Mengetahui Makna Di Balik Puji-Pujian Ayun-Ayun Badan

Ayun ayun badan
Badan siji dadi susahing ati
Wong ing dunya sugih dosa
Mulih alam baka dipun siksa

Allah kula nyuwun pangapura
Saking kathahe dosa kawula
Sinten ingkang badhe ngapura
yen mboten Pangeran kawula
Allah Agung

Pengeling-eling:
Aja eling wong nang alam baka
Elingana mumpung nang alam dunya
Gawe dalaning suwarga
Babadana! Rancasana!

Aja dibabad mukti sugih
Babadana muji kelawan dzikir
“Laa ilaaha illallah, Muhammad Rasulallah”
:
Badan memang acap memaksa kita–atas nama gengsi, atas kebahagiaan–memanjakannya, menimang-nimang sedemikian rupa. Bahkan tidak jarang menenggelamkan kita dalam kotor kubangan dosa. Dan kita lupa semua akan dipertanggungjawabkan dihadapanNya.
Jangan, jangan hingga baru ingat kelak diakhirat, tetapi ingatlah mumpung masih di dunia.
Bersihkan dirimu, bersihkan hatimu. Babadana! Rancasana! Bersihkan dari kotoran-kotoran nafsu serakahmu. Kekayaan tidak akan mengantarkanmu pada ridhoNya, dikala kamu tidak sempurna dalam mendapatkan dan membelanjakannya.
Maka, ingatlah kepada Tuhanmu, ikrarkanlah bahwa Ia satu-satunya Tuhan yang patut kau sembah. Terserah bagaimana dan hendak lewat jalan mana kamu menuju Tuhanmu. Tak usah saling menyalahkan, tak usah saling merasa paling benar. Sebab toh di dunia ini kebenaran cuma akad yang kita buat sendiri, akad dari satu sumber yang tak akan pernah akhir ditafsirkan.
Embuh sejak kapan dan siapa yang pertama kali melantunkan syi’ir ini. Syi’iran, yang di tempatku, yang cuma terdengar saling bersaut dari masjid atau mushola saat bulan rahmat tiba.
Apakah di tempat kalian juga ada?
_____________________________________________
Negeri Entah Berantah, 10 hari terakhir Ramadhan 1436

  Perbedaan Itu Rahmat(?)