BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asal kata akhirah اّخرة ialah al-simpulan الاّخر yang berarti ujung dari sesuatu, yang umumnya menunjuk pada rentang waktu. Kata tersebut sebagai musuh dari al-awwal الأول yang memiliki arti yang terdahulu. Dalam pedoman islam beriman terhadap hari tamat termasuk rukun iktikad yang ke lima sehiingga setiap muslim mesti mempercayai akan hadirnya hari selesai.
Iman kepada hari selesai maksudnya yakni mempercayai dengan sepenuh hati bahwa sebuah saat alam semesta akan hancur dan insan akan dibangkitkan dari kubur menuju alam akhirat yang mau kekal selamanya tanpa ada deadline karenanya. Tidak ada satupun makhluk yang mengenali secara pasti kapan terjadinya hari tamat itu, hanya Allah SWT yang mengetahuinya. Barang siapa yang tidak mempercayai kedatangannya maka beliau kafir. Untuk meraih kesempurnaan doktrin kepada hari tamat, maka seharusnya setiap muslim mengenali insiden dan tahapan yang mau dilalui insan pada hari tersebut.
Semua tindakan amal insan selama didunia akan menerima akibat dari Allah sekecil apapun amal itu. Orang yang berbuat baik sesuai dengan perintah Allah dan Rasul-Nya akan menerima balasan baik berupa surga dengan segala kenikmatannya dan kekal didalamnya. Sebaliknya orang yang selama hidupnya banyak melaksanakan kejelekan, ingkar (kufur) terhadap Allah, atau berbuat kesyirikan mereka akan menerima balasan siksan neraka.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Akhirat?
2. Apa dalil perihal Akhirat?
3. Peristiwa-Peristiwa apa saja yang terjadi di darul baka beserta hikmahnya?
C. Tujuan Penulisan
1. Memahami Pengertian Akhirat.
2. Memahami dalil wacana Akhirat.
3. Memahami Peristiwa-Peristiwa apa saja yang terjadi di akhirat beserta hikmahnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Iman Kepada Hari Akhirat
Asal kata akhirah اّخرة adalah al-simpulan الاّخر yang mempunyai arti ujung dari sesuatu, yang lazimnya menunjuk pada rentang waktu. Kata tersebut selaku musuh dari al-awwal الأول yang bermakna yang terdahulu. Dalam fatwa islam beriman terhadap hari selesai tergolong rukun kepercayaan yang ke lima sehiingga setiap muslim harus mempercayai akan hadirnya hari tamat.
Iman kepada Hari Akhirat disebut juga ma’rifatul ma’ad, yaitu mengetahui dan mempercayai akan datangnya hari kebangkitan, hisab, balasan, dan lain sebagainya yang diketahui dengan qismus sam’iyyat. Hari alam baka yakni duduk perkara yang paling berat dari segala macam aqidah dan akidah manusia. Sejak dari zaman purba, manusia telah mempercakapkan dan mendiskusikannya sampai ke zaman modern kita. Para andal fikir dan filosuf dalam angkatan dan di mana saja mereka berada, selalu menempatkannya masalah ini selaku materi inti dalam penyelidikannya. Sebab iman kepada darul baka akan membawa manusia terhadap doktrin adanya suatu hidup lagi di alam lain sesudah hidup duniawi, adanya hidup kembali bagi insan setelah matinya. Dan hidup yang kedua itulah yang menjadi tujuan akhir daripada perputaran roda kehidupan dan penciptaan manusia. Demikian essensiilnya problem ini, maka manakala kita meneliti ayat-ayat Qur’an dan Hadist-hadist Nabi, maka setiap ayat-ayat Qur’an dan Hadist-hadist Nabi, mempersoalkan Iman dan Islam, pastilah tekanannya kepada dua segi adalah iktikad kepada Allah dan dogma kepada Hari Akhir.
B. Dalil Tentang Akhirat
Allah Subhanahu wa Ta’ala menyifati dunia dengan firman-Nya:
“… Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya darul baka itulah negeri yang baka.” [Qs Al-Mukmin: 39]
Allah Subhanahu wa Ta’ala memperlihatkan perayaan kepada insan akan fitnah (cobaan) berupa harta dan belum dewasa dengan firman-Nya:
“Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanya sebagai ujian dan bantu-membantu di sisi Allah-lah pahala yang besar.” [Qs Al-Anfaal: 28]
Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala melarang insan supaya tidak senantiasa memperhatikan apa yang dimiliki orang lain dengan firman-Nya.
