Longsor lagi, lagi-lagi longsor, pastinya kata atau lebih tepatnya peristiwa tersebut niscaya timbul saat hujan lebat melanda beberapa daerah di Indonesia.
Lantas mengapa banyak wilayah di Indonesia yang sering longsor?.
Perlu dikenali oleh masyarakat bahwa jenis tragedi yang paling banyak menelan korban jiwa di Indonesia ialah longsor, bukan gunung meletus, banjir, atau tsunami.
Makara penduduk memang mesti paham akan keadaan ini.
Alam ini bahwasanya memiliki prosedur unik yang tentunya telah didesain dengan sempurna oleh Sang Maha Sempurna, Allah SWT.
Morfologi Indonesia terutama di tempat berkbukit yaitu daerah yang semuanya riskan longsor. Tidak ada daerah bukit yang tidak riskan longsor.
Longsor Bisa Terjadi Kapanpun (http://static.republika.co.id/) |
Artinya semua bukit berlereng memiliki keadaan kritis. Longsor terjadi bilamana kondisi krtitisnya terlampaui oleh adanya gangguan.
Gangguan ini bisa terjadi karena aspek alami maupun bikinan (insan). Gangguan ini juga mampu berbentukpembebanan baru atau adanya perubahan (pemotongan lereng).
Salah satu pola gangguan beban yaitu dikala adanya penambahan volume air oleh hujan.
Salah satu cara mudah untuk mengetahui teori longsor ini yakni dengan membuat tumpukan pasir atau beras.
Jika anda pernah bermain pasir dan menciptakan tumpukan menyerupai gunung pastinya saat tumpukan pasir tersebut telah cukup besar maka ia akan longsor, bukan?.
Hal yang serupa juga terjadi pada tumpukan beras.
Jadi memang setiap benda atau materi apapun di dunia ini mempunyai batas kritisnya. Sistem kekebalan badan manusia juga dikala sudah melawati batas kritis maka yang terjadi yaitu sakit. Itulah hukum keseimbangan alam.
Lalu bagaimana donk cara mengantisipasinya?. Tentunya insan punya logika pikiran yang mampu digunakan untuk melihat, meneliti dan mengevaluasi ciri-ciri daerah rawan longsor sehingga nantinya info akan disampaikan terhadap penduduk .
Memang hal ini tidak mudah mengingat banyaknya wilayah beresiko longsor di Indonesia.
Tapi semenjak dari dulu, insan telah terbiasa belajar dari alam dan hal tersebut harus dimengerti sampai sekarang.
Baca juga: Faktor Kerentanan Bencana di Indonesia