Kita setuju bahwa pendidikan ialah sesuatu yang tidak asing bagi kita, apalagi lagi karena kita bergerak di bidang pendidikan. Juga niscaya kita setuju bahwa pendidikan diperlukan oleh siapa pun. Bahkan mampu dikatakan bahwa pendidikan ini dialami oleh semua manusia dari semua kalangan. Tetapi kerap kali orang melalaikan makna dan hakikat pendidikan itu sendiri. Layaknya hal lain yang telah menjadi kegiatan rutin, condong terlalaikan makna dasar dan hakikatnya. Karena itu benarlah jika dikatakan bahwa setiap orang yang tampakdalam dunia pendidikan sepatutnyalah selalu merenungkan makna dan hakikat pendidikan, merefleksikannya di tengah-tengah langkah-langkah/agresi sebagai buah refleksinya.
Makalah singkat ini menjajal mengungkap makna education, Tarbiyah, pendidikan yang seringkali dimaknai secara sempit. Makalah ini akan menunjukkan gambaran perbedaan makna tarbiyah, ta’lim, tadris, tahdzib, Ta’dib dan tadrib dengan memperlihatkan pertimbangan -pendapat para spesialis pendidikan baik dari literatur barat maupun timur. Pembahasan makalah ini dimulai dengan pengertian pendidikan dari tinjauan etimologis dan terminologis untuk mengirimkan pembahasan pada hakikat pendidikan.
Kata pendidikan, pendidik, guru dan pengajar, sudah menjadi pembicaraan, bahkan pembahasan kita sehari-hari. Namun demikian, masih terjadi kekeliruan dalam mengartikan sesuai dengan hakikatnya. Oleh alasannya itu, pada potensi ini, marilah kita gali rancangan yang sempurna tentang pendidikan tersebut. Pendidikan diartikan sebagai proses acara mengubah perilaku individu ke arah kedewasaan dan kematangan.
Dalam mekanisme pendidikan, ada proses, proses kegiatan, aktivitas ; perilaku yang dikembangkan mencakup perilaku, ketrampilan, pengetahuan; subjek-subjek pelaku, mencakup individu, anggota penduduk , akseptor asuh, orang yang lebih renta.
Pendidikan sebagai proses sikap, secara alamiah berlangsung spontan. Namun kalau kita menginginkan pendidikan yang terarah, mesti lewat perncanaan, perancangan, pemrograman atau menurut kurikulum/acara yang telah dirumuskan terlebih dulu. Oleh kerena itu, proses yanng ditempuh oleh pelaksana pendidikan itu juga sungguh terbuka mulai keluarga (informal), penduduk (non formal) dalam lembaga/sekolah (formal). Subjek dan objek pendidikan juga sangat terbuka mulai dari diri sendiri, anggota keluarga, anggota masyarakat, murid, mahasiswa.
Pendidikan merupakan transfer of knowledge, transfer of value dan transfer of culture and transfer of religious yang supaya diarahkan pada upaya untuk memanusiakan insan. Hakikat proses pendidikan ini selaku upaya untuk mengganti perilaku individu atau kalangan supaya mempunyai nilai-nilai yang disepakati menurut agama, filsafat, ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan. Menurut pandangan Paula Freire pendidikan yakni proses pengaderan dengan hakikat tujuannya adalah pembebasan. Hakikat pendidikan adalah kesanggupan untuk mendidik diri sendiri. Dalam konteks pedoman Islam hakikat pendidikan adalah mengembalikan nilai-nilai ilahiyah pada insan (fitrah) dengan tutorial Al-Alquran dan As-Sunnah (Hadits) sehingga menjadi insan berakhlakul karimah (Insan Kamil) Dengan demikian hakikat pendidikan yaitu sangat ditentukan oleh nilai-nilai, motivasi dan tujuan dari pendidikan itu sendiri. Maka hakikat pendidikan dapat dirumuskan sebagi berikut:
- Pendidikan merupakan proses interaksi manusiawi yang ditandai keseimbangan antara kedaulatan subjek didik dengan kewibawaan pendidik.
- Pendidikan ialah perjuangan penyiapan subjek latih menghadapi lingkungan yang mengalami pergeseran yang makin pesat.
- Pendidikan mengembangkan kualitas kehidupan pribadi dan masyarakat.
