close

Pemahaman, Fungsi Manajemen Pendidikan Islam

A. Pendahuluan
Dalam pandangan pemikiran Islam, segala sesuatu harus dilakukan secara rapi, benar, tertib, dan terorganisir. Proses-prosesnya harus disertai dengan baik. Sesuatu dihentikan dijalankan secara asal-asalan (Didin dan Hendri, 2003:1). Mulai dari permasalahan terkecil seperti mengendalikan problem Rumah Tangga hingga dengan permasalahan paling besar mirip mengontrol persoalan suatu negara semua itu diperlukan pengaturan yang baik, tepat dan terarah dalam bingkai suatu manajemen semoga tujuan yang mau dicapai bisa dicapai dan mampu selesai secara efisien dan efektif.
Pendidikan Agama Islam dengan berbagai jalur, jenjang, dan bentuk yang ada mirip pada jalur pendidikan formal ada jenjang pendidikan dasar yang berbentuk Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), jenjang pendidikan menengah ada yang berupa Madrasah Alyah (MA) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), dan pada jenjang pendidikan tinggi terdapat terlalu banyak Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) dengan aneka macam bentuknya ada yang berbentuk Akademi, Sekolah Tinggi, Institut, dan Universitas. Pada jalur pendidikan non formal mirip Kelompok Bermain, Taman Penitipan Anak (TPA), Majelis Ta’lim, Pesantren dan Madrasah Diniyah. Jalur Pendidikan Informal seperti pendidikan yang diselenggarakan di dalam kelurarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan. Kesemuanya itu perlu pengelolaan atau administrasi yang sebaik-baiknya, karena jikalau tidak bukan cuma gambaran negatif wacana pendidikan Islam yang ada pada masyarakat akan tetap melekat dan susah dihilangkan bahkan mungkin Pendidikan Islam yang hak itu akan hancur oleh kebathilan yang dikontrol dan tersusun rapi yang berada di sekelilingnya, sebagaimana dikemukakan Ali bin Abi Thalib :”kebenaran yang tidak teratur dengan rapi akan dihancurkan oleh kebathilan yang tersusun rapi”.
Makalah sederhana ini akan membahas tentang pengertian dan fungsi-fungsi manajemen pendidikan Islam, selaku pengirim diskusi pekuliahan Mata Kuliah Manajemen Pendidikan Islam di Universitas Ibnu Khaldul Bogor.
B. Pengertian Manajemen Pendidikan Islam.
Dari sisi bahasa manajemen berasal dari bahasa Inggris yang ialah terjemahan pribadi dari kata management yang mempunyai arti pengelolaan, ketata laksanaan, atau tata pimpinan. Sementara dalam kamus Inggris Indonesia karangan John M. Echols dan Hasan Shadily (1995 : 372) management berasal dari akar kata to manage yang mempunyai arti mengurus, mengatur, melaksanakan, mengurus, dan memperlakukan.
Ramayulis (2008:362) menyatakan bahwa pemahaman yang sama dengan hakikat manajemen ialah al-tadbir (pengaturan). Kata ini merupakan derivasi dari kata dabbara (mengendalikan) yang banyak terdapat dalam Al Qur’an mirip firman Allah SWT :
يُدَبِّرُ اْلأَمْرَ مِنَ السَّمَآءِ إِلَى اْلأَرْضِ ثُمَّ يَعْرُجُ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ أَلْفَ سَنَةِ مِّمَّا تَعُدُّونَ

Artinya : Dia menertibkan masalah dari langit ke bumi, lalu (masalah) itu naik kepadanya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu (Al Sajdah : 05).
Dari isi kandungan ayat di atas dapatlah dikenali bahwa Allah swt yakni pengatur alam (manager). Keteraturan alam raya ini merupakan bukti kebesaran Allah swt dalam mengurus alam ini. Namun, alasannya insan yang diciptakan Allah SWT sudah dijadaikan selaku khalifah di bumi, maka beliau mesti mengatur dan mengorganisir bumi dengan sebaik-baiknya sebagaimana Allah mengontrol alam raya ini.
Sementara administrasi berdasarkan istilah ialah proses mengkordinasikan aktifitas-aktifitas kerja sehingga mampu selesai secara efesien dan efektif dengan dan melalui orang lain (Robbin dan Coulter, 2007:8).
Sedangkan Sondang P Siagian (1980 : 5) mengartikan manajemen selaku kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh sebuah hasil dalam rangka mencapai tujuan lewat acara-acara orang lain.
