Khidir yakni nama yang diberikan kepada seorang nabi yang masih misterius keberadaannya, kisahnya terdapat dalam Surah Al-Kahf ayat 65-82. Selain dongeng wacana Nabi Khidir yang mengajarkan ihwal ilmu pesan yang tersirat dan budi terhadap Nabi Musa, asal permintaan dan dongeng yang lain wacana Nabi Khidir juga tidak banyak disebutkan dalam ayat tersebut.
Dalam buku berjudul “Mystical Dimensions of Islam”, oleh penulis Annemarie Schimmel, Khidir dianggap selaku salah satu nabi dari empat nabi dalam dongeng Islam dikenal selaku ‘Sosok yang tetap Hidup’ atau ‘Abadi’. Tiga yang lain yaitu Idris, Ilyas, dan Isa. Khidir abadi alasannya dia dianggap sudah meminum air kehidupan, dikatakan bahwa Khidir sudah berusia lebih dari enam ribu tahun.
Ada beberapa pertimbangan yang menyatakan bahwa Khidir yakni masih sama dengan seseorang yang berjulukan Elia. Ia juga diidentifikasikan selaku St. George. Di antara pendapat permulaan para cendikiawan Barat, Rodwell menyatakan bahwa “Karakter Khidir dibuat dari Yitro.” Dalam cerita literatur Islam, satu orang bisa beragam sebutan nama dan julukan yang sudah disandang oleh Khidir.
Al-Khadir (Khidir) secara harfiah memiliki arti ‘Seseorang yang Hijau’ melambangkan kesejukan jiwa, warna hijau melambangkan kesejukan akan pengetahuan “berlarut langsung dari sumber kehidupan.” Dalam situs Encyclopædia Britannica, dibilang bahwa Khidir mempunyai sudah diberikan sebuah nama, yang paling populer yakni Balya bin Malkan.
Asal Usul
Menurut Ibnu Abbas, Khidir yaitu seorang anak cucu Nabi Adam yang taat beribadah terhadap Allah dan ditangguhkan ajalnya. Ibunya berasal dari Romawi sedangkan bapaknya keturunan dari bangsa Parsi. Kemudian mufassir Mahmud al-Alusi menyertakan bahwa ia tidak membenarkan semua usulan perihal riwayat asal seruan Nabi Khidir, tetapi An-Nawawi menyampaikan bahwa ia yaitu seorang putra raja.
Pertemuan Nabi Khidir dan Nabi Musa
Kisah nabi Musa dan Khadir dituturkan oleh Al Qur’an dalam Surah Al-Kahf ayat 65-82. Menurut Ibnu Abbas, Ubay bin Ka’ab menceritakan bahawa dia mendengar Nabi Muhammad bersabda: “Sesungguhnya pada suatu hari, Musa berdiri di khalayak Bani Israil lalu beliau ditanya, “Siapakah orang yang paling cendekia?” Jawab Nabi Musa, “Aku” Lalu Allah menegur Nabi Musa dengan firman-Nya, “Sesungguhnya di segi-Ku ada seorang hamba yang berada di pertemuan dua lautan dan ia lebih pintar daripada kamu.”
Lantas Musa pun bertanya, “Wahai Tuhanku, dimanakah saya dapat menemuinya?” Allah pun berfirman, “Bawalah bersama-sama kau seekor ikan di dalam kandang dan sekiranya ikan tersebut hilang, di situlah kau akan bertemu dengan hamba-Ku itu.” Sesungguhnya teguran Allah itu mencetuskan harapan yang besar lengan berkuasa dalam diri Nabi Musa untuk menemui hamba yang shalih itu.
Mereka berdua risikonya hingga di sebuah watu dan menetapkan untuk beristirahat sejenak karena telah menempuh perjalanan cukup jauh. Ikan yang mereka bawa di dalam wadah itu datang-tiba meronta-ronta dan selanjutnya terjatuh ke dalam air. Allah SWT membuatkan ajaran air untuk memudahkan ikan sampai ke laut. Yusya` tertegun memperhatikan kebesaran Allah membangkitkan semula ikan yang sudah mati itu.
Selepas menyaksikan kejadian yang sangat fantastis dan luar biasa itu, Yusya’ tertidur dan saat terjaga, ia lupa untuk menceritakannya terhadap Musa Mereka kemudiannya meneruskan lagi perjalanan siang dan malamnya dan pada keesokan paginya,
“ Nabi Musa berkata terhadap Yusya` “Bawalah ke mari makanan kita, bantu-membantu kita telah merasa lelah alasannya perjalanan kita ini.” (Surah Al-Kahfi : 62) ”
Ibn Abbas berkata, “Nabi Musa bekerjsama tidak merasa lelah sehingga baginda melalui kawasan yang ditugaskan oleh Allah biar menemui hamba-Nya yang lebih cendekia itu.” Yusya’ berkata terhadap Nabi Musa : “Tahukah guru bahwa dikala kita mencari tempat berlindung di batu tadi, bantu-membantu saya lupa (menceritakan wacana) ikan itu dan tidak lain yang membuat saya lupa untuk menceritakannya kecuali syaitan dan ikan itu kembali masuk kedalam bahari itu dengan cara yang amat gila.” (Surah Al-Kahfi : 63).
