Pelajarancg: Tema Budaya Kerja. Pelajarancg.blogspot.com – Kebudayaan pada dasarnya yakni akhlak istiadat, iman, dan cara hidup yang dianut oleh suatu penduduk /organisasi/negara tertentu. Pengertian ini mengacu pada nilai-nilai dan norma-norma bekerja yang dimiliki oleh sekelompok orang tertentu.
Budaya menghipnotis cara kebekerjaan kita melihat dunia, cara kita kebekerjaan melihat komunitas kawasan kita tinggal, dan cara kebekerjaan kita berkomunikasi satu sama lain. Menjadi bab dari suatu budaya kerja menghipnotis pembelajaran, mengenang, berbicara, dan bertingkah kita. Oleh alasannya adalah itu budaya menentukan sebagian besar gaya belajar dan mengajar di sekolah maupunorganisasi pendidikan lainnya.
Mari bersama mempelajari pentingnya budaya bagi anak siswa di sekolah?
- Budaya mengajarkan nilai, iman dan tradisi.
- Hal ini bekerja dalam mempengaruhi interaksi sosial dengan orang renta, saudara kandung, sobat sebaya dan guru.
- Ini melakukan pekerjaan mempengaruhi bahasa dan komunikasi mereka.
Pendidikan berbasis budaya yaitu sebuah pendekatan di mana proses belajar mengajar terjadi berdasarkan nilai, norma, akidah, dan praktik yang ialah fondasi dari setiap budaya. Menurut usulan mahir pendidikan, Profesor Harvard Jerome Bruner yang mencatat “Budaya membentuk asumsi, itu memberi kita alat yang dengannya kita membangun tidak cuma dunia kita namun juga konstruksi diri kita sendiri dan kekuatan kita”.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia sendiri, budaya (cultural) diartikan sebagai “fikiran, budpekerti istiadat, sesuatu yang sudah berkembang, sesuatu yang menjadi kebiasaan yang sukar diubah. Dalam pemakaian sehari-hari, orang biasanya mensinonimkan pemahaman budaya dengan tradisi (tradition).” Dalam hal ini, tradisi diartikan selaku inspirasi-ide lazim, perilaku dan kebiasaan dari penduduk yang nampak dari perilaku sehari-hari yang menjadi kebiasaan dari kalangan dalam masyarakat tersebut.
Inilah sebabnya mengapa pendidikan berbasis budaya menjadi pelajaran penting.
Dalam pendidikan, siswa dengan latar belakang dan budaya yang bermacam-macam kadang-kadang terpinggirkan karena mereka dihadapkan pada kurikulum pelajarancg dengan satu bias budaya yang mayoritas. Bisa jadi, pembelajaran tersebut tidak cocok dengan budaya yang mereka kenal dan menjadi bagian darinya. Inilah sebabnya mengapa mempelajari kearifan setempat pelu bahkan juga lebih penting untuk menciptakan kurikulum yang menggabungkan perspektif yang bermacam-macam dengan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Budaya Kerja (P5BK). Proses belajar mengajar harus merespon preferensi fisik, sosial dan budaya bawah umur.
P5BK yakni pembelajaran lintas disiplin ilmu untuk mengamati dan menimbang-nimbang penyelesaian terhadap urusan di lingkungan sekitar melalui proyek yang memberi peluang terhadap siswa untuk belajar yang lebih interaktif, fleksibel, mencar ilmu situasi tidak formal dan terlibat langsung dengan lingkungan sekitar untuk menguatkan berbagai kompetensi semoga peserta didik bisa memecahkan masalah, cepat mengambil keputusan nantinya diperlukan siswa menciptakan produk atau aksi.
Untuk tema P5BK di Sekolah (SD-SMA/Sekolah Menengah kejuruan) untuk tahun 2021/2022 Kemen Dikbud Ristek menentukan 9 tema. Adapun 9 tema tersebut adalah: 1) gaya hidup berkelanjutan; 2) kearifan lokal; 3) Bhineka Tunggal Ika; 4) Bangunlah Jiwa dan Raganya; 5) Suara Demokrasi; 6) Berekayasa dan berteknologi untuk membangun NKRI; 7) Kewirausahaan; 8) Kebekerjaan; 9) Budaya kerja. Ada 7 tema dikembangkan menurut informasi prioritas yang dinyatakan dalam peta jalan pendidikan nasional dan 2 tema Kebekerjaan dan Budaya Kerja yang penting di Sekolah Menengah kejuruan untuk kebutuhan dunia kerja.
Dalam dunia kerja sekolah, Guru yaitu faktor paling penting dari pembelajaran berbasis budaya sebab mereka harus bekerja untuk memotivasi siswa untuk meraih tidak hanya secara akademis, namun juga secara sosial, budaya, psikologis dan spiritual. Pengaruh lingkungan budaya sangat dibutuhkan bagi pendidik sebab perannya dalam pembelajaran. Mereka perlu mendapatkan prosedur untuk memasukkan budaya dan bahasa dalam praktik pengajaran mereka.
Pendidik dengan penguatan pembelajaran paradigma baru yang tanggap budaya harus mengenali potensi sarat setiap siswa terlepas dari latar belakang budaya mereka dan menawarkan tantangan yang diperlukan bagi mereka untuk mencapai kesempatanpenuh mereka. Mereka harus menyadari bahasa utama, latar belakang, dan budaya siswa mereka untuk menyusun kurikulum yang mau berhubungan dengan kehidupan siswa mereka. Mereka perlu memodifikasi kurikulum mereka untuk memasukkan latar belakang budaya siswa yang berlainan untuk membuat pengalaman sekolah yang lebih nyata dan produktif bagi mereka. Membangun budaya dan warisan siswa tidak cuma bermanfaat bagi kemajuan akademik siswa tetapi juga memberdayakan mereka sebagai individu. Guru perlu melibatkan siswa mereka dalam acara membangun tim di ruang kelas di mana siswa dapat belajar tentang kerja budaya yang berlainan satu sama lain dan berguru untuk menghormati mereka juga. Anak-anak dapat mencerminkan tidak hanya budaya mereka namun budaya secara biasa .
Ruang kelas yang responsif secara budaya adalah ruang di mana siswa merasa dihormati dan aman untuk mencar ilmu dan berpartisipasi. Ini yakni kawasan di mana mereka berbagi rasa besar hati dan harga diri. Ketika mereka melihat budaya mereka dipromosikan di sekolah, mereka merasa termasuk dalam komunitas sekolah yang mempekerjakan mereka dan menciptakan rasa besar hati atas warisan budaya mereka. Siswa di sini berprestasi lebih baik secara akademis dan juga tumbuh menjadi warga negara yang lebih mampu berdiri diatas kaki sendiri dan aktif saat mereka berguru di lingkungan di mana bahasa dan budaya mereka dihargai.
Sekarang nyaris semua sekolah di seluruh dunia memiliki siswa internasional, para pendidik sekarang menjadi makin sadar akan bagaimana latar belakang budaya yang berlainan dari siswa mempengaruhi pembelajaran mereka dan oleh alasannya adalah itu kebutuhan mendesak untuk pembelajaran berbasis budaya kini terasa lebih dari sebelumnya.