Makalah Tokoh – Tokoh Filsuf Islam

TOKOH – TOKOH FILSUF ISLAM

BY: YANNI, DKK.


BAB 1

 PENDAHULUAN

 

A.     Latar Belakang

Filsafat Islam ialah suatu kajian kepada kehidupan, alam semesta, akhlak, moralitas, pengetahuan, fatwa, dan pemikiran politik yang dilakukan di dalam dunia Islam atau peradaban umat Muslim dan bekerjasama dengan anutan-ajaran Islam.

Filsafat merupakan bagian dari hasil kerja berpikir dalam mencari hakikat segala sesuatu secara sistematis, radikal dan universal. Sedangkan filsafat Islam itu sendiri yaitu hasil fatwa filosof tentang ketuhanan, kenabian, insan dan alam yang mempunyai pemikiran Islam dalam sebuah aturan fatwa yang logis dan sistematis serta dasar-dasar atau pokok-pokok pemikirannya dikemukakan oleh para filosof Islam.

 

B.     Rumusan Masalah

1.      Siapa nama tokoh filsafat islam dan karya-karyanya?

2.      Apa pandangan para filsuf muslim ihwal filsafat?

3.      Bagaimana aliran tokoh filsuf Islam?

 

BAB II

PEMBAHASAN 

1.       Al-Kindi

Nama Al Kindi berasal dari nama suatu suku yaitu Banu Kindah adalah keturan Kindah, yang berlokasi di daerah selatan di jazirah Arab. Nama lengkap dari Al kindi yaitu bubuk Yusuf, Ya’kub Ibnu Ishak Al Sabah, Ibnu Imran, Ibnu Al-Asha’ath, Ibnu Kays Al-Kindi, keturunan suku kaya.

Al Kindi (801-873), di dunia Barat populer dengan nama Al kindus, beliau yaitu keturunan bangsawan Arab dari kerajaan Kinda (Yaman), lahir di Basrah pada tahun 185 H. Pendidikannya bermula di di Basrah dan dilanjutkan di Baghdad.[1]Alkindi mengalami pertumbuhan anggapan Islam dan penerjemahan buku-buku gila ke dalam bahasa Arab, bahkan dia tergolong pelopornya. Bermacam-macam ilmu sudah dikajinya terutama filsafat dalam suasana yang sarat berlawanan agama dan mahzab, dan dibanjiri oleh paham kalangan mu’tazilah serta ajaran-anutan Syiah.[2]

Al-Kindi banyak mengarang buku kurang lebih berjumlah 241 dalam aneka macam bidang ilmu terutama bidang filsafat, logika, aritmatika, astronomi, ilmu jiwa, politik, optika, musik, matematika, dan sebagainya. Dari karangan nya mampu kita pahami bahwa alkindi tergolong penganut fatwa eklektisisme; atau dalam metafisika dan kosmologi mengambil usulan Aristoteles, dalam psikologi mengambil usulan Plato, dalam hal budbahasa mengambil pendapat socrates dan Plato.

 

a.       Pemikiran Al Kindi

Menurut al-kindi filsafat ialah ilmu tentang kebenaran atau ilmu yang termulia dan tertinggi martabatnya, agama juga merupakan ilmu mengenai kebenaran. Tidak ada yang lebih utama bagi orang yang mencari kebenaran daripada kebenaran itu sendiri. Orang yang mengingkari kebenaran, dan oleh kesudahannya maka beliau menjadi kafir.

Dalam  risalahnya yang ditujukan terhadap Al muktasim ia menyatakan bahwa filsafat yaitu ilmu yang termulia serta terbaik dan yang tidak bisa ditinggalkan oleh setiap orang yang berpikir. Kata-katanya ini ditujukan terhadap mereka yang menentang filsafat dan mengingkarinya, sebab dianggap sebagai ilmu kafir dan mempersiapkan jalan terhadap kekafiran.