Bila kita amati dari kedua pemahaman manajemen di atas maka dapatlah disimpulkan bahwa administrasi merupkan sebuah proses pemanfaatan semua sumber daya lewat pertolongan orang lain dan berhubungan dengannya, agar tujuan bareng mampu diraih secara efektif, efesien, dan produktip. Sedangkan Pendidikan Islam merupakan proses transinternalisasi nilai-nilai Islam terhadap akseptor bimbing sebagai bekal untuk meraih kebahagiaan dan kemakmuran di dunia dan di darul baka.
Dengan demikian maka yang disebut dengan manajemen pendidikan Islam sebagaimana dinyatakan Ramayulis (2008:260) yaitu proses pemanfaatan semua sumber daya yang dimiliki (ummat Islam, forum pendidikan atau lainnya) baik perangkat keras maupun lunak. Pemanfaatan tersebut dikerjakan lewat koordinasi dengan orang lain secara efektif, efisien, dan produktif untuk mencapai kebahagiaan dan kemakmuran baik di dunia maupun di akhirat.
C. Fungsi-fungsi Manajemen Pendidikan Islam
Berbicara wacana fungsi manajemen pendidikan Islam tidaklah mampu terlepas dari fungsi manajemen secara lazim seperti yang dikemukakan Henry Fayol seorang industriyawan Prancis, dia mengatakan bahwa fungsi-fungsi manajemn itu ialah merancang, mengorganisasikan, memerintah, mengoordinasi, dan mengontrol. Gagasan Fayol itu lalu mulai dipakai sebagai kerangka kerja buku didik ilmu manajemen pada pertengahan tahun 1950, dan terus berjalan hingga kini.
Sementara itu Robbin dan Coulter (2007:9) menyampaikan bahwa fungsi dasar administrasi yang paling penting yaitu menyiapkan, mengorganisasi, memimpin, dan mengontrol. Senada dengan itu Mahdi bin Ibrahim (1997:61) menyatakan bahwa fungsi manajemen atau tugas kepemimpinan dalam pelaksanaannya mencakup aneka macam hal, yaitu : Perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan.
Untuk mempermudah pembahasan perihal fungsi manajemen pendidikan Islam, maka kami (golongan 1) akan menguraikan fungsi administrasi pendidikan Islam sesuai dengan pendapat yang dikemukan oleh Robbin dan Coulter yang pendapatnya senada dengan Mahdi bin Ibrahim ialah : Perencanaan, pengorganisasian, pengarahan/kepemimpinan, dan pengawasan.
1. Fungsi Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah sebuah proses perdana dikala hendak melaksanakan pekerjaan baik dalam bentuk pemikiran maupun kerangka kerja biar tujuan yang mau dicapai menerima hasil yang maksimal. Demikian pula halnya dalam pendidikan Islam penyusunan rencana harus dijadikan langkah awal yang betul-betul diamati oleh para manajer dan para pengurus pendidikan Islam. Sebab penyusunan rencana ialah bagian penting dari sebuah keberhasilan, kesalahan dalam menentukan perencanaan pendidikan Islam akan berakibat sungguh patal bagi keberlangsungan pendidikan Islam. Bahkan Allah memberikan isyarat terhadap setiap orang yang beriman untuk merancang sebuah planning apa yang akan dikerjakan dikemudian hari, sebagaimana Firman-Nya dalam Al Qur’an Surat Al Hasyr : 18 yang berbunyi :
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسُُ مَّاقَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ خَبِيرُُ بِمَا تَعْمَلُونَ

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah terhadap Allah dan hendaklah Setiap diri mengamati apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (alam baka); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Ketika menyusun suatu penyusunan rencana dalam pendidikan Islam tidaklah dijalankan cuma untuk meraih tujuan dunia semata, tetapi mesti jauh lebih dari itu melampaui batasan target kehidupan duniawi. Arahkanlah penyusunan rencana itu juga untuk meraih sasaran kebahagiaan dunia dan darul baka, sehingga kedua-duanya bisa diraih secara sepadan.
