close

Masjid Jami’atul Khair

Bukti Sejarah Kerajaan Islam Mempawah

masjid jamiatul khair

Bukti eksistensi Kesultanan Islam di Kalimantan Barat ditandai dgn masih bertahannya bangunan masjid tua yg ada di sekeliling keraton. Salah satu peninggalan bersejarah yg hingga kini mampu disaksikan yakni eksistensi Masjid Jami’atul Khair yg terletak di Kelurahan Pulau Pedalaman, Mempawah, Kalimantan Barat.

Perlu diketahui, Kerajaan Islam Mempawah mempunyai kekerabatan dekat dgn kerajaan-kerajaan Islam di Sulawesi Selatan. Termasuk dgn Yang Dipertuan Muda di Kesultanan Riau.

Dinasti Kesultanan Mempawah ini boleh dibilang cukup bau tanah. Hal ini mampu ditelusuri pada masa pertengahan masa ke-18 yg kemudian lewat tokoh Upu Daeng Manambon dr Luwu. Meski sebelumnya, sejarah Mempawah sempat berbau folklor atau dongeng yg berdasarkan legenda dr penduduk setempat.

Adapun Masjid Jami’atul Khair dibangun pada tangggal 8 Dzulhijjah 1324 H atau tepatnya pada tanggal 23 Desember 1906 M oleh Panembahan Mempawah, yakni Gusti Muhammad Taufiq Aqamaddin.

Sebelum masjid ini dibangun, telah ada dua buah masjid di Kampung Siantan & Kampung Brunai. Kini masjid ini digunakan selaku tempat makam Raja Mempawah.

Sedangkan, pembangunannya dijalankan pada masa Panembahan Gusti Amir yg bergelar Adinata Krama Umar Kamaruddin & Panembahan Mahmud. Sehingga, masjid yg sekarang terlihat ialah masjid ketiga yg diresmikan Kesultanan Mempawah. Keberadaan masjid yg tak terpisahkan dr keraton ini, mengikuti perkembangan selesai telah menjadi bagian objek rekreasi, baik dr luar negeri maupun domestik.

Hal lain yg paling banyak dikagumi oleh pengunjung dr banyak sekali negara adalah ukiran nisan yg terdapat di nyaris seluruh makam raja-raja Mempawah, yakni tatahan kayu bertuliskan kaligrafi ayat-ayat suci Al-Qur’an.

  Masjid Raya Darussalam

Dan, yg unik lagi dr masjid ini sampai sekarang ialah soal kepengurusannya yg semenjak awal ditata dgn komposisi: 20 orang jumlah pengurus melambangkan 20 sifat Allah SWT.

Pengurus inti terdiri atas enam orang yg melambangkan rukun doktrin yg enam. Kemudian, ada lima bidang yg melambangkan rukun Islam, serta 13 personalia pembantu sidang yg melambangkan rukun shalat. Dengan komposisi demikian, masjid agung ini terus konsisten memberitakan agama Islam sampai ke tempat Sambas.