Ngabuburit Anak Anak Di Bandung Tempo Dahulu



Ngaburit di Bandung Tempo Dulu 

Konon ceritanya di bulan pahala, ba’da ashar, orang mulai ramai mandi atau ngabuburit ke Leuwi Pajati. Lubuk dibawah Viaduct itu, airnya jernih dan banyak ikannya. Mereka yang berilmu menyelam, kadang sukses menangkap udang kecil, Deleg, Beunteur, Bogo dan Tawes, untuk lauk buka puasa. 

Ada juga anakmuda yang menyusuri sungai Cikapundung sambil ngurek mencari belut di lubang tanah kecil di pinggir kali, sawah maupun sungai). Pada dasa warsa pertama di abad ke-20 ini, pihak pengurus Kota Bandung membuat sumur bor. Sumur Bor yang disediakan bagi penduduk kota Bandung dibangun didepan KantorPos Alun-alun, dibelakang Gubernuran (Cicendo), depan kelenteng – Ciroyom dll. Dengan satu sen, orang mampu mendapatkan air higienis untuk minum, masak dan mandi.

Karena pada lokasi sumur bor ada pemandian umumnya, bukan hal yang asing bila ba’da ashar pada bulan ampunan, banyak masyarakatyang mandi di sumur bor bersahabat Kantor Pos, lalu ngabuburit, duduk-duduk dibawah sepasang pohon beringin di alun-alun Bandung yang diberi nama Wilhelmina dan Juliana Boom. Sambil berleha-leha, mereka memperhatikan bawah umur bermain layang-layang, main bola dan pentasbalon gas. 






Dulu saat di Bandung belum ada ledeng, warga masih suka mandi dan cuci busana di sungai Cikapundung; yang airnya masih sejuk, jernih dan higienis. Di kala lalu warga Kota Bandung enggan menggali sumur, karena mesti menggali dengan dalam. Penduduk lebih suka memanfaatkan mata air, seperti di sumur Bandung (pojok alun-alun sekitar PLN), mata air Ciguriang (kebon. Kawung), Pancuran Tujuh (Cikendi Hegarmanah), Pamoyanan, Cipedes, Tegallega, dan mata air yang lain sekitar pemukiman penduduk.

 
Main-main di Lapang dan Taman
Selain di alun-alun Kota Bandung, jaman baheula memiliki sejumlah lahan terbuka hijau, diantaranya lapang olah raga UNI, SIDOLIG, Tegallega, dan NIAU (Gelora saparua sekarang). Beberapa Voet Ball Club, tanpa mengenal bulan puasa melakukan pertarungan atau latihan di sebelah utara rel kereta api dekat Jl. Rakata kini. Warga yang lagi ngububurit dari balik pagar bambu, ngintip menikmati pertarungan bola gratis, sementara bawah umur main layang-layang di lapang Javastraat, sambil nonton lokomotif Si Gombar menghela rangkaian Sneltrein (Kereta Api Cepat) Yogya Bandung.

Cara lain ngabuburit orang jaman baheula ialah dengan beramai-ramai ke Park (taman) mirip Jubileum Park (Tamansari), Insulinde Park (Taman lalu lintas) dan Molukken Park (Taman Maluku).
  
Bagi yang ngububurit di Jubileum Park yang terletak di utara kebun Binatang, menjelang sore berjalan menyusuri kali Cikapayang, yang mengalir dari pintu air di utara pasar Balubur sampai ke Pieters Park (sekarang taman Merdeka). Orang cukup umur menyusuri Cikapayang sambil ngurek mencari belut. Sedangkan bawah umur kecil mengadakan balap kapal-kapalan memakai kaleng Sardencis, kelom bekas dan kulit buah Kiangsret (Spathodea) yang berbentuk perahu. Di atas kapal yang melaju ditaruh lilin yang dinyalakan sesaat sebelum adzan Maghrib yang mempunyai arti ngububurit harus bubar, memburu tajil, candil, kolek dan kurma di rumah.

Sampai tahun 1950-an, warga kota Bandung masih bisa berlaju- laju di sisa danau Bandung, yaitu Situ Akhsan dan Situ Bunjali atau empang Cipaganti di Bandung Utara.


Di situ tadi orang mampu menyewa perahu Salimar, ngabuburit hingga sore. Tamu hotel Homan dan Preanger mengakibatkan Situ Aksan dan Situ Bunjali selaku objek wisata dengan memakai kereta Kuda, Delman, atau taksi Pageol, tujuannya sedan brand Peugeot. Objek ngabuburit bawah umur di Bandung dari abad-ke periode ialah Stasiun Kereta Api Bandung. Bentuk dan Gumuruh bunyi lokomotif yang mendengus, menghembuskan uap betul-betul daya tarik mengagumkan bagi belum dewasa. Seringkali anak-anak yang sedang ngabuburit terlena, ketiduran dalam gerbong.


Kelangenan Tempo Doeloe
Pusat Utama ngabuburit tempo dahulu berkisar sekitar alun-alun, seperti di bioskop Varia, Radio City, Oriental dan Elita, bulan puasa khusus memutar film bawah umur. 

Orang bilang Bandung tempo dulu banyak kamonesan. Udaranya yang sejuk, tenteram, dan segar, dengan suasana kota yang kondusif nyaman, membuat warga yang puasa, lupa akan  haus dan dahaga. ***