Setelah walimah final, kedua pengantin itu secepatnya ke apartemen. Malam ini adalah malam pertama mereka.
Keduanya masih saling termenung di atas ranjang, cuma sekali-kali beradu pan&g. Tiba-datang telepon genggam suami berbunyi. Rupanya ada beberapa orang temannya yg terlambat menghadiri walimah tadi.
“Tadi kendaraan beroda empat kami mogok,” kata teman di balik telepon. Mereka mengabarkan posisi mereka & akan tiba beberapa waktu lagi di apartemen, jika sang pengantin mengizinkan. Mereka tahu persis bahwa ini yakni malam pertama sehingga mereka tak ingin mengganggu. Rupanya, sang pengantin tak hanya membolehkan, dia juga bertanya apakah mereka sudah makan.
“Belum,” jawab mereka dgn polos.
“Baiklah, nanti aku akan meminta istriku merencanakan makan malam untuk kalian”
“Yang benar saja. Ini malam pertama, mana mungkin ada pengantin perempuan yg akan masak di malam pertama.”
“Ya jikalau tak mautinggal saya belikan masakan yg telah jadi,” jawabnya.
Laki-laki itu lalu memberitahu istrinya bahwa sahabat-temannya akan datang. “Kita siapkan makan malam untuk mereka ya, mereka datang dari jauh. Tadi mobilnya mogok. Insya Allah ini bab dari memuliakan tamu,” sang istri mengangguk. Meskipun dlm hati beliau bantu-membantu agak keberatan ada tamu di malam pertama mereka.
Sang suami pamit keluar untuk ke supermarket terdekat. Tak seberapa lama, ia pun kembali sambil menjinjing beberapa kantong belanjaan. Betapa terkejutnya sang istri, rupanya suaminya berbelanja bahan-materi mentah. Bukan masakan yg sudah jadi.
“Tolong masakkan untuk tamu kita ya,” kata sang suami. Mendengar ini, tangis sang istri nyaris pecah. Ia disuruh masak di malam pertama? Tapi demi mentaati suami yg baru malam ini mereka berduaan, sang istri tak protes. Ia bergeges pergi ke dapur yg lokasinya menyatu dgn ruang tamu apartemen itu.
Sang suami tak tahu, dikala mulai mengolah makanan, mata istrinya sudah berkaca-kaca. Ia tak habis pikir mengapa dia mesti masak di malam pertama. Ada butir-butir bening mulai membasahi pipinya.
Bel berbunyi. “Assalamu’alaikum…” ucap salam terdengar berbarengan ketika sang suami membukakan pintu. Rupanya sahabat-temannya sudah datang, sempurna di ketika istrinya nyaris tamat mengolah masakan.
Melihat pengantin perempuan itu mengolah masakan, 10 cowok itu terkesima. Mereka tak menygka bahwa mereka akan dijamu dgn makan malam yg dimasak oleh pengantin baru.
Selesai makan & mengucapkan selamat serta sedikit bincang-bincang, mereka undur diri. Tak lupa mereka meminta maaf dikarenakan telah mengusik.
Ketika sang suami mengantar mereka ke depan pintu ruang apartemen, istrinya membatin. “Mungkin sebaiknya besuk aku minta diantar pulang ke tempat tinggal orang tua.” Namun betapa terkejutnya muslimah itu, sang suami masuk ke apartemen sambil memperlihatkan duit 50 ribu riyal kepa&ya.
“Apa ini?”
“Ternyata tadi sahabat-temanku saling berjanji satu sama lain, jika kamu-sekalian mau memasak di malam pertama ini, masing-masing mereka akan memperlihatkan 5.000 riyal. Dan mereka tak membaygkan ada istri shalihah sepertimu yg hendak mengolah makanan di malam pertama demi menghormati tamu suaminya.”
Masya Allah… gres saja perasaan sang istri berkecamuk & ingin pulang ke tempat tinggal orang renta, rupanya Allah menunjukkan kejutan indah kepa&ya. Berkat ketaatannya terhadap suami & menghormati tamu, Allah memperlihatkan kado 50.000 riyal (setara Rp 190 juta). Selain itu, beliau juga menerima kebanggaan dari suaminya. Sebuah tanda cinta yg menghangatkan malam pertama. Dan soal malam pertama itu, masih ada waktu. Toh gres tengah malam. [Ratih BK/Webmuslimah]
*Diadaptasi dari cerita yg ditulis oleh Abdul Muththalib Hamd Utsman dlm buku 90 Kisah Nyata Malam Pertama