Mendengar kata “interaksi” pastinya identik dengan arti kekerabatan antar manusia.
Tapi dalam geografi ada juga perumpamaan interaksi, namun bukan insan yang menjadi subjeknya tetapi wilayah.
Ada 3 aspek utama yang mendasari terjadinya interaksi wilayah dan penjelasannya bisa dilihat disini Baca: 3 Faktor Pembentuk Interaksi Wilayah.
Bicara ihwal interaksi, dalam postingan kali ini saya akan sedikit menerangkan ihwal bagaimana cara mengkalkulasikan/mengukur kekuatan interaksi antar dua wilayah atau lebih.
Pada dasarnya prinsip dari adanya perhitungan kekuatan interaksi kawasan ini ialah mengacu pada aturan Newton dimana jika ada dua benda yang berdekatan maka keduanya akan memiliki gaya gravitasi dan kekuatannya tergantung dari massa benda dan jarak kedua benda tersebut.
Sarana Transportasi Handal Mempermudah Interaksi Wilayah |
Baca juga:
Jika prinsip fisika tersebut dicoba diaplikasikan dalam geografi daerah maka ada dua bagian utama untuk menjumlah kekuatan interaksi wilayah adalah jumlah penduduk (pengganti massa benda) dan jarak antar daerah (pengganti jarak antar benda).
Dalam pelajaran geografi kelas XII SMA setidaknya ada 3 teori yang umum ditemui untuk mengukur kekuatan interaksi kawasan yakni Teori Titik Henti (Breaking Point Theory), Teori Gravitasi dan Teori Konektor. Untuk penjelasan teori titik henti bisa dilihat di postingan Baca: Rumus Teori Titik Henti.
Nah di artikel ini aku akan berikan klarifikasi mengenai Teori Gravitasi dan Teori Konektor. Keduanya sama-sama digunakan untuk menjumlah kekuatan interaksi daerah.
1. Teori Gravitasi
Teori ini pada dasarnya yaitu rancangan hukum fisika yang dikemukakan oleh Issac Newton dan diperluas penggunaannya dalam geografi oleh W. J Reilly.
Reilly beropini bahwa kekuatan interaksi antara dua kawasan atau lebih di permukaan bumi mampu diukur dengan memerhatikan jumlah masyarakatdan jarak mutlak diantara dua daerah tersebut. Rumus Teori Gravitasi yakni sebagai berikut
Keterangan:
I 1-2 = kekuatan interaksi daerah 1 dan 2
k = konstanta empiris (biasanya 1)
P1 = jumlah penduduk daerah 1
P2 = jumlah penduduk kawasan 2
J1-2 = jarak mutlak antara daerah 1 dan 2
Contoh Soal:
Diketahui jumlah masyarakatkota Kuningan adalah 50.000 jiwa dan kota Sumedang yaitu 40.000 jiwa. Jarak antara kota Kuningan dengan kota Sumedeang ialah 1.000 km. Berapakah kekuatan interaksi antara kedua kota tersebut?
Jawab:
I¹–² = k . P1 . P2
(J 1-2)²
= 1. 50.000 . 40.000
(1000) ²
= 1. 200.0000.000
1.000.000
= 2.000
Kaprikornus nilai interaksi kota Kuningan dengan kota Majalengka adalah 2.000.
Teori Konektivitas
Teori ini dicetuskan oleh K. J. Kansky yang biasanya digunakan untuk memilih kekuatan arus interaksi barang/jasa antar daerah yang dihubungkan oleh jaringan jalan. Kekuatan interaksi ditentukan oleh indeks konektivitas yang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
I = indeks konektivitas
e = jumlah garis/jaringan halan
v = jumlah titik/kota
Contoh penerapan:
Berapakah nilai konektivitas dari sebuah jaringan kota di bawah ini:
I = e
v
= 4/4
= 1
Itulah 2 cara menjumlah kekuatan interaksi antar kawasan dan memang jumlah masyarakatdan ketersediaan sarana transportasi merupakan aspek utama dalam terjadinya interaksi kawasan.
Baca juga: