Ungkapan bahasa Jawa Kuno di atas secara harfiah mengandung arti bhinneka (beragam), tunggal (satu), ika (itu) yaitu bermacam-macam satu itu. Doktrin ini awalnya dimaksudkan biar antara agama Buddha (Jina) dan agama Hindu (Siwa) dapat hidup berdampingan dengan tenang dan serasi, sebab hakikat kebenaran yang terkandung dalam fatwa keduanya yaitu tunggal (satu).
Sekitar Sembilan puluh hari sebelum Proklamasi, Semboyan Bhinneka Tunggal Ika mulai menjadi obrolan terbatas antara Muhammad Yamin, Bung Karno, I Gusti Bagus Sugriwa dalam sidang-sidang BPUPKI. Bahkan Bung Hatta sendiri menyampaikan bahwa Bhinneka Tunggal Ika yaitu ciptaan Bung Karno setelah Indonesia merdeka. Setelah bertahun-tahun kemudian saat merancang Lambang Negara Republik Indonesia dalam bentuk Garuda Pancasila, semboyan Bhinneka Tunggal Ika dimasukkan ke dalamnya.
Para pendiri bangsa Indonesia yang sebagian besar beragama Islam tampaknya cukup toleran untuk mendapatkan warisan Mpu Tantular tersebut. Sikap toleran ini ialah budbahasa dasar suku-suku bangsa di Indonesia yang sudah mengenal bermacam-macam agama, berlapis-lapis akidah dan tradisi, jauh sebelum Islam tiba ke Nusantara.
Makna Bhinneka Tunggal Ika
Di kaki Burung Garuda Pancasila mencengkram sebuah pita yang bertuliskan Bhinneka Tunggal Ika. Kata-kata tersebut dapat pula diartikan : Berbeda-beda tetapi tetap satu jua.
Bhinneka Tunggal Ika dalam Persatuan Indonesia bermakna meskipun bangsa Indonesia berisikan berbagai macam suku bangsa yang memiliki kebudayaan dan budpekerti-istiadat yang bermacam-macam namun keseluruhannya ialah suatu persatuan. Penjelmaan persatuan bangsa dan kawasan negara Indonesia tersebut disimpulkan dalam PP. No. 66 tahun 1951 perihal lambang Negara Republik Indonesia, yang diundangkan tanggal 28 Nopember 1951, dan termuat dalam Lembaran Negara No. II tahun 1951.
Bhinneka Tunggal Ika ialah semboyan negara Indonesia sebagai dasar untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan Indonesia,dimana kita haruslah mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari yaitu hidup saling menghargai antara penduduk yang satu dengan yang lainnya tanpa menatap suku bangsa, agama, bahasa, akhlak istiadat, warna kulit dan lain-lain.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang berisikan beribu-ribu pulau dan mempunyai adat istiadat, bahasa, aturan, kebiasaan dan lain-lain yang berbeda antara kawasan yang satu dengan yang yang lain tanpa adanya kesadaran sikap untuk mempertahankan Bhinneka Tunggal Ika pastinya akan terjadi banyak sekali kekacauan di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dimana setiap orang hanya akan mementingkan dirinya atau wilayahnya sendiri tanpa perduli kepentingan bersama. Bila hal tersebut terjadi pastinya negara kita ini akan terpecah belah.
Terbentuknya negara kesatuan Republik Indonesia, diawali dengan kesadaran nasional akan persatuan dan kesatuan bangsa. Kesadaran akan satu kesatuan kebangsaan Indonesia berawal akan persamaan senasib dan sepenanggungan selaku bangsa yang terjajah. Seluruh rakyat Indonesia sama-sama menderita selama penjajaan oleh bangsa lain. Penderitaan ini mendorong rakyat di berbagai daerah melakukan perlawanan terhadap penjajahan. Walaupun rakyat di kawasan-daerah telah mengorbankan jiwa raga, harta benda untuk mengusir penjajah, tetapi berakhir pada kekalahan.
Lahirnya kalangan pandai di banyak sekali tempat mendorong kesadaran nasional untuk menghalau penjajahan. Inilah yang disebut kebangkitan nasional, yang muncul di awal tahun 1908. Semangat persatuan sebagai satu kesatuan bangsa Indonesia mulai disadari oleh seluruh rakyat Indonesia. Perjuangan tidak cuma untuk kepentingan tempat masing-masing, tetapi untuk kepentingan seluruh kawasan dan rakyat Indonesia.
Itulah citra ringkas asal mula lahirnya semboyan dan makna bhineka tunggal ika. Semoga pengertian dan makna bhineka tunggal ika terpatri dalam setiap jiwa anak-anak bangsa yang mendambakan terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa. Bahasan menyangkut hal ini dapat ditemukan pada buku-buku PKn. Baca juga pengertian pendidikan kewarganegaraan menurut para mahir.