Pendidikan berlangsung seumur hidup. Pendidikan ialah tips dalam menerapkan prinsip-prinsip ilmu. Pendidikan mempunyai banyak definisi sepanjang waktu dan sepanjang banyak orang. Setiap definisi menujukan pandangan individu dalam lapangan pengetahuan masing-masing.
§ Menurut andal biologi : Pendidikan yakni penyesuaian.
§ Menurut andal psikologi : Pendidikan persamaan kata dengan belajar.
§ Menurut andal Filsafat : Pendidikan lebih mencerminkan pedoman-pedoman yang dimilikinya dan sebagainya.
Menurut Brown pendidikan ialah proses pengendalian secara sadar dimana pergeseran-pergantian didalam tingkah laris dihasilkan didalam diri orang lain itu lewat golongan dari persepsi ini berarti pendidikan adalah suatu proses yang mulai pada waktu lahir dan berjalan sepanjang hidup.
Menurut Brown ada 3 plaku pendidikan yaitu :
- Lembaga-forum pendidikan formal. Misalnya : sekolah forum-lembaga ke agamaan, musium, perpustakaan, wisata dll
- Kelompok-kalangan yang terencana yang mempunyai fungsi pendidikan yang penting.
- Organisasi-organisasi yang bersifat kormesial dan industri. Misalnya toko-toko, industri dan perkebunan.
Landasan-landasan Pendidikan
Pendidikan selaku proses aktivitas pemberdayaan insan penerima ajar menjadi sumber daya (SDM) yang tepat untuk segala lingkungan dan kemajuan jaman dan harus di landasi oleh nilai-nilai yang tepat dengan hakikat manusia sebagaimakhluk sosial budaya. Oleh alasannya itu pendidikan harus dilandasi oleh nilai-nilai agama, filsafat dan adab pembahsan perihal landasan-landasan akan dipaparkan secara berikut :
1. Landasan Agama
Berdasarkan doktrin kita masing-masing, agama ialah wahyu Tuhan Yang Maha Kuasa yang di turunkan untuk menjadi landasan hidup bagi kehidupan manusia hingga akhir zaman. Agama sebagai landasan pendidikan, bukan cuma berlaku pada pendidikan formal di lembaga pendidikan Taman Kanak-kanak/RA, SD/MI, SLTP/MTs, SLTA/MA dan Perguruan Tinggi. Melainkan juga mesti melandasi pendidikan dalam keluarga informal dan di penduduk non formal.
Negara Republik Indonesia telah mengakui lima Agama yakni : Islam, Kristen, Nasrani Protestan, Hindu dan Budha selaku Agama resmi.
2. Landasan Filsafat
Pendidikan suatu proses acara pemberdayaan insan menjadi SDM yang bermutu, mesti dilandasi oleh sifat dan sikap yang berakal serta bijaksana, sifat dan perilaku yang demikian, selain terbina dari pengalaman serta pendikikan, juga berasal dari hasil perenungan lewat asumsi yang mendalam perihal hal-hal baik yang dipertentangkan dengan hal-hal jelek, kejujuran dengan kebohongan, dan seterusnya.
Filsafat sebagia suatu kajian yang mendasasr, tidak cuma mengungkapkan hal-hal yang terlihat kasat mata, melainkan lebih mendalam lagi.
3. Landasan Budaya
Manusia selaku makhluk hidup, sudah difitrahkan menjadi makhluk budaya. Namun demikian, alasannya meninggalkan perilaku selaku makhluk budaya yang beradab remaja ini, menerangkan perilaku yang lebih buas dsari srigala.
Sadisme, premanisme, brital menjadi hakim sendiri, merampok, mengalahkan segala cara, dan lainnya, telah menjadi perilaku sebagian makhluk yang disebut manusia. Manusia “keluar” dari sifat, perilaku dan nurani kemanusiaan yang manusiawi. Manusia condong “keluar meninggalkan” fitrahnya selaku makhluk budaya.
Budaya yang melekat pada diri insan sebagai hasil karsa, raasa, cita, citra dan karya, menjadi aksara insan dalam kehidupan bermasyarakat, dalam bentuk kebudayaan. Perubahan yang sedikit demi sedikit dialami oleh setiap makhluk, tergolong oleh insan, menenteng perubahan tatanan budaya, juga dalam prosedur evolusi budaya. Evolusi ini, tidak keluar dari konteks insan selaku sebuah kelompok, atau dengan perkataan lain, budaya tergolong evolusinya ada dalam tatanan yang disebut penduduk .
