close

Pahami Rahasia di Balik Kemiskinan dan Kesusahan Hidup Ini, Anda Pasti Bahagia

Hidup itu dipergilirkan. Senang-sulit. Bahagia-sedih. Lapang-sempit. Suka-duka. Kaya-miskin. Banyak orang yg mampu menggali pesan yang tersirat di balik setiap episode kehidupan, namun tak sedikit pula orang yg ingkar & mengganggap bahwa Tuhan bersikap tak adil. Padaha, beliau Ta’ala Mahaadil. Jika Allah Ta’ala tak adil, siapa lagi yg pantas bersikap adil?

Umat manusia sangat mendamba bahagia. Di banyak episode kehidupannya. Pada keseluruhan hidupnya. Tidaklah satu satuan waktu mereka alami, kecuali berharap semoga kebahagiaan & keceriaan yg menemani.

Akibatnya, mereka tak siap dikala menjelani episode kesulitan & kepahitan dlm hidup. Banyak pendamba senang yg lupa bahwa sakit, pedih, sedih, lara, & nestapa yakni paket lengkap yg mesti dijalani oleh siapa saja yg pernah merasa bahagia di dlm hidupnya.

Jika putih menyenangkan, kenapa harus ada hitam? Jika bahagia itu indah, kenapa mesti ada sukar & duka? Jika kaya itu penuh daya tarik & terhormat, kenapa harus ada miskin sampai seseorang dianggap remeh dlm kehidupannya?

“Kesempitan berwujud kemiskinan, (kekurangan) keperluan, & lain sebagainya,” terperinci Imam Ibnu Katsir dlm Tafsirnya, “agar mereka tunduk. Yaitu mau berdoa, khusyuk, & memohon pada Allah Ta’ala agar semua penderitaan & kesempitan itu dihilangkan.”

Bukankah kemiskinan akan terasa indah jika dengannya kita makin mendekatkan diri & merasa sungguh butuh pada Allah Ta’ala?

Bukankah kekurangan materi yg membuat kita memohon tunjangan pada Allah Ta’ala jauh lebih indah, berharga, & elegan dibanding kekayaan yg justru membuat kita makin jauh & ingkar pada Allah Ta’ala?

Bukankah sulit & pelik serta rumitnya masalah merupakan fasilitas supaya kita makin berhajat pada Allah Ta’ala? Agar kita hanya merasa, tiada yg layak & mampu menghalau seluruh pedih, galau, & gulana, kecuali Allah Ta’ala Yang Mahakuasa atas segala sesuatu.

  Inilah Pelajaran dari Teriknya Matahari (Bagian 2)

Lantas, apa maknanya senang & kesukaan hidup yang lain jikalau ianya hanya membuat seorang hamba semakin jauh dr Allah Ta’ala? Apa untungnya kesejahteraan & kemewahan hidup bila menciptakan seorang hamba kian ingkar pada Allah Ta’ala, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, & syariat Islam yg mulia?

Sungguh, sebaik-baik episode hidup adalah perjalanan yg semakin mendekatkan kita pada Allah Ta’ala, bukan sebaliknya.

Wallahu a’lam. [Pirman/wargamasyarakat]