Mahdi bin Ibrahim (l997:63) mengemukakan bahwa ada lima perkara penting untuk diperhatikan demi keberhasilan suatu perencanaan, yaitu :
  1. Ketelitian dan kejelasan dalam membentuk tujuan
  2. Ketepatan waktu dengan tujuan yang hendak dicapai
  3. Keterkaitan antara fase-fase operasional rencana dengan penanggung jawab operasional, supaya mereka mengetahui fase-fase tersebut dengan tujuan yang akan dicapai
  4. Perhatian kepada aspek-aspek amaliah ditinjau dari sisi penerimaan penduduk , menimbang-nimbang perencanaa, kesesuaian penyusunan rencana dengan tim yang bertanggung jawab terhadap operasionalnya atau dengan mitra kerjanya, kemungkinan-kemungkinan yang bisa dicapai, dan kesiapan perencanaan melakukan evaluasi secara terus menerus dalam mewujudkan tujuan.
  5. Kemampuan organisatoris penanggung jaawab operasional.
Sementara itu menurut Ramayulis (2008:271) mengatakan bahwa dalam Manajemen pendidikan Islam penyusunan rencana itu meliputi :
  1. Penentuan prioritas semoga pelaksanaan pendidikan berjalan efektif, prioritas kebutuhan biar melibatkan seluruh unsur yang terlibat dalam proses pendidikan, penduduk dan bahkan murid.
  2. Penetapan tujuan sebagai garis pengarahan dan sebagai evaluasi kepada pelaksanaan dan hasil pendidikan
  3. Formulasi prosedur selaku tahap-tahap rencana langkah-langkah.
  4. Penyerahan tanggung jawab kepada individu dan kalangan-golongan kerja.
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam Manajeman Pendidikan Islam penyusunan rencana ialah kunci utama untuk memilih kegiatan berikutnya. Tanpa penyusunan rencana yang masak aktivitas yang lain tidaklah akan berjalan dengan baik bahkan mungkin akan gagal. Oleh alasannya adalah itu buatlah penyusunan rencana sematang mungkin biar menemui keberhasilan yang memuaskan.
2. Fungsi Pengorganisasian (organizing)
Ajaran Islam senantiasa mendorong para pemeluknya untuk melaksanakan segala sesuatu secara terorganisir dengan rapi, alasannya bisa jadi sebuah kebenaran yang tidak teratur dengan rapi akan dengan gampang bisa diluluhlantakan oleh kebathilan yang tersusun rapi.
Menurut Terry (2003:73) pengorganisasian merupakan aktivitas dasar dari administrasi dilaksnakan untuk mengontrol seluruh sumber-sumber yang diperlukan tergolong bagian insan, sehingga pekerjaan mampu dituntaskan dengan sukses.
Organisasi dalam pandangan Islam bukan semata-mata wadah, melainkan lebih menekankan pada bagaimana sebuah pekerjaan dilaksanakan secara rapi. Organisasi lebih menekankan pada pengaturan mekanisme kerja. Dalam suatu organisasi tentu ada pemimpin dan bawahan (Didin dan Hendri, 2003:101)
Sementara itu Ramayulis (2008:272) menyatakan bahwa pengorganisasian dalam pendidikan Islam yakni proses penentuan struktur, acara, interkasi, koordinasi, desain struktur, wewenang, peran secara transparan, dan jelas. Dalam lembaga pendidikan Isla, baik yang bersifat individual, golongan, maupun kelembagaan.
Sebuah organisasi dalam administrasi pendidikan Islam akan mampu berlangsung dengan lancar dan sesuai dengan tujuan jika konsisten dengan prinsip-prinsip yang merancang perjalanan organisasi adalah Kebebasan, keadilan, dan musyawarah. Jika kesemua prinsip ini mampu diaplikasikan secara konsisten dalam proses pengelolaan forum pendidikan islam akan sungguh menolong bagi para manajer pendidikan Islam.
Dari uraian di atas mampu difahami bahwa pengorganisasian ialah fase kedua sehabis penyusunan rencana yang sudah dibentuk sebelumnya. Pengorganisasian terjadi alasannya adalah pekerjaan yang perlu dilaksanakan itu terlalu berat untuk dikerjakan oleh satu orang saja. Dengan demikian diharapkan tenaga-tenaga bantuan dan terbentuklah suatu kalangan kerja yang efektif. Banyak anggapan, tangan, dan kemampuan dihimpun menjadi satu yang mesti dikoordinasi bukan saja untuk diatasi tugas-tugas yang bersangkutan, namun juga untuk menciptakan kegunaan bagi masing-masing anggota kalangan tersebut kepada harapan kemampuan dan wawasan.
3. Fungsi Pengarahan (directing).
Pengarahan yaitu proses memberikan tutorial kepada rekan kerja sehingga mereka menjadi pegawai yang berpengetahuan dan akan melakukan pekerjaan efektif menuju sasaran yang sudah ditetapkan sebelumnya.