4. Landasan Moral
Agama, filsafat dan budaya selaku sumber nilai bagi individu dan masyarakat, penampilannya timbul dari sikap, tindakan serta langkah-langkah manusia dalam bentuk reaksi emosional, interlektual, spiritual, sosial dan ketrammpilan kepada lingkungannya. Tinggi rendahnya kualitas reaksi insan kepada lingkungan tadi, sangat dipengaruhi oleh kadar dan bobot budpekerti serta tabiat yang melekat pada diri insan yang bersangkutan. Kualitas bobot dan kadar tersebebut, tepulang pada pendidikan sebagai proses serta kegiatan yang dialami individu masing-masing.
Asas-Asas Pendidikan
Proses, kegiatan dan pelaksanaan pendidikan yang bertujuan menanamkan nilai-nilai ke dalam kebijaksanaan seseorang,
1. Asas Pendidikan Sepanjang Hayat
Perubahan sikap individu kebanyakan, berlangsung secara sedikit demi sedikit dan berkesinambungan. Proses kematangan mulai dari masa bayi, balita, batita, usia sekolah, cukup umur, sampaumur sampai lanjut usia atau bau tanah, berlangsung terus sesuai dengan kemajuan mental, psikolog dan spiritual masing-masing. Penyimpangan yang terjadi pada individu tertentu, terutama pada langsung yang genius, hanyalah perkara dari sekian ribu orang.
Penerapan dan pengembangan asas pendidikan sepanjang hayat, sesuai dengan kemajuan alamiah yang terjadi pada diri tiap orang. Hakikat yang demikian itu, harus diketahui dan didasari oleh para pendidik, mulai dari orang bau tanah, orang yang bau tanah, orang yang lebih renta, guru, tokoh masyarakat dan para pemimpin. Secara masuk akal, proses pendidikan itu bertahap, berkelanjutan, hingga ajal. Dalam arti luas, pendidikan itu dilaksanakan diri sendiri, oleh atau dari (alamiah), oleh orang bau tanah, dan oleh oranng-orang yang dikatagorikan selaku pendidik.
2. Asas Kasih Sayang
Tiap waktu dan tiap peluang, kita selalu mulai dengan mengucapkan “atas nama yang kuasa yang maha pengasih dan penyayang”, maka kasih sayang itu, harus menjadi bagian yang menempel pada diri kita masing-masing. Atas dasar sifat ksih sayang yang menjadi salah satu kodrat yang kuasa yang maha kuasa, kita berupaya menimbulkan dan menerapkan asas kasih sayang dalam pendidikan.
Dalam proses dan acara pendidikan, korelasi serta situasi yang kita kembangkan, dalam konteks interaksi edukatif. Hubungan antara pendidik dengan akseptor bimbing, dibina dalam suasana kasih sayang yang terarah pada pembentukan kepribadian, dengan menanamkan nilai-nilai yang mempunyai arti dalam kehidupan untuk hidup tenteram, kondusif, hening dan sejahtera. Suasana dan kekerabatan kehidupan yanng lebih luas, maka kita berpegang serta menerapkan asas-asas :
§ Mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa
§ Berbakti terhadap orang bau tanah
§ Menghormati orang yang lebih tua dan orang yang dituakan
§ Menghargai sesama
§ Menyayangi orang yang lebih muda
Suasana dan kekerabatan interaksi edukatif antara pendidikan dengan peserta ajar, terjalin dalam kasih sayang, dalam mekanisme ini, pendidik berinteraksi dengan akseptor didik yang dikategorikan lebih muda yang secara kelender memang lebih muda, dan atau karena ststus serta posisinya ditetapkan selaku pihak yang lebih muda. Dengan demikian, dalam proses dan acara pendidikan asas kasih sayang menjadi salah satu asas utama.
3. Asas Demokrasi
Demokrasi mampu dartikan selaku suatu filsafat, atau tata cara sosial yang menekankan terhadap partisipasi pengawasan yang proprosional terhadap kehidupan suatu komunitas oleh para anggotanya yang berlandaskan kepedulian masing-masing selaku umat insan dengan mengabaikan mutu, pangkat, status atau posisinya masing-masing.
