Pengertian Motivasi
Kata motivasi memiliki kata dasar motif yang bermakna dorongan, alasannya atau argumentasi seseorang melaksanakan sesuatu. Dengan demikian motivasi berarti suatu kondisi yang mendorong atau menjadi karena seseorang melakukan sebuah tindakan atau kegiatan yang berlangsung secara sadar. (Abdurrahmat Fathoni, 2006: 81)
Malayu S.P. Hasibuan (2001: 95) mengemukakan bahwa motivasi ialah dukungan daya penggagas yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, semoga mereka mau bekerja sama, melakukan pekerjaan efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk meraih kepuasan. Perbedaan tingkatan motivasi individu dalam organisasi sungguh menghipnotis hasil kerja dan kinerjanya dalam organisasi. (Anwar Prabu Mangkunegara, 2006: 164)
Teori Motivasi
2.1.3.2.1 Teori Motivasi Kepuasan
Teori ini mendasarkan pendekatannya atas aspek–aspek keperluan dan kepuasan individu yang menyebabkannya bertindak dan berperilaku dengan cara tertentu. (Malayu S. P. Hasibuan, 2001: 103).
1. Teori Motivasi Klasik
Teori motivasi klasik (teori kebutuhan tunggal) ini dikemukakan oleh Frederick Winslow Taylor. Teori ini memperlihatkan bahwa motivasi para pekerja hanya untuk mampu menyanggupi keperluan dan kepuasan biologis saja, yakni keperluan yang dibutuhkan untuk mempertahankan kelancaran hidup seseorang. (Malayu S.P. Hasibuan, 2001: 104)
2. Teori Hierarki Kebutuhan Maslow (Maslow’s Need Hierarchy Theory)
Maslow mendasarkan konsep hirarki keperluan pada dua prinsip. Pertama, keperluan-keperluan manusia dapat disusun dalam satu hirarki dari keperluan terendah sampai keperluan tertinggi. Kedua, sebuah keperluan yang telah terpuaskan berhenti menjadi motivator utama dari perilaku. Manusia akan didorong untuk memenuhi keperluan yang paling kuat sesuai waktu, keadaan dan pengalaman yang bersangkutan mengikuti suatu hirarki. (T. Hani Handoko, 2000:256)
3. Teori Dua Faktor Dari Herzberg (Herzberg’s Two Factor Theory)
Teori ini mengemukakan bahwa ada dua aspek yang berkaitan dengan kepuasan dan ketidakpuasan dalam bekerja. Kedua faktor tersebut ialah :
a. Faktor yang mampu memotivasi (motivation factor) yakni aspek-aspek yang mendorong seseorang untuk memiliki pekerjaan dengan kepuasan yang menantang biar sungguh-sungguh termotivasi, sehingga menambah kepuasan kerja, aspek ini meliputi aspek prestasi, pengesahan/penghargaan, tanggung jawab, faktor pekerjaan serta aspek menemukan kemajuan dan kemajuan dalam bekerja. (Miftah Thoha, 2008: 230)
b. Faktor Kebutuhan Kesehatan Lingkungan Kerja (hygiene factor) yaitu faktor-aspek yang bersifat mencegah penurunan semangat kerja dan mampu menghindarkan kesemrawutan yang menekan produktivitas, faktor ini dapat berbentuk upah/gaji, hubungan antar pekerja, supervisi teknis, kondisi kerja, kebijaksanaan perusahaan dan proses manajemen di perusahaan. (Miftah Thoha, 2008: 230)
4. Teori Prestasi Dari Mc Clelland (Mc. Clelland’s Achievement Motivation Theory)