Menurut al-kindi filsafat yaitu ilmu ihwal hakikat atau kebenaran sesuatu berdasarkan kesanggupan insan, yang meliputi ilmu, ilmu keesaan, ilmu keistimewaan, dan ilmu perihal semua yang berguna dan cara memperolehnya, serta cara menjauhi kasus-perkara yang merugikan. Al kindi beropini bahwa filsafat yaitu wawasan wacana segala sesuatu yang awet dan bersifat menyeluruh dan biasa .

Unsur-unsur ajaran yang mempengaruhi filsafat Al Kindi:

1.      Pemikiran phytagoras tentang matematika selaku jalan ke arah filsafat.

2.      Pemikiran Aristoteles dalam fisikanya dan metafisika dan berlainan pendapat mengenai kekalnya alam.

3.      Pemikiran pelaturan Aristoteles dalam etiknya.

4.      Wahyu dan kepercayaan dalam relevansinya dengan Tuhan dan sifat-sifatnya.

5.      Pemikiran mu’tazilah dalam menggunakan rasio dan menafsirkan ayat-ayat Alquran.[3]

2.      Ar-Razi

Ar-Razi dilahirkan di Ravy di provinsi Khurasan, beberapa andal menyampaikan bahwa Ar Razi sudah arif memainkan harpa  semenjak usia sampaumur dan sudah menjadi seorang penukar duit ( money change) sebelum beralih ke filsafat dan kedokteran. Ia mempunyai reputasi baik dalam bidang kedokteran, sehingga Al Razi diangkat menjadi kepala rumah sakit di kota asalnya selama menjelang usia tiga puluh tahun lalu mengambil mahir pimpinan rumah sakit di Baghdad. Ar Razi dikenal sebagai sosok yang memiliki kepribadian yang dermawan dan pemurah hati. Ar Razi meninggal pada tahun 925.[4]

Sebagai seorang filosof, ar Razi banyak mengarang buku fisika dan bidang ilmu filsafat maupun di bidang ilmiah. Karya ilmiah dan fisika ar Razi  sangat banyak. Tercatat ada 200 karya yang ditulis oleh ar Razi dalam bidang wawasan fisika dan metafisika. Buku yang paling terkenal dari ar-razi yakni “al-hawi”. Buku tersebut ialah sebuah ensiklopedia dan telah diterjemahkan ke dalam bahasa latin oleh seorang Yahudi ( Farah ibn Salim). Adapun karya lainnya dari Razi adalah buku yang berjudul tentang risalah wacana filsafat, pengobatan pengorbanan rohani, maqolah tentang metafisika dan yang lainnya. 

a.       Pemikiran Ar Razi

1.      Pandangan Ar Razi perihal Moral

Pandangan arah haji ihwal budbahasa di dalam bukunya yang berjudul “Tibb Al Ruhani dan Surat Al Falsafiyah”. Menurutnya dalam hidup ini kita jangan terlalu zuhud namun jangan pula terlalu tamak. Yang paling baik adalah yang moderat artinya jangan terlalu mengumbar nafsu namun jangan pula terlalu membunuh nafsu. Segala sesuatu itu hendaknya menurut keperluan saja.

  Kata-Kata Selamat Ulang Tahun Untuk Suami Tercinta, Kata-Kata Romantis Milad Terbaru

2.      Metafisika Ar Razi

Pandangan Ar Razi ihwal metafisika diuraikan dalam buku yang berjudul Ilmu Ketuhan. 5 prinsip yang infinit yang merupakan ajaran pokok tata cara fisika ar Razi ialah materi, ruang, waktu, jiwa, dan pencipta. (Baru, Dermiugus). Pemikiran ar-razi perihal kelima postulat lalu dijadikan dalam memutuskan wujud alam. Adapun pembagian terstruktur mengenai dari kelima postulat tersebut ialah sebagai berikut:

a.       Tuhan

berdasarkan ar Razi Tuhan itu mah bijaksana ia tidak memedulikan ungkapan lupa. Hidup ini keluar darinya selaku sinar terpancar dari sang surya. Tuhan yaitu pencipta segala sesuatu kekuasaan Nya tidak ada yang menyamai.

b.      Jiwa Universal

berdasarkan ar Razi dunia yang bantu-membantu itu mampu diraih dengan filsafat. Oleh karena itu siapa yang mencar ilmu filsafat akan memahami dunia yang bahwasanya serta memperoleh wawasan selamanya akan tetap berada di dunia sebelum dan sadarkan oleh filsafat.

c.       Benda

Teori arrasi wacana benda ar Razi menyampaikan bahwa jika tidak ada di dunia ini sesuatu yang berasal kecuali dari benda lain, maka sebaiknya alam ini berasal dari sesuatu yang lain. Dan sesuatu lainnya ialah benda. Jadi benda itu infinit pada awalnya beliau tidak terbentuk namun terpancar di mana-mana.

d.      Ruang dan waktu

Menurut ar Razi ruang terbagi menjadi dua yakni ruang sewenang-wenang dan ruang relatif. Ruang adikara tidak menggantungkan wujudnya pada alam maupun benda-benda yang memerlukan ruang. Sebaliknya setiap ruang mesti diisi oleh benda ruang ini disebut ruang relatif.

e.       Masa Absolut

Ar Razi tidak mengemukakan pembuktian apapun ihwal kekalahan pencipta maupun jiwa. Ia mempercayai mempercayai bahwa dunia diciptakan dalam waktu dan bersifat sementara berlainan dengan plato yang memiliki dunia diciptakan harus tetapi bersifat eksklusif.[5] 

3.      Al-Farabi

Abunasr Muhammad Al Al -Farabi (870-950 M). ia adalah seorang ilmuwan muslim keturunan Parsi, yang didirikan di kota Farhan ( Turkestan), anak Muhammad Ibnu Auzalgh seorang panglima perang Parsi yang berdiam di Damsyik. Al Farabi berguru di Baghdad dan Harran. Al Farabi lahir pada tahun 257 H (870 M).

Sejak kecil Al Farabi suka mencar ilmu dan beliau memiliki kecakapan hebat dalam lapangan bahasa. Bahasa yang dikuasainya antara lain yakni bahasa Iran, trukestan dan Kurdistan. Setelah beranjak akil balig cukup akal Al Farabi meninggalkan negerinya untuk menuju Baghdad, yang ialah pusat pemerintahan dan ilmu pengetahuan pada masanya untuk berguru pada abu bisyr bin Matius. Selama mencar ilmu di Baghdad Al Farabi memusatkan untuk mencar ilmu perihal ilmu logika. Sebagian besar karangan-karangan Al Farabi terdiri dari ulasan dan penjelasan kepada filsafat Aristoteles, Plato, [6]dan gallenius dalam bidang akal fisika dan metafisika. 

a.       Pemikiran Al Farabi

1.      Pemaduan usulan Plato dan Aristoteles

Al-farabi menyaksikan adanya perbedaan usulan antara kedua tokoh filsafat tersebut. Akan namun perbedaan itu berdasarkan beliau hanyalah dalam lahirnya saja, dan tidak mengenai pesoalan pokok, alasannya kedua tokoh tersebut yaitu sumber dan pencipta filsafat. Apa yang dikatakan oleh kedua filosof tersebut juga satu, dan oleh alasannya adalah itu maka anggapan-asumsi filsafatnya mustahil berlawanan.

2.      Jiwa

Al-Farabi juga dipengaruhi oleh filsafat Plato, Aristoteles dan Plotinus. Jiwa bersifat ruhani, bukan bahan, terwujud sesudah adanya badan dan tidak berpindah-pindah dari sebuah badan ke badan lain. Kesatuan antara jiwa dan jasad ialah kesatuan secara accident, artinya antara keduanya memiliki substansi yang berlainan dan binasanya jasad tidak menenteng binasanya jiwa. Jiwa insan disebut al-nafs al-nathiqah, yang berasal dari alam dewa, sedangkan jasad berasal dari alam khalq, berupa , beruapa, berkadar, dan bergerak. Jiwa diciptakan tatkala jasad siap mendapatkannya. 

3.      Politik

Pemikiran al-farabi tentang politik banyak dipengaruhi oleh desain plato. Al-Farabi menyampaikan bahwa bab-bagian sesuatu negeri sungguh erat relevansinya satu sama lain dan saling melakukan pekerjaan sama, laksana anggota-anggota tubuh dimana kalau salah satunya menderita maka lain-lain anggota pun ikut merasakannya pula. Kesenangan pribadi harus diketahui dalam penduduk yang baik.[7]

4.      Ibnu Sina

Ibnu Sina lahir pada era kesemrawutan di mana Khalifah Abbasiyah mengalami kemunduran di negeri-negeri yang mula-mula berada di bawah kekuasaan  tersebut mulai melepaskan diri satu persatu untuk berdiri sendiri. Ibnu Sina  lahir di Afshanah, desa kecil erat bukhara, 370 H/980 M, dan wafat di hamdan, 428 H/1037 M. Ia yakni putra seorang pegawai tinggi pada Dinasti Samaniah (204-395 H/819-1005 M).

Pada usia yang sama, dia mengawali prosesi sebagai seorang dokter dan menjadi sangat populer saat beliau sukses mengobati Nuh bin manshur (976-997 M), salah seorang penguasa Dinasti Samaniah. Karena kemampuan dan jasa-jasanya kepada penguasa, maka lalu beliau diangkat selaku menteri pada Dinasti Hamdani (293-394 H/905-1005) selama dua masa, tetapi pada kesannya beliau dipecat dari jabatannya sebagai menteri, dan dipenjarakan, sebab pemikirannya dianggap merugikan penguasa.[8]

  Caption Doa Ibu Hamil Untuk Anak Agar “Dadi Cah Pinter”

Hidup Ibnu Sina penuh dengan aktivitas melakukan pekerjaan dan mengarang sarat pula dengan kesenangan dan kepahitan hidup bahu-membahu menyebabkan dia tertimpa penyakit yang tidak mampu diobati lagi. Pada tahun 428 H(1037), beliau meninggal dunia di Hamadzan pada usia 58 tahun. 

a.       Pemikiran Ibnu Sina

Risolet filsafat utama Ibnu Sina adalah kitab Al Syifa atau kita pengobatan yang terkenal dalam bahasa latin. Karya ini ialah ensiklopedia studi islamic Yunani pada periode ke-11, yang disusun dari akal hingga matematika. Karena para pembaca filosofis pada ketika itu, yang telah terbiasa memakai ringkasan dan juga ringkasan dari ringkasan merasa puas dengan keyakinannya sendiri untuk menganalisis penjelasan yang terlalu panjang. Maka Ibnu Sina mengambil inisiatif untuk menciptakan sendiri ringkasan karya ensiklopedia ini. Ia menyebutnya kitab Al najat atau kitab penyelamat yang jauh lebih luas dibaca daripada Al Syifa sendiri.

Dalam pendahuluan Assyifa meninjau seluruh bidang ilmu pengetahuan Yunani Arab. Ibnu Sina melahirkan kesulitan metodologi yang fundamental selaku tujuan dalam karya ini, menurutnya adalah untuk mencarikan ilmu-ilmu yang dianggap berasal dari nenek moyang tanpa menghapus nilainya.

Pemikiran Ibnu Sina bertolak belakang kepada pandangan filsafatnya yang membagi tiga jenis hal yaitu:

1.      Penting dalam dirinya sendiri tidak perlu kepada karena lain untuk kejadiannya, selain dirinya sendiri yakni Tuhan.

2.      Berkehendak terhadap yang lain, adalah makhluk yang butuh kepada yang menjadikannya.

3.      Makhluk mungkin, ialah bisa ada bisa tidak ada, dan iya sendiri tidak butuh terhadap kejadiannya tujuannya benda-benda yang tidak pintar seperti pohon, air, kerikil, tanah, api dan lain-lain.

Dalam membahas perihal adanya Tuhan dan hubungannya dengan alam semesta. Ibnu Sina menyampaikan dalam bukunya, Al aba-aba titik dan persepsi argumen orang terhadap wujud yang pertama keesaan-Nya kemaha agungan-Nya tidak berkehendak pada sesuatu lainnya selain dari ciptaannya atas makhluk itu sendiri, tanpa persepsi apapun ciptaan dan bentuknya. Meskipun ciptaannya dipandang sebagai tanda adanya Tuhan. Orang lebih mengerti dengan lebih kuat dan baik terhadap Tuhan, sebab adanya makhluk memiliki arti adanya Tuhan. Adanya segala makhluk mampu dibenarkan usulan wacana adanya Tuhan.[9]

 

5.      Ibnu Thufail

Nama lengkapnya Abu Bakar Muhammad ibn ‘Abd Malik ibn Muhammad ibn Muhammad ibn Tufail. Ia lahir pada periode VI H/XIII M di kota Guadix, Granada. Ia adalah pemuka pertama dalam pemikiran filosofis Muwahhid yang berasal dari Spanyol.

Ia yakni seorang dokter, filosuf, andal matematika, dan penyair yang sangat populer di Muwahhid Spanyol, akan tetapi hanya sedikit karya-karyanya yang diketahui orang. Dua karyanya yang masih ada adalah “Risalah Hayy ibn Yaqzan” dan “Asrar Al-Hikmah Al-Mashiriqiyyah”.

Kisah Hayy bin Yaqzhan yang ia tulis adalah untuk menyanggupi seruan temannya yang mengharapkan penjelasan wacana rahasia filsafat Timur. Menurutnya filsafat hanyalah untuk orang tertentu saja, yang dipakai untuk mencapai kebahagiaan tertinggi, mampu upaya mencapai ini mereka mesti mundur dari kehidupan simpel sehari-hari, harus mengasingkan diri dari hingar bingar sosial sebab akan mencemari pikirannya.[10]

a.       Pemikiran Filsafat Ibnu Thufail

Ibnu thufail beropini bahwa logika mampu membimbing manusia dari alam kegelapan setingkat demi setingkat menuju kepada cahaya kebenaran secara hakiki. Pemikiran Ibnu tuhfail ini sejalan dengan filsafat pada umumnya, tergolong Ibnu bajjah. Ibnu Thufail menandakan bahwa perbandingan dan kekerabatan antara Tuhan kewajiban wujud dengan alam makhluk adalah laksana cahaya matahari dengan benda-benda alam yang disinarinya. Cahaya itu saja bergotong-royong yang bercahaya, namun orang menerka bahwa benda-benda lainnya itu juga bercahaya.

Sebagai seorang filosof ia bukan cuma berpikir secara ke filsafatan, akan tetapi juga banyak merenungkan kembali pemikiran filosof yang lain seperti Aristoteles, Al Farabi, Ibnu Sina, dan Al Ghazali. Kesimpulan kritik-kritiknya kepada filosop timur yaitu Ibnu Thufail menunjukkan kesan bahwa apa yang sudah diterangkan oleh mereka itu belum menawarkan kepuasan. Dan sebab itu pula Ibnu Thufail kemudian mencoba pertanda pendapat filsafatnya dalam dongeng ibarat hayy bin yaqdhan itu. Maksud menulis cerita itu yaitu sebagai jalan untuk memberikan kehendak orang yang bertanya wacana derajat kepuasan yang selalu dibayangkan oleh komplus rapat dan tasawuf.[11] 

6.      Ibnu Rusyd

Ibnu Rusyd adalah seorang filosof Islam yang cukup masyhur. Iya yakni Abdul Walid Muhammad bin Ahmad Ibn Rusyd. Lahir di Cordova pada tahun 520 H. Ia berasal dari golongan keluarga besar yang populer dan kekuatan dan mempunyai kedudukan tinggi di Andalusia. Pada usia 18 tahun Ibnu Rusyd berpergian ke Maroko, di mana iya belajar kepada Ibnu Thufail.

Ibnu Rusd ialah seorang ulama besar dan penulas yang dalam terhadap filsafat Aristoteles. Kegemarannya kepada ilmu susah dicari bandingannya, alasannya berdasarkan riwayat, sejak kecil samai tuanya beliau tidak pernah terputus membaca dan menelaah kitab.

  Jadwal Mereka Membinasakan Islam Politik, Sadarkah Kita?

Karangannya mencakup banyak sekali ilmu mirip, fiqih, ushul fiqh, bahswa, kedokteran, astonomi, politik, budbahasa, dan filsafat. Tidak kurang dari sepuluh ribu lembar yang sudah ditulisnya. Buku-bukunya adakalanya merupakan karangan sendiri, adakalanya ulasan atau ringkasan. 

a.       Pemikiran Filsafat Ibnu Rusyd

Menurut Ibnu Rusyd tugas filsafat yakni tidak lain dari berpikir ihwal wujud untuk mengetahui pencipta semua yag ada ini. Dan Al-Qur’an, menyurh supaya manusia berpikir ihwal wujud dan alam sekitarnya untuk mengetahui Tuhan. Dengan demikian Tuhan bantu-membantu memerintahkan manusia biar berfikir tentang wujud dan alam sekitarnya untuk mengenali Tuhan. Dengan demikian Tuhan sebetulnya menyuruh insan supaya berfilsafat. Oleh sebab itu ia berpendapat bahwa berfilsafat wajib atau sekurang-kurangnya sunat. Kalau pertimbangan nalar berlawanan dengan wahyu, demikian usulan Ibnu Rusyd, teks wahyu mesti diberi interpretasi begitu rupa sehingga sesuai dengan usulan nalar. Ibnu Rusyd banyak mengarang buku namun orisinil berbahasa Arab sukar ditemukan lagi. Sebagian dalam buku-bukunya sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan Yahudi.[12] 

7.      Al Ghazali

Abu Hamid Muhammad Al Ghazali lahir pada tahun 1059 M di Ghazaleh yang merupakan suatu kota kecil yang terletak di erat tus di khurasan Iran. Ia bergelar sebagai hujjatul Islam. Imam al-Ghazali yakni seorang ulama, mahir pikir, hebat filsafat Islam yang ternama yang banyak memberi pertolongan bagi pertumbuhan perkembangan manusia. Ia pernah memegang jawatan selaku Naib Kanselor di Madrasah Nizhamiya, sentra pengajian tinggi di Baghdad. Imam al-Ghazali meninggal dunia pada 14 Jumadil Akhir tahun 505 Hijriah berbarengan dengan tahun 1111 Masehi di Thus. Jenazahnya di kebumikan di kawasan kelahirannya.[13]

a.       Pemikiran Al Ghazali

Sikapnya terhadap filosof-filosof dalam bukunya tahafut al-falasifah dan Al-Munqidh min adh-Dhalal, al-Ghazali menentang filosof-filosof Islam. Bahkan mengkafirkan mereka dalam tiga soal soa

1.      Mengingkaran kebangkitan jasmani

2.       Membataskan Ilmu Tuhan terhadap Hal-hal yang besar saja.

3.      Kepercayaan wacana qadimnya alam dan kezalimannya. Akan tetapi dalam bukunya lainnya, yakni Mizan al- Amal, dikatakan bahwa ketiga-tiga duduk perkara tersebut menjadi doktrin orang-orang tasawuf juga. Juga dalam bukunya al-Madlnun ‘Ala Ghairi Ahlihi dia mengakui qadimnya alam. Kemudian dalam Al-Munqidh min adh-Dhalal dia menyatakan bahwa akidah yang dipeluknya yakni iman orang-orang tasawuf.