Dalam situasi demokrasi mirip ini, dua pihak, pendidik dengan peserta latih setara selaku umat manusia, namun “berlawanan” dalam fungsi, peranan, hak dan keharusan mengisi mekanisme proses aktivitas pendidikan. Perlakuan demokratis dari pendidik terhadap peserta asuh, menjadi pola, dalam rangka membentuk serta berbagi SDM yang bersikap mental demokrasi. Dlam proses krgiatan pendidikan, penerapan asas demokrasi ini, pastinya “situsional”, dengan pemahaman, keseluruhan proses interaksi edukatif itu demokratis, namun pada situasi-suasana tertentu yang mengharapkan, pendekatan “adikara” mampu diterapkan.
4. Asas Keterbukaan dan Transparasi
Keterbukaan sebagai sebuah rancangan, berlainan dengan konsep transparansi. Namun demikian, diantara keduanya ada keterkaitan yang erat, bahkan dalam hal-hal tertentu dapat dikatakan “berimpit”. Oleh alasannya itu, sebelum kita kembangkan dan terapkan keterbukaan dan transparansi sebagai suatu asas dalam pendidikan.
Keterbukaan selaku phenomena yang berkenan dengan prilaku insan, dapat terkait dengan hati nurani, kebijakan dan suatu keputusan. Keterbukaan yang menempel pada hati nurani seseorang, atau bahkan pada diri kita masing-masing, bermakna dalam diri kita itu “tidak ada belakang layar” yang disembunyikan. Apa yang ada dan terjadi dalam diri kita, terbuka untuk dikenali oleh pihak atau orang lain.
5. Asas Tanggung Jawab
Segala sesuatu yang kita lakukan dalam kehidupan untuk meraih kesuksesan tertentu, termasuk pendidikan, hakikatnya ialah suatu tanggung jawab. Kita melakukan dan melakukan suatu tanpa tanggung jawab dapat menyebabkan hal-hal tidak kita harapkan, atau tegasnya menjadikan masyarakat. Hidup dan kehidupan yang kita yakini sebagai ibadah, memilliki makna yang mendalam dilandasi oleh tanggung jawab.
Secara luas dan menyeluruh, tanggung jawab itu mencakup tanggung jawab terhadap diri sendiri, terhadap keluarga, kepada penduduk , dan kesudahannya pada Al Khalik Yang Maha Kuasa, bila tindakan, sikap, dan langkah-langkah kita itu dilandasi oleh tanggung jawab terhadap segala pihak yang berhadapan dengan kita, insya Allah, kita akan selalu ada di jalan yang benar.
6. Asas Kualitas
Suatu pekerjaan, perilaku, tindakan, dan langkah-langkah yang bermutu, tidak dapat dilepaskan dari sifat serta sikap kasih sayang, demokratis, keterbukaan dan transparasi, serta tanggung jawab. Begitulah pula kalau kita bicara perihal pendidikan yang berkualitas. Dengan demikian, asas mutu dalam proses dan kegiatan pendidikan, dapat dikatakan selaku muara dari asas-asas pendidikan sepanjanng hayat, kasih sayanng, demokrasi, keterbukaan dan transparasi serta tanggung jawab dengan membuatkan dan menerapkan asas kualitas pada proses aktivitas pendidikan, secara ideal kita mampu menciptakan SDM yang berkualitas.
Proses acara pendidikan yang secara ideal bermaksud membuat SDM yang bermutu seperti yang dideskripsikan diatas, mau tidak mau harus barlandaskan asas kualitas dalam segala perangkat, kerja dan kinerjanya.
7. Panca Darma Taman Siswa
Mengembangkan lima asas dalam pendidikan yang di konsepkan sebagai panca darma, yang meliputi asas-asas kodrat alam, kemerdekaan, kebudayaan, kebangsaan, dan kemanusiaan. Untuk membandingkan, bahkan melengkapi asas-asas yanng telah kita bahas. Marilah kita lihat secara rinci panca darma taman siswa. Uraian pokoknya dapat di ikuti dibawah ini.
a. Asas Kodrat Alam
Semua mahluk baik yang hidup maupun yang tidak hidup. Mahluk apapun mengalami kemajuan dan pergeseran. Manusia berdasarkan kodratnya tumbuh dalam rahim ibu, lahir sebagai bayi hingga kesannya meninggal dunia. Namun demikian, sesuai dengan kodratnya insan berbeda dengan makhluk yang lain yakni dikaruniai akal dan anggapan yang berkembang dan dapat dikembangkan. Pengembangan kesanggupan manusia secara disengaja dan dijadwalkan itulah yang dikonsepkan sebagai “Pendidikan”. Sesuai dengan kodrat alam, pendidikan melayani dan membuatkan potensi peserta latih semenjak lahir.
b. Asas Kemerdekaan
Sesuai dengan kodrat alam, bayi pad waktu lahir, mampu dibilang tidak berdaya, sepenuhnya bergantung pada orang lain, taitu orang renta, khususnya ibu. Namun demikian, sesuai juga dengan kodrat alam, individu yang lahir dengan banyak sekali potensi, dari waktu kewaktu mengalami kemajuan. Pada usia tertentu, beliau meraih tingkat kemandirian. Perkembangan meraih derajat kemandirian berjalan lewat proses yang kita konsepkan sebagai mencar ilmu secara spontan maupun dengan tutorial.
Individu dengan potensinya, ialah sosok yang memiliki kebebasan yang mengarah terhadap “Kemerdekaan”. Pencapaian taraf kemerdekaan ini, lewat usaha yang disebut mencar ilmu. Perkembangan belajar dari waktu kewaktu, dari tahap ketahap selanjutnya, dari satu jenjang ke jenjang yang yang lain.
Memberikan makna kepada keleluasaan, menjadi kemerkaan yang hakikatnya tidak lain adalah kebesan yang dilandasi tanggung jawab. Oleh sebab itu, proses kegiatan pendidikan yang berpegang pada asas kemerdekaan, mempunyai arti menawarkan kebebasan kepada penerima ajar. Untuk menyebarkan potensinya menjadi kesanggupan, dalam suasan yang penuh dengan tanggung jawab.
c. Asas Kebudayaan
Dalam kodratnya, insan itu sebagai “makhluk budaya”. Oleh sebab itu, kebudayaan ialah bagian yang melekat pada diri manusia. Dengan demikian, pengembangan dan penerapan asas kebudayaan ada proses acara pendidikan, sebuah kewajaran yang sesuai dengan kodrat manusia sendiri.
Budaya itu mencakup aspek yang luas yang melekat dalam diri individu atau kalangan, sebagai hasil pengembangan akal anggapan manusia yang berlangsung turun temurun. Sehingga budaya tidak mampu dipisahkan dari insan dalam konteks kalangan atau tidak mampu dipisahkan dari masyarakat.
d. Asas Kebangsaan
Pengembangan dan penerapan “asas kebangsaan” pada proses acara pendidikan Indonesia, selain berdasarkan fakta, juga mengandung “kebhinekaan” atau “kemajemukan”yang menjadi salah satu ciri utama bangsa Indonesia. Bahwa kebhinekaan itu sudah menempel pada diri masyarakat bangsa Indonesia.
Menurut Siswono Yudhosodo menyatakan bahwa rasa kebangsaan ialah kesadaran berbangsa yakni kesadaran untuk bersatu sebagai sebuah bangsa yang lahir secara alamiah alasannya sejarah, karena aspirasi usaha kurun lampau, sebab kebersamaan kepentingan, alasannya adalah senasib sepenanggungan dalam menghadapi kala lalu dan kala sekarang dengan kata lain kebangsaan itu adalah perekat yang mempersatukan dan memberi dasar terhadap jati diri kita selaku bangsa.
e. Asas Kemanusiaan
Kita sudah membicarakan empat asas dari lima asas panca darma akademi taman sisiwa, yang merupakan wawasan pendidikan Ki Hajar Dewantara. Dari empat asas yang telah kita kembangkan, selanjutnya berdasarkan makna yang kita hayati, akibatnya bermuara kepada kemanusiaan. Oleh karena itu, berdasarkan akal sehat intelektual, emosional, dan spiritual, apa yang telah diurutkan Ki Hajar dewantara, sungguh sempurna. Selanjutnya, marilah kita kembangkan pembahasan asas kemanusiaan itu lebih lanjut.
