Menko Rizal Ramli: Kekayaan Indonesia Yang Hilang

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan ESDM Rizal Ramli dalam program ILC tvOne mengingatkan bahwa “Tuhan sungguh sayang terhadap bangsa negara Indonesia ini, awal orde gres kita diberi hutan yang sungguh luas, sangat indah, sungguh hijau mengalahkan Brazil” selanjutnya ia mengeluhkan “Karena kita tidak bisa menanam dan terus berproduksi, tidak punya downstream industri taktik semoga nilai tambahnya kian besar, alasannya adalah pada waktu itu kita terlalu menyimak usulan bank dunia, bahwqa indonesia fokus di dalam memotong kayu gelondongan eksport sebab kompetitif.”, “jangan masuk ke industri downsting industri kayu”. 
“Karena terlalu mendengarkan anjuran bank dunia, kita tidak mempunyai nilai tambah dari industri kayu tersebut. Malah yang mampu taiwan, jepang, cina dan sebagainya. Kesempatan emas yang diberikan Tuhan yang itu berubah menjadi missing oportunity yang pertama”.
“Yang kedua Tuhan sayang terhadap Indonesia dengan memberi minyak bumi yang berlimpah,sehingga kita eksport ke seluruh dunia, kembali tidak ada eksplorasi sehingga cadangan minyak kita kian hari makin merosot, akhirnya kita sekarang import 1 juta barel equvalen saban hari. Kita juga tidak mempunyai seni manajemen downstream, supaya ada nilai tambahnya sebab sektor migas ini dikuasai oleh mavia migas yang tidak inginindonesia mempunyai refainering, semoga Indonesia import terus dengan harga mahal dan merugikan kita”.
“Yang ketiga Tuhan masih sayang lagi kepada Indonesia dengan menunjukkan berbentukikan, sama lagi ikan diangkut di eksport pakai ilegal fishing, ke luar, rakyat tidak dapat apa-apa, ikannya kian usang semakin berkurang. Kemudian ikannya tidak diproses didalam negeri, tidak ada nilai tambahnya, tidak ada pekerjaan banyak untuk rakyat, balasannya tepung ikan saja harus import dari luar negeri”.
Kemudian dalam penjelasannya Menko Rizal Ramli Memuji Menteri Kelautan dan Perikanan Bu Susi Pudjiastuti yang melakukan shok therapy kepada ilegal fishing, jumlah buatan ikan mampu naik, dan akan di dorong ada industrialisasi prosesing di dalam negeri, sehingga rakyat mampu pekerjaan, bahkan dalam lima tahun Indonesia mampu eksportir tepung ikan bukan eksportir lagi.
“Yang keemapt Indonesia di kasih lagi sama Tuhan berbentuktambang kerikil bara dan mineral, tambang kerikil bara masih banyak pengusaha nasionalnya, rakyatnya juga mampu sedikit, kemudian mineral diberikan terhadap pengusaha asing semua, kontraknya sekarang ini merugikan kita semua, alasannya adalah royalti yang dibayar sungguh murah (1%), limbahnya tidak di urus, dibuang begitu saja padahal limbah berbahaya. Ini peluang emas yang keempat mampu berubah lagi menjadi missing oportunity”.
Inilah saat-saat untuk mengganti sejarah pengelolaan sumber daya alam Indonesia, yang selama ini merugikan Indonesia, dirubah supaya faedah sumber daya alam ini lebih besar buta Indoneisa. Karena masih banyak cadangan-cadangan berbagai sumber daya alam yang lebih besar lagi yang tersisa di Indonesia, berkali kali lebih besar lagu, yang kalau diperbaiki cara pengelolaanya akan menguntungkan bagi rakyat Indonesia.
Selanjutnya Menko Rizal Ramli meneruskan penjelasannya tentang pengelolaan sumber daya alam bahwa, “Didalam perpanjangan persetujuan, pengusaha-pengusaha ajaib menggunakan strategi, 1) menakut-nakuti, kalau tidak diperpanjang kontraknya, investasi akan ditarik, reputasi Indonesia akan rusak, padahal pemilik perusahaan go publik di Amerika kalo produksinya menurun CEO nya akan diganti dengan yang lain. 2) diiming-imingi, kalau diperpanjang kontraknya akan diinvestasi $18 milyar, padahal $18 milyar itu untuk satu tahun.