Mc Clelland mengelompokkan tiga tingkatan keperluan manusia yang dapat memotivasi gairah melakukan pekerjaan , adalah keperluan akan prestasi (need for achievement), kebutuhan akan afiliasi (need for affiliation) dan kebutuhan akan kekuasaan (need for power). Mc Clelland menyatakan bahwa dikala muncul sebuah kebutuhan yang besar lengan berkuasa di dalam diri seseorang, kebutuhan tersebut memotivasi dirinya untuk memakai sikap yang mampu menghadirkan kepuasannya. (J. Winardi, 2007:81)
5. Teori Keberadaan, Afiliasi dan Kemajuan dari Alderfer (Alderfer’s Existence, Relatedness and Growth (ERG) Theory)
Alderfer mengemukakan bahwa ada tiga golongan kebutuhan yang utama, yakni kebutuhan akan keberadaan (existence needs) yang berafiliasi dengan kebutuhan dasar, kebutuhan akan afiliasi (relatedness needs) yang menekankan akan pentingnya hubungan antar individu dan bermasyarakat serta keperluan akan kemajuan (growth needs). (Ike Janita Dewi, 2006: 80)
6. Teori Motivasi Human Relation
Teori ini mengutamakan hubungan seseorang dengan lingkungannya dan menekankan peranan aktif pimpinan organisasi dalam memelihara hubungan dan kontak-kontak langsung dengan bawahannya yang dapat membangkitkan gairah kerja. (Malayu S.P. Hasibuan, 2001: 115)
7. Teori Motivasi Claude S. George
Teori ini menyatakan bahwa seseorang mempunyai keperluan yang berhubungan dengan kawasan dan suasana di lingkungan dia melakukan pekerjaan , ialah upah yang patut, peluang untuk maju, pengesahan selaku individu, keamanan kerja, kawasan kerja yang bagus, penerimaan oleh kelompok, pengakuan yang masuk akal dan legalisasi atas prestasi. (Malayu S.P. Hasibuan, 2001: 115)
Teori Motivasi Proses
Malayu S.P. Hasibuan (2001: 116) menyatakan bahwa teori motivasi ini merupakan proses “sebab dan akhir” bagaimana seseorang melakukan pekerjaan serta hasil apa yang akan diperolehnya. Teori motivasi proses diketahui antara lain:
1. Teori Harapan (Expectancy Theory)
Teori ini menyatakan bahwa kekuatan yang memotivasi seseorang untuk melakukan pekerjaan giat dalam mengerjakan pekerjaannya tergantung dari korelasi timbal-balik antara apa yang ia kehendaki dan perlukan dari hasil pekerjaan itu. Teori keinginan ini didasarkan atas impian (expectancy), nilai (valence) dan pertautan (instrumentality). (Azhar Arsyad, 2002: 74)
2. Teori Keadilan (Equity Theory)
Teori motivasi ini menyatakan bahwa keadilan ialah daya penggagas yang memotivasi semangat kerja seseorang. Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa individu, yang melakukan pekerjaan dalam rangka menemukan tukaran imbalan dari organisasi, dimotivasi oleh suatu cita-cita untuk diperlakukan adil di pekerjaan. (Kreitner dan Kinicki, 2005: 293)
3. Teori Pengukuhan (Reinforcement Theory)
Teori ini didasarkan atas relasi sebab dan balasan dari perilaku dengan perlindungan kompensasi. Teori pengakuan ini terdiri atas dua jenis pengesahan, ialah legalisasi nyata dan pengakuan negatif. (Robbins dan Judge, 2008: 244)
Motivasi Berprestasi
Istilah motivasi berprestasi ialah perpaduan dari dua perumpamaan “motivasi” dan “prestasi” yang membentuk suatu kesatuan makna dan intepretasi.
Menurut Murray (dalam Gould & Weinberg, 2007), motivasi berprestasi adalah usaha seseorang dalam menguasai tugasnya, meraih keberhasilan, mengatasi rintangan, tampilan yang lebih baik dari orang lain, dan mendapatkan penghargaan atas bakatnya.
Senada dengan usulan di atas, Santrork (2003: 103) menerangkan bahwa motivasi berprestasi ialah cita-cita untuk menyelesaikan sesuatu untuk mencapai suatu kriteria kesuksesan, dan untuk melaksanakan suatu perjuangan dengan tujuan untuk mencapai keberhasilan. Gagne dan Barliner (1975: 77) menyertakan bahwa motivasi berprestasi adalah cara seseorang untuk berusaha dengan baik untuk prestasinya.
Gill (dalam Gould & Weinberg, 2007) mengartikan motivasi berprestasi sebagai orientasi individu untuk berusaha meraih kesuksesan, bertahan ketika gagal, dan menerima penghargaan ketika meraih prestasi.
Menurut Heckhausen (1967: 54) motif berprestasi diartikan sebagai usaha untuk memajukan atau melaksanakan kecakapan pribadi setinggi mungkin dalam segala acara dan suatu ukuran keunggulan tersebut digunakan selaku pembanding, meskipun dalam perjuangan melakukan acara tersebut ada dua kemungkinan yakni gagal atau berhasil. Selanjutnya beliau menjelaskan bahwa motivasi berprestasi ialah motif yang mendorong individu untuk meraih berhasil dan bertujuan untuk berhasil dalam kompetisi dengan beberapa ukuran keunggulan (standard of excellence). Ukuran keunggulan digunakan untuk kriteria keunggulan prestasi diraih sendiri sebelumnya dan patut mirip dalam suatu persaingan.
McClelland (1987) mengungkapkan bahwa motivasi berprestasi merupakan motivasi yang bekerjasama dengan pencapaian beberapa tolok ukur kepandaian dan standar keterampilan. Sedangkan Keith & Nastron (1989) mendefinisikan motivasi berprestasi sebagai dorongan yang dimiliki oleh seseorang untuk menangani hambatan dalam meraih tujuan, sehingga individu yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi memberikan usaha yang lebih besar dan ulet.
Dalam teori expectancy-value Atkinson (1960: 56) mengemukakan bahwa motivasi berprestasi seseorang didasarkan atas dua hal yakni, adanya tendensi untuk menjangkau berhasil dan adanya tendensi untuk menyingkir dari kegagalan. Pada dasarnya keadaan motif itu dimiliki oleh individu, namun keduanya mempunyai kondisi berlawanan-beda dalam berbagai suasana dan kondisi berdasarkan adanya prestasi. Lebih jelasnya Atkinson (1958: 34) mengemukakan bahwa kesuksesan individu untuk meraih kebehasilan dan memenangkan kompetisi berdasarkan persyaratan keunggulan, sungguh terkait dengan tipe kepribadian yang mempunyai motif berprestasi lebih tinggi daripada motif untuk menghindari kegagalan begitu pula sebaliknya, jika motif menyingkir dari terjadinya kegagalan lebih tinggi daripada motif sukses, maka motivasi berprestasi seseorang cenderung rendah
Dari definisi diatas, mampu disimpulkan bahwa motivasi berprestasi adalah dorongan individu untuk menggerakkan, mengarahkan dan mengatur perilakunya dengan segala kemampuan kepada acara yang dikerjakan untuk mencapai prestasi maksimalnya
Motivasi Berprestasi
Istilah motivasi berprestasi ialah perpaduan dari dua perumpamaan “motivasi” dan “prestasi” yang membentuk suatu kesatuan makna dan intepretasi.
Menurut Murray (dalam Gould & Weinberg, 2007), motivasi berprestasi adalah usaha seseorang dalam menguasai tugasnya, meraih keberhasilan, mengatasi rintangan, tampilan yang lebih baik dari orang lain, dan mendapatkan penghargaan atas bakatnya.
Senada dengan usulan di atas, Santrork (2003: 103) menerangkan bahwa motivasi berprestasi ialah cita-cita untuk menyelesaikan sesuatu untuk mencapai suatu kriteria kesuksesan, dan untuk melaksanakan suatu perjuangan dengan tujuan untuk mencapai keberhasilan. Gagne dan Barliner (1975: 77) menyertakan bahwa motivasi berprestasi adalah cara seseorang untuk berusaha dengan baik untuk prestasinya.
Gill (dalam Gould & Weinberg, 2007) mengartikan motivasi berprestasi sebagai orientasi individu untuk berusaha meraih kesuksesan, bertahan ketika gagal, dan menerima penghargaan ketika meraih prestasi.
Menurut Heckhausen (1967: 54) motif berprestasi diartikan sebagai usaha untuk memajukan atau melaksanakan kecakapan pribadi setinggi mungkin dalam segala acara dan suatu ukuran keunggulan tersebut digunakan selaku pembanding, meskipun dalam perjuangan melakukan acara tersebut ada dua kemungkinan yakni gagal atau berhasil. Selanjutnya beliau menjelaskan bahwa motivasi berprestasi ialah motif yang mendorong individu untuk meraih berhasil dan bertujuan untuk berhasil dalam kompetisi dengan beberapa ukuran keunggulan (standard of excellence). Ukuran keunggulan digunakan untuk kriteria keunggulan prestasi diraih sendiri sebelumnya dan patut mirip dalam suatu persaingan.
McClelland (1987) mengungkapkan bahwa motivasi berprestasi merupakan motivasi yang bekerjasama dengan pencapaian beberapa tolok ukur kepandaian dan standar keterampilan. Sedangkan Keith & Nastron (1989) mendefinisikan motivasi berprestasi sebagai dorongan yang dimiliki oleh seseorang untuk menangani hambatan dalam meraih tujuan, sehingga individu yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi memberikan usaha yang lebih besar dan ulet.
Dalam teori expectancy-value Atkinson (1960: 56) mengemukakan bahwa motivasi berprestasi seseorang didasarkan atas dua hal yakni, adanya tendensi untuk menjangkau berhasil dan adanya tendensi untuk menyingkir dari kegagalan. Pada dasarnya keadaan motif itu dimiliki oleh individu, namun keduanya mempunyai kondisi berlawanan-beda dalam berbagai suasana dan kondisi berdasarkan adanya prestasi. Lebih jelasnya Atkinson (1958: 34) mengemukakan bahwa kesuksesan individu untuk meraih kebehasilan dan memenangkan kompetisi berdasarkan persyaratan keunggulan, sungguh terkait dengan tipe kepribadian yang mempunyai motif berprestasi lebih tinggi daripada motif untuk menghindari kegagalan begitu pula sebaliknya, jika motif menyingkir dari terjadinya kegagalan lebih tinggi daripada motif sukses, maka motivasi berprestasi seseorang cenderung rendah
Dari definisi diatas, mampu disimpulkan bahwa motivasi berprestasi adalah dorongan individu untuk menggerakkan, mengarahkan dan mengatur perilakunya dengan segala kemampuan kepada acara yang dikerjakan untuk mencapai prestasi maksimalnya
Karakter Motivasi Berprestasi
McClelland (1978: 77) mengemukakan bahwa ada 6 karakteristik individu yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi, ialah :
1) Perasaan yang berpengaruh untuk meraih tujuan, yakni cita-cita untuk menuntaskan tugas dengan hasil yang sebaik-baiknya.
2) Bertangungjawab, yakni mampu bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri dan menentukan periode depannya, sehingga apa yang dicitacitakan sukses tercapai.
3) Evaluatif, yakni menggunakan umpan balik untuk memilih tindakan yang lebih efektif guna meraih prestasi, kegagalan yang dialami tidak membuatnya frustasi, melainkan sebagai pelajaran untuk berhasil.
4) Mengambil resiko “sedang”, dalam arti tindakan-tindakannya sesuai dengan batas kemampuan yang dimilikinya.
5) Kreatif dan kreatif, yaitu bisa mencari peluang-potensi dan menggunakan potensi untuk dapat menunjukkan potensinya
6) Menyukai tantangan, adalah bahagia akan aktivitas-aktivitas yang bersifat prestatif dan kompetitif
Faktor-aspek Motivasi Berprestasi
Ada beberapa aspek yang mempengaruhi motivasi berprestasi. Elliot dan Church (dalam Lahey, 2007) mengatakan ada tiga aspek penting dalam motivasi berprestasi, antara lain:
a. Menguasai tujuan
Orang yang menguasai tujuan akan termotivasi secara intrinsik untuk mempelajari informasi yang baru dan menarik.
b. Pendekatan pelaksanaan tujuan
Orang yang memiliki pendekatan pelaksanaan tujuan yang tinggi bermotivasi untuk melakukan yang terbaik biar menerima rasa hormat dari orang lain.
c. Pendekatan menjauhi tujuan.
Orang yang tinggi pada area ini bermotivasi untuk bekerja keras semoga dapat menghindari hasil yang buruk.
Berliner dan Gage (1991) menerangkan bahwa motivasi berprestasi pada individu dipengaruhi oleh enam faktor, adalah:
a. Minat
b. Kebutuhan bekerjasama, berprestasi serta kekuasaan
c. Nilai yang berhubungan dengan orientasi yang dianggap dan baik bagi individu
d. Sikap yang berhubungan dengan perasaan suka dan tidak suka yang melibatkan komponen kognitif
e. Aspirasi yang berkaitan dengan keinginan berhasil dan realistik
f. Insentif sebagai sumber keputusan langsung yang diterima atas kemauan sendiri
Mc Clelland (1987) memberikan penjelasan yang berlainan mengenai faktor-faktor yang mampu mensugesti motivasi berprestasi selaku :
a. Bertanggung Jawab
Individu memiliki perhitungan dan pertimbangan secara matang alasannya memiliki tanggung jawab kepada pemecahan masalah yang telah dibuatnya. Tanggung jawab ini ditunjukkan dengan memiilih tantangan, resiko yang sedang. Dengan demikian betul-betul melakukan sebuah pekerjaan tanpa adanya beban sebab individu menentukan resiko yang sebanding dengan kemampuannya.
b. Memanfaatkan Umpan Balik (feed back)
Individu dengan motivasi berprestasi tinggi biasanya menyenangi umpan balik secara riil dan cepat dari apa saja yang sudah dilakukannya sehingga dengan cepat pula individu akan menetapkan bila hasil yang dicapai kurang memuaskan untuk beralih pada aktivitas lain jikalau hasil yang diperoleh telah maksimal.
c. Inovatif
Individu yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi selalu berusaha mencari info gres. Individu kelihatan tidak banyak istirahat dan ingin selalu berganti yang didasari oleh sikap yang berorientasi ke kurun depan
d. Sukses dalam pekerjaan
Individu memiliki kinerja yang bagus dan pantang mengalah hasil dari dorongan motivasi menjadi prediktor kesuksesannya dalam bidang yang ditekuninya.
e. Menetapkan target yang menantang
Individu akan menimbang-nimbang terlebih dulu resiko yang hendak dihadapinya sebelum mengawali sebuah pekerjaan dan condong lebih menggemari persoalan yang memiliki tingkat kesukaran yang sedang, menantang tetapi memungkinkan untuk diatasi.
Steer dan Porte (1991) menerangkan secara berlainan perihal tiga aspek motivasi berprestasi pada individu, ialah:
a. aspek arah, ialah sikap yang timbul berupa perilaku yang terarah pada tujuan yang ingin diraih.
b. Faktor energi, ialah kekuatan atau perjuangan yang menimbulkan terjadinya sikap
c. Faktor keajegan, ialah adanya usaha untuk memelihara dan mempertahankan sikap kerja sampai tujuan.
Berdasarkan beberapa pertimbangan diatas, diperoleh suatu rumusan baru wacana aspek-faktor motivasi berprestasi adalah mencakup: mengharapkan umpan balik (feed back), berorientasi pada keberhasilan, tahan kepada tekanan dan memutuskan target yang menantang .