Pikiran al-Ghazali telah mengalami perkembangan sepanjang hidupnya dan penuh kegoncangan batin, sehingga sulit diketahui kesatuan dan kejelasan corak pemikirannya, mirip yang terlihat dari sikapnya kepada filosof-filosos dan terhadap ajaran-anutan iman pada masanya

KESIMPULAN

            Filsafat islam mempunyai pengaruh dari filsafat yunani tetapi tujuan dalam filsafat islam bukanlah untuk menentang al-hikmah yang hakiki. Banyak cendikiawan muslim yang berusaha mengeluarkan hasil pemikirannya yang merupakan sebuah korelasi dalam syari’at islam.  Ilmu filsafat mulanya ilmu yang ditentang keras akan namun dengan munculnya filsuf-filsuf muslim yang berusaha mendudukan ilmu filsafat ini dengan islam menimbulkan ilmu filsafat menjadi ilmu yang sebaiknya dipelajari umat muslim sebagai pijakan dalam berargumen dan memastikan apa yang telah disampaikan dalam al-qur’an.

             Dengan adanya tokoh tokoh filsuf dan anutan nya yang sangat berpengaruh biasa memperlihatkan kita pengetahuan yang lebih luas lagi terkait filsafat dan pedoman yang sudah dilahirkan. Sehingga ajaran filsafat meskipun mempunyai perbedaan dapat dijadikan relasi antara setiap tokoh dan asumsi nya.

  

Daftar Pustaka

 

Hanafi Ahmad, Pengantar Filsafat Islam. Jakarta, PT Bulan Bintang : 1996

Madkour, Ibrahim,  Aliran Dan Teori Filsafat Islam, Jakarta: Bumi Aksara 2004.

Muhammad Sholikhin, filsafat dan metafisika dalam islam jakarta, PT. Buku Kita :2008

Sudarsono, Filsafat Islam. PT Rineka Cipta, Jakarta. 1997.

 Zainul Ahmad Hamdi, Tujuh Filsuf Muslim Pembuka pintu gerbang filsafat barat modern (yogyakarta, lkis pelangi abjad, 2004)

Badiatul Muchlisin,  105 Tokoh Penemu & Perintis Dunia. Jakarta, PT Buku Kita : 2009

https://id.wikipedia.org/wiki/Abu_Hamid_Muhammad_al-Ghazali#Filsafat diakses 23 Mei 2022


        [1] Abdullah Siddik, Islam dan Filsafat. h. 84

        [2] Ahmad Hanafi, Pengantar Filsafat Islam. h. 73

        [3] Ibid, Loc.Cit

        [4] Majid Fakhri, Sejarah Filsafat Islam, h. 150.

        [5] Ibid, Op. Cit.

        [6] Ahmad Hanafi, Pengantar Filsafat Islam. h. 81

         [7] Ahmad Hanafi, Pengantar Filsafat Islam (Jakarta, PT Bulan Bintang : 1996)  Hal. 95-96

       [8] Muhammad Sholikhin, filsafat dan metafisika dalam islam (jakarta, PT. Buku Kita :2008) Hal. 150

       [9] Oemar Amin Husin,  Filsafat Islam, h. 125-126

      [10] Madkour, Ibrahim, 2004, Aliran Dan Teori Filsafat Islam, Jakarta: Bumi Aksara

             [11] Ibid, Op.Cit.

          [12] Abdullah Siddik, op,Cit

          [13] https://id.wikipedia.org/wiki/Abu_Hamid_Muhammad_al-Ghazali#Filsafat diakses 23 Mei 2022