembunuhan afiks
Pengulangan ini terjadi bersama-sama dengan proses pembunuhan atiks dan bahu-membahu pula mendukung satu fungsi. Misalnya kata ulang keteta-keretaan. Ada dua opsi proses pembentukan kata ulangnya.
kereta : kereta-kereta
kereta : kereta-keretaan
Dari faktor arti, pilihan pertama dan kedua berlawanan, bentuk dasar kereta menjadi kereta-kereta menyampaikan makna banyak, sedangkan pada kereta-keretaan tidak terdapat makna banyak contoh:
(1) anak : anak-anakan
(2) rumah : rumah-rumahan
(3) orang : orang-orangan
(4) gunung : gunung-gunungan
(5) putih : keputih-putihan
(6) luas : seluas-luasnya
4) Pengulangan dengan pergantian fonem
Pengulangan dengan perubahan fonem yakni pengulangan yang terjadi dengan cara mengulang bentuk dasar diikuti pergantian bunyi pada salah satu suku kata, dan umumnya terjadi pada fonem vokal atau fonem konsonan, mirip:
1) Pengulangan fonem vokal, yaitu:
(1) gerak : gerak-gerik
(2) robek : robak-robik
(3) serba : serba-serbi
(4) bolak : bolak-balik
2) Pengulangan fonem konsonan, yaitu:
(1) lauk : lauk-pauk
(2) ramah : ramah-tamah
(3) sayur : Sayur-mayur
(4) tali : tali-mali
(5) beras : beras-petas
Contoh dalam kalimat: ibu sedang mengolah masakan lauk-pauk, sayur-mayur yang dibelinya di pasar, Ramlan (1985: 62).
Fungsi Kata Ulang/Reduplikasi
Sebagai salah satu bentuk proses morfologis, maka proses reduplikasi atau pengulangan tidak berfungsi mengubah golongan jenis kata. Dengan demikian, kebanyakan reduplikasi tidak memiliki fungsi gramatik. Jika ada maka bentuk-bentuk ulang yang mengandung fungsi gramatik hanya terbatas pada beberapa bentuk tertentu saja.
a. Mengubah kalangan kata kerja menjadi kata benda
Walaupun pada umumnya perulangan atau reduplikasi tidak mempunyai fungsi gramatik, namun ada juga beberapa reduplikasi mirip teladan berikut ini:
(1) injak : injak-injak (kata kerja)
(2) undur : undur-undur (kata kerja)
(3) karang : karang-karangan (kata kerja)
Bentuk ulang di atas mampu lebih jelas diketahui dalam konteks kalimat seperti dibawah ini:
injak-injak itu merusak
undur-undur itu masih sungguh kecil
karang-karangan itu menggembirakan
Bentuk ulang dalam kalimat di atas menduduki unsur subjek. Sebagai subjek bentuk ulang tersebut merupakan kelompok kata benda meskipun berasal dari bentuk dasar golongan kata kerja.
b. Mengubah kelompok kata sifat menjadi kata informasi.
Contoh :
(1) bersungguh-sungguh menjadi serajin-rajinnya
(2) cepat menjadi secepat-cepatnya
(3) malas menjadi semalas-malasnya
c. Mengubah bentuk tunggal menjadi bentuk jamak
Contoh:
(1) ibu menjadi ibu-ibu
(2) masakan menjadi kuliner-masakan
(3) lauk menjadi lauk-pauk
Makna Kata Ulang
Kata Ulang mempunyai beberapa makna, di antaranya ialah sebagai berikut:
a. Menyatakan makna banyak
(1) bintang-bintang : banyak bintang
(2) pembangunan-pembangunan : banyak pembangunan
(3) murid-murid : banyak murid
(4) buah-buahan : banyak buah
(5) pertumbuhan-kemajuan : banyak kemajuan
Makna banyak tidak senantiasa dinyatakan dengan pengulangan. Misalnya dalam kalimat rumah masyarakatbanyak yang rusak akibat angin belian.
b. Menyatakan makna banyak
Disini makna banyak sudah berhubungan dengan bentuk dasar, melainkan bekerjasama dengan kata yang “dijelaskan”. Kata yang diterangkan pada tataran frase menduduki fungsi selaku komponen sentra, contohnya kata rumah dalam frase rumah besar-besar, dan pada tataran klausa menduduki fungsi selaku subjek, misalnya kata rumah dalam klausa rumah itu besar-besar. Pengulangan pada kata besar-besar itu mengatakan makna ‘banyak’ bagi kata yang “dijelaskan”, dalam hal ini kata rumah.
Contoh lain, misalnya:
mahasiswa itu cerdik-pandai
pohon ditepi pohon itu rindang-rindang
c. Menyatakan makna tak bersyarat
(1) walaupun hujan, aku akan datang
(2) jambu-jambu mentah dimakannya
(3) duri-duri diterjang
(4) dararah-darah diminum
d. Mengatakan makna yang mirip apa yang tersebut pada bentuk dasar
Proses pengulangan berkombinasi dengan proses pembubuan afiks-an.
(1) kuda-kudaan : yang mirip kuda
(3) gunung-gunungan : yang menyerupai gunung
(4) rumah-rumahan : yang menyerupai rumah
(5) kemuda-mudaan : mirip (anak) muda
e. Mengatakan bahwa perbuatan yang tersebut pada bentuk dasarnya dijalankan dengan kalem
(1) berlangsung-jalan
(2) makan-makan
(3) minum-minum
(4) tidur-tidur
f. Mengatakan bahwa tindakan yang tersebut pada bentuk dasarnya dikerjakan oleh dua pihak dan saling perihal (menyatakan makna saling)
(1) pukul-menghantam
(2) bahu-membahu
(3) dorong-mendorong
(4) surat-menyurat
(5) olok-memperolokkan
Makna saling bisa juga dilaksanakan dengan pembubuhan afiks ber-an.
Bersalam-salaman
berpandang-pandangan
berpukul-pukulan
g. Menyatakan hal-hal yang berafiliasi dengan pekerjaan yang tersebut pada bentuk dasar.
(1) karang-mengarang
(2) cetak-mencetak
(3) jilid-menjilid
(4) potong-memotong
(5) masak-mengolah makanan
h. Menyatakan tindakan yang pada bentuk dasarnya dikerjakan berulang-ulang
(1) berteriak-teriak
(2) memukul-mukul
(3) memetik-metik
(4) menyobek-nyobek
i. Menyatakan makna agak
(1) kemerah-merahan
(2) kehitam-hitaman
(3) kekuning-kuningan
(4) kebiru-biruan
j. Menyatakan makna tingkat yang paling tinggi yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afik se-nya (kualitatif).
(1) sepenuh-penuhnya
(2) serajin-rajinnya
(3) sekuat-kuatnya
(4) sedalam-dalamnya
(5) seluas-luasnya
Sumber: Bahrun, 2007. Kemampuan Siswa Kelas II Sekolah Menengah kejuruan Gunung Sari Makassar Menentukan Makna Kata Ulang. Skripsi. FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar