Melestarikan Lingkungan Menurut Ajaran Islam

 Lingkungan hidup merupakan masalah yang belum tergarap oleh umat Islam Melestarikan Lingkungan Menurut Ajaran Islam

Oleh: KH. Miftah Faridl
Lingkungan hidup ialah persoalan yang belum tergarap oleh umat Islam. Pasalnya, merawat lingkungan masih dianggap terpisah dari persoalan agama. Lingkungan seakan-akan hanya permasalahan budaya bukan bagian dari agama. Akibatnya, banyak orang Islam yang tidak serius mengelola lingkungan hidup ini.

Padahal, Islam itu ialah agama yang rahmatan lil’alamin, bukan saja untuk manusia, namun juga lingkungan hidup. Rahmatan lil ‘alamin itu juga berlaku bagi tumbuhan dan fauna. Kaprikornus, tidak ada pemilahan dalam Islam. Semuanya sangat penting dipelihara keharmonisannya.

Kalau saja di dunia ini terjadi kerusakan lingkungan hidup, baik skala kecil maupun besar, di daratan maupun di lautan, maka gampang mencari kambing hitamnya, yaitu manusia. Allah SWT menerangkan dalam Quran, kerusakan yang terjadi di daratan dan di lautan itu diakibatkan oleh tangan-tangan insan.

Proses perusakan yang dikerjakan manusia itu mampu terjadi secara eksklusif juga tidak langsung. Secara pribadi contohnya kita dengan tangan sendiri melakukan perusakan. Secara tidak pribadi, misalnya kita merusak lingkungan dengan membuat kebijakan yang tidak ramah lingkungan atau memiliki potensi merusak lingkungan. Oleh sebab itu, kebijakan yang dibuat jangan hingga berisiko merusak alam, baik skala kecil maupun skala besar.

Nabi Muhammad SAW memerintahkan kita untuk memelihara lingkungan atau alam ini, hingga pada dikala-dikala kritis sekalipun. Nabi jikalau mau menyelenggarakan peperangan senantiasa berpesan kepada teman-sahabatnya yang hendak ikut perang. Pesan-pesannya itu yakni jangan sampai menyakiti orangtua, anak-anak, dan jangan sampai merusak lingkungan. Lingkungan yang dimaksud Nabi tergolong di dalamnya juga pohon-pohonan.

Bayangkan, bagaimana Islam sangat peduli lingkungan. Jangankan dalam kondisi sedang aman, bahkan sedang perang sekalipun umat Islam dilarang menciptakan kerusakan yang menyebabkan matinya tumbuh-tumbuhan. Ini suatu pedoman yang sungguh cantik sekali. Apalagi jika kita kini dalam kondisi aman, tidak sedang berperang, kita harus lebih dari itu.

Sebagai pelaksanaan tanggung jawab terhadap lingkungan hidup, MUI membuat aliran ihwal pentingnya melakukan wakaf pohon lindung. Salah satu muatan anutan MUI ini menandakan kesungguhan umat Islam dalam memelihara lingkungan.

Jika investasi pohon ini dijalankan dengan ikhlas, maka ini akan menjadi ibadah yang sungguh panjang. Mengapa demikian, alasannya adalah apa yang diinvestasikan akan sangat bermanfaat panjang sampai terhadap generasi berikutnya. Pahala wakaf pohon lindung akan mengalir terus sebab lingkungan yang diwariskan akan terus dinikmati manfaatnya banyak orang.

Program wakaf pohon ini bahu-membahu harus menjadi salah satu program unggulan ketika ini dalam rangka menyelamatkan lingkungan kita. Mungkin orang hanya bersedekah beberapa puluh ribu rupiah, lalu dibelikan pohon dan ditanam. Dari pohon yang ditanam itulah kita akan mendapatkan pahala. Mengapa demikian, alasannya setiap pohon yang ditanam akan bermanfaat bagi insan dan kehidupan secara umum.

Sehingga ke depan, bila ada tanah kosong mesti ditanam, di lingkungan rumah, kantor, lembaga pendidikan, atau yang lainnya. Jangan hingga ada tanah kosong dibiarkan begitu saja. Daripada tanah itu tidak memperlihatkan manfaat apa-apa, maka lebih baik dimanfaatkan untuk ditanam pohon. Bisa dipastikan tidak ada sejengkal pun tanah yang kosong. Pastikan semua tanah berguna bagi kehidupan.

Kita dilarang melaksanakan sesuatu yang menjadikan ancaman kepada kehidupan ini. Jika kita menebang pohon, bermakna kita telah menciptakan bahaya, walaupun kerusakan itu dijalankan secara tidak pribadi.

Islam memiliki perhatian sangat besar terhadap lingkungan. Dalam Islam, membuat lingkungan yang bagus merupakan bagian dari ibadah kita kepada Allah. Sebab, selain ada tuntunan normatifnya, juga ada contohnya dari Rasulullah.

Selama ini kita mengenali bahwa hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, besok mesti lebih baik dari hari ini, dan begitu seterusnya. Ajaran ini bergotong-royong juga berlaku di dunia lingkungan hidup kita. Lingkungan hidup hari ini mesti lebih baik dari kemarin dan lingkungan besok hari harus lebih baik dari hari ini. Untuk membuat lingkungan yang lebih baik di esok hari, kita mesti memeliharannya hari

  Etika Istiadat Suku Baduy Dina Bahasa Sunda

Sebuah pemikiran yang sungguh mulia juga terkait dengan lingkungan hidup yakni ketika kita berihram. Dalam aliran ihram, para haji tidak boleh menghancurkan lingkungan. Jangankan merusak, memetik tumbuh-tanaman dan pohon saja sudah dihentikan, apalagi hingga merusaknya

Saya kira, ketika ini kita masih diberi potensi oleh Allah Swt untuk memelihara lingkungan hidup, sebelum lingkungan itu sungguh-sungguh rusak. Karena itu, tidak ada salahnya hari ini kita menerapkan slogan “tidak ada hari tanpa menanam pohon dan tidak ada sejengkal tanah pun yang kosong tidak termanfaatkan”. Sumber