Penerapan asas kemanusiaan dalam proses acara pendidikan, mempunyai makna menanamkan dan menyebarkan nilai-nlai kemanusiaan pada diri pesertra didik. Melalui proses ini, peserta bimbing dibimbing dan dibina dirinya untuk mengenal serta menyadari diri sendiri, orang lain mulai dari lingkungan keluarga, para tetangga, bangsa, hingga pada penduduk dunia, secara sedikit demi sedikit sesuai dengan kesanggupan masing-masing.
Melalui asas kemanusiaan, penerima didik dibimbing menyadari harga dan martabat diri, serta nilai kemanusiaan yang secara kodrati melekat pada menusia dengan kehidupannya sebagaiumat yang sederajat atau sama dihadapan Tuhan.
Makna Pendidikan Memperdayakan Sumber Daya Manusia
Pada permulaan Bab lll, sudah kita diskusikan bahwa “pendidikan diartikan selaku proses kegiatan mengubah perilaku individu ke arah kedewasaan dan kematangan” makna kedewasaan pada konotasi ini, tidak terbatas cuma pada usia kalender, melainkan lebih berbobot mental-spiritual, perilaku, logika, baik intelektual maupun emosianal, sosial dan emosional. Dengan demikian, pada tingkat dan bobot kedewasaan ini, terungkap pula kematangannya dalam berucap, berpikir, bertingkah dan membuat keputusan. Kita percaya seyakin yakinnya, dalam pencapaian kedewasaan dan kematangan tadi, kuncinya terletak pada kinerja pendidikan dalam arti yang seluas-luasnya, pendidikan yang tidak hanya terbatas pada pendidikan persekolahan (pendidikan formal).
1. Makna Pemberdayaan
Melalui proses pemberdayaan, akseptor didik digiring dan di latih menjadi SDM yang memiliki visi, sadar bahwa hidup dan kehidupan itu berpijak diatas realita dimanapun kita hidup selalu berhadapan dengan orang lain, serta dalam mengahadapi kehidupan yang sarat dengan tantangan bahaya hambatan gangguan, harus menampilkan diri sebagai orang yang berani.
Dalam proses pemberdayaan diri khususnya pada akseptor bimbing harus berpijak diatas realita, kehidupan yang sedang kita jalani ini juga penuh kompetisi, tantangan gangguan hambatan dan bahaya bahkan juga sungguh beresiko itulah realita bergotong-royong yang kita hadapi.
2. Pendidikan Sebagai Proses Pemberdayaan
Ketidakberdayaan individu dan kelompok terletak pada keterbelenggunya dalam faktor-faktor sosial budaya, sosial ekonomi, sosial psikologi dan sosial politik.
Reformasi pendidikan sebagai tuntunan pertumbuhan kualitatif dan kemajuan kuantitatif kehidupan, harus beramni mengganti taktik, dari pendekatan kuantitatif ke pendekatan kualitatif. Penerapan dan pengembangan metodologi yang bobotnya kualitatif mesti menjadi pilihan untuk menyanggupi tuntunan reformasi pendidikan.
Sesuai dengan pembahasan yang telah dipaparkan, maka kami selaku penyusun mampu menyimpulkan, diantaranya sebagai berikut:
- Hakikat pendidikan ialah suatu proses aktivitas mengganti sikap individu ke arah kedewasaan dan kematangan dalam arti yang seluas-luasnya, baik melalui pemberdayaan dan rekayasa, maupun pembebasan dari belenggu kebodohan, kemiskinan, rendah diri.
- Pendidikan sebagai proses acara, khususnya diindonesia, dan landasan pokoknya menempel pada agama, filsafat, budaya, dan budpekerti.
- Asas-asas yang dipraktekkan pada proses serta kegiatan pendidikan, meliputi pendidikan sepanjang hayat, kasih sayang, demokrasi, keterbukaan dan transparasi, tanggung jawab serta kualitas
- Panca darma selaku asas pendidikan, yang mencakup asas kodrat alam, kemerdekaan, kebudayaan, kebangsaan dan kemanusiaan. Panca darma mampu memperkuat asas pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 2007. Sosiologi Pendidikan. Jakarta : PT RINEKA CIPTA.
www. Google. com