Di dalam fungsi pengarahan terdapat empat unsur, yakni pengarah, yang diberi pengarahan, isi pengarahan, dan tata cara pengarahan. Pengarah yaitu orang yang menunjukkan pengarahan berupa perintah, larangan, dan panduan. Yang diberipengarahan yaitu orang yang diharapkan mampu mewujudkan pengarahan. Isi pengarahan adalah sesuatu yang disampaikan pengarah baik berupa perintah, larangan, maupun panduan. Sedangkan tata cara pengarahan yakni sistem komunikasi antara pengarah dan yang diberi pengarahan.
Dalam administrasi pendidikan Islam, agar isi pengarahan yang diberikan terhadap orang yang diberi pengarahan mampu dilakukan dengan baik maka seorang pengarah setidaknya mesti mengamati beberapa prinsip berikut, adalah : Keteladanan, konsistensi, keterbukaan, kelembutan, dan kebijakan. Isi pengarahan baik yang berbentukperintah, larangan, maupun tutorial hendaknya tidak memberatkan dan diluar kesanggupan sipenerima aba-aba, karena bila hal itu terjadi maka jangan berharap isi pengarahan itu mampu dikerjakan dengan baik oleh sipenerima pengarahan.
Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa fungsi pengarahan dalam administrasi pendidikan Islam ialah proses tutorial yang didasari prinsip-prinsip religius terhadap rekan kerja, sehingga orang tersebut mau melakukan tugasnya dengan sungguh- sungguh dan bersemangat dibarengi keikhlasan yang sangat mendalam.
4. Fungsi Pengawasan (Controlling)
Pengawasan yaitu keseluruhan upaya pengamatan pelaksanaan kegiatan operasional guna menjamin bahwa aktivitas tersebut sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan sebelumnya. Bahkan Didin dan Hendri (2003:156) menyatakan bahwa dalam pandangan Islam pengawasan dilaksanakan untuk meluruskan yang tidak lurus, mengoreksi yang salah dan membenarkan yang hak.
Dalam pendidikan Islam pengawasan didefinisikan selaku proses pemantauan yang terus menerus untuk menjamin terlaksananya penyusunan rencana secara konsekwen baik yang bersifat materil maupun spirituil.
Menurut Ramayulis (2008:274) pengawasan dalam pendidikan Islam mempunyai karakteristik sebagai berikut: pengawasan bersifat material dan spiritual, monitoring bukan hanya manajer, tetapi juga Allah Swt, menggunakan sistem yang manusiawi yang menjunjung martabat insan. Dengan karakterisrik tersebut dapat dipahami bahwa pelaksana banyak sekali perencaan yang telah disepakati akan bertanggung jawab terhadap manajernya dan Allah selaku pengawas yang Maha Mengetahui. Di sisi lain pengawasan dalam konsep Islam lebih memprioritaskan memakai pendekatan manusiawi, pendekatan yang dijiwai oleh nilai-nilai keislaman.
  1. Penutup
Dari klarifikasi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Manajemen Pendidikan Islam yakni proses pemanfaatan semua sumber daya yang dimiliki (ummat Islam, forum pendidikan atau yang lain) baik perangkat keras maupun lunak. Pemanfaatan tersebut dikerjakan melalui koordinasi dengan orang lain secara efektif, efisien, dan produktif untuk meraih kebahagiaan dan kemakmuran baik di dunia maupun di akhirat.
Banyak sekali para ulama di bidang manajemen yang menyebutkan ihwal fungsi-fungsi manajemen diantaranya yakni Mahdi bin Ibrahim, beliau mengatakan bahwa fungsi administrasi itu di antaranya adalah Fungsi penyusunan rencana, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan.
Bila Para Manajer dalam pendidikan Islam telah bisa melaksanakan tugasnya dengan sempurna seuai dengan fungsi administrasi di atas, terhindar dari semua ungkupan sumir yang menyatakan bahwa forum pendidikan Islam dikontrol dengan manajemen yang sembarangan tanpa tujuan yang tepat. Maka tidak akan ada lagi forum pendidikan Islam yang ketinggalan Zaman, tidak teroganisir dengan rapi, dan tidak memiliki sisten kontrol yang tepat.
Tulisan sederhana yang sudah kami (kelompoik1) persembahkan dihadapan anda sebagai materi pengirim diskusi ini semoga bermanfaat adanya. Terimakasih. (A. Farhan Syaddad dan Agus Salim)