“ Musa berkata, “Itulah tempat yang kita cari.” Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula. (Surah Al-Kahfi : 64) ”
Terdapat banyak pendapat tentang tempat konferensi nabi Musa dengan Khidir. Ada yang menyampaikan bahawa daerah tersebut yaitu konferensi Laut Romawi dengan Persia adalah daerah bertemunya Laut Merah dengan Samudra Hindia. Pendapat lainnya menyampaikan bahwa lautan tersebut terletak di kawasan konferensi antara Laut Roma dengan Lautan Atlantik.
Nabi Musa belajar kepada Nabi Khidir
Setibanya mereka di daerah yang dituju, mereka melihat seorang hamba Allah yang berjubah putih bersih. Nabi Musa pun mengucapkan salam kepadanya. Khidir menjawab salamnya dan mengajukan pertanyaan, “Dari mana datangnya kemakmuran di bumi yang tidak mempunyai kesejahteraan? Siapakah kau” Jawab Musa, “Aku yakni Musa.” Khidir mengajukan pertanyaan lagi, “Musa dari Bani Isra’il?” Nabi Musa menjawab, “Ya. Aku tiba menemui tuan supaya tuan mampu mengajarkan sebagian ilmu dan akal yang telah diajarkan kepada tuan.”
Khidir menegaskan, “Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan mampu bersabar bersama-samaku.” (Surah Al-Kahfi: 67) “Wahai Musa, sebetulnya ilmu yang kumiliki ini yakni sebahagian daripada ilmu karunia dari Allah yang diajarkan kepadaku namun tidak diajarkan kepadamu wahai Musa. Kamu juga mempunyai ilmu yang diajarkan kepadamu yang tidak kuketahuinya.”
“ Nabi Musa berkata, “Insya Allah tuan akan mendapati diriku selaku seorang yang tabah dan saya tidak akan menentang tuan dalam sesuatu permasalahan pun.” (Surah Al-Kahfi : 69) ”
“ Dia (Khidir) berikutnya mengingatkan, “Jika kau mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku wacana sesuatu pun sehingga saya sendiri menerangkannya kepadamu.” (Surah Al-Kahfi : 70)
Kisah-kisah Perjalanan Nabi Khidir dan Nabi Musa
Demikianlah seterusnya nabi Musa mengikuti nabi Khidir dan terjadilah beberapa insiden yang menguji diri Musa yang telah berjanji bahwa baginda tidak akan bertanya alasannya sesuatu tindakan diambil oleh Nabi Khidir. Setiap tindakan yang dikerjakan Nabi Khidir itu dianggap asing dan membuat Nabi Musa terperanjat.
1. Nabi Khidir merusak bahtera
2. Nabi Khidir membunuh seorang anak
Kemudian mereka melanjutkan perjalanan sampai hingga disuatu kawasan perumahan. Mereka kelelahan dan hendak meminta pertolongan terhadap masyarakatsekitar. Namun perilaku penduduk sekitar tidak erat dan tidak mau mendapatkan kedatangan mereka, hal ini menciptakan Nabi Musa merasa kesal terhadap penduduk itu.
Hikmah dari perbuatan yang dilakukan Nabi Khidir
Selanjutnya Nabi Khidir menjelaskan mengapa ia melakukan hal-hal yang membuat Nabi Musa mengajukan pertanyaan. Kejadian pertama yakni Nabi Khadir merusak perahu yang mereka tumpangi alasannya bahtera itu dimiliki oleh seorang yang miskin dan di daerah itu tinggallah seorang raja yang suka merampas perahu miliki rakyatnya.
Kejadian yang kedua, Nabi Khadir menerangkan bahwa beliau membunuh seorang anak sebab kedua orang tuanya yaitu pasangan yang beriman dan jikalau anak ini menjadi sampaumur mampu mendorong bapak dan ibunya menjadi orang yang sesat dan kufur. Kematian anak ini digantikan dengan anak yang shalih dan lebih menyayangi kedua bapak-ibunya sampai ke anak cucunya.
Kejadian yang ketiga (terakhir), Nabi Khadir menjelaskan bahwa rumah yang dinding diperbaiki itu adalah milik dua orang kakak beradik yatim yang tinggal di kota tersebut. Di dalam rumah tersebut tersimpan harta benda yang ditujukan untuk mereka berdua. Ayah kedua abang beradik ini sudah meninggal dunia dan merupakan seorang yang shalih.
Akhirnya Nabi Musa sadar nasihat dari setiap tindakan yang telah dikerjakan Nabi Khidir. Akhirya memahami pula Nabi Musa dan merasa amat bersyukur sebab sudah dipertemukan oleh Allah dengan seorang hamba Allah yang shalih yang dapat mengajarkan kepadanya ilmu yang tidak dapat dituntut atau dipelajari ialah ilmu ladunni.
Saat mereka di dalam perahu yang ditumpangi, datanglah seekor burung kemudian hinggap di ujung perahu itu. Burung itu meneguk air dengan paruhnya, lalu Nabi Khidir berkata, “Ilmuku dan ilmumu tidak berbanding dengan ilmu Allah, Ilmu Allah tidak akan pernah menyusut seperti air laut ini sebab diteguk sedikit airnya oleh burung ini.”
Sebelum berpisah, nabi Khidir berpesan terhadap nabi Musa: “Jadilah kau seorang yang tersenyum dan bukannya orang yang tertawa. Teruskanlah berdakwah dan janganlah berlangsung tanpa tujuan. Janganlah pula kalau kamu melakukan kekhilafan, berputus asa dengan kekhilafan yang sudah dilakukan itu. Menangislah disebabkan kekhilafan yang kamu kerjakan, wahai Ibnu `Imran.