“Dan janganlah kau tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan terhadap kalangan-kalangan dari mereka, selaku bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya ….” [Qs Thahaa: 131]
C. Peristiwa-peristiwa di Akhirat
1. Yaumul Ba’ats
Yaumul ba’ats yakni hari dibangkitkannya seluruh manusia yang pernah hidup di dunia. Menurut ibnu Taimiyyah Yaumul ba’ats yakni hari dihidupkannya orang-orang yang sudah mati dan keluarnya mereka dari kubur mereka untuk mendapatkan keputusan di hari kiamat. Dinamakan demikian sebab adanya kehidupan kembali dari Allah SWT.
Keadaan insan saat dibangkitkan tersebut :
1) Dibangkitkan dari kubur dengan kondisi tanpa tangan dan berkaki. Mereka adalah orang yang saat didunia suka mengusik tetangganya.
2) Dibangkitkan dari kubur dengan keadaan berupa babi hutan. Mereka adalah orang yang ketika hidupnya menyepelekan, malas, dan ceroboh dam sholat.
3) Dibangkitkan dari kubur berupa keledai, sedangkan perutnya membengkak seperti gunung dan didalamnya penuh dengan ular dan kalajengking. Mereka ini ialah orang-orang yang enggan membayar zakat.
4) Dibangkitkan dari kubur dalam kondisi darah mengucur keluar dari ekspresi mereka. Mereka ini adalah orang yang berdusta dalam perdagangan.
5) Dibangkitkan dari kubur dalam keadaan berbau amis lebih dari pada bangkai. Mereka ini ialah orang yang melaksanakan maksiat sembunyi-sembunyi alasannya adalah takut dilihat orang tetapi tidak takut terhadap Allah SWT.
6) Dibangkitkan dari kubur dalam keadaan leher mereka terputus. Mereka yakni orang yang menjadi saksi imitasi.
7) Dibangkitkan dari kubur dalam keadaan tanpa mempunyai pengecap dan dari verbal mereka mengalir jerawat dan darah. Mereka adalah orang yang enggan memberi kesaksian diatas kebenaran.
8) Dibangkitkan dari kubur dalam kondisi terbalik ialah dari kepala kebawah dan kaki keatas, serta farajnya mengeluarkan bengkak yang mengalir mirip air. Mereka yaitu orang yang berbuat zina dan mati belum sampai bertaubat.
9) Dibangkitkan dari kubur dengan keadaan paras hitam gelap dan bermata biru serta perutnya dipenuhi api. Mereka ini adalah orang yang mengkonsumsi harta anak yatim dengan cara dholim.
10) Dibangkitkan dari kubur dengan keadaan badan mereka sarat dengan sopak dan kusta. Mereka yaitu orang yang durhaka terhadap orang tuanya.
11) Dibangkitkan dari kubur dengan kondisi buta, gigi mereka memanjang seperti tanduk lembu jantan bibir mereka melebar hingga ke dada dan lidah mereka terjulur memanjang hingga keperut, perutnya pula menggelebeh sampai ke paha dan keluar beraneka kotoran. Mereka ialah orang yang minum arak.
12) Dibangkitkan dari kubur dengan kondisi paras bersinar-sinar bercahaya laksana bulan purnama. Mereka yaitu orang yang berinfak sholeh dan banyak berbuat baik, selalu menjauhi berbuatan durhaka, mereka memelihara sholat lima waktu, saat meninggal dunia kondisi mereka bertaubat dan menerima ampunan, kasih sayang dan ridho Allah.
2. Yaumul Hasyr
Makna Hasyr secara bahasa yaitu berkumpul. Yaumul Hasyr yaitu hari yang diputuskan oleh Allah biar semua insan yang telah dibangkitkan menempati suatu daerah untuk dijalankan hisab atau peradilan Tuhan yang sejati. Tempat berkumpulnya manusia tersebut namanya Mahsyar.
Pada dikala yaumul hasyr tidak ada satupun makhluk yang ketinggalan, semua akan dikumpulkan, tidak ada yang terlupakan, tertinggal atau terlewati dimanapun mereka meninggal baik di kedalaman lautan, di angkasa, maupun tidak diketahui matinya. Allah benar-benar sudah memperhitungkan seluruhnya.
Pada dikala yaumul hasyr para Malaikat juga hadir di hadapan Allah. Mereka hadir bukan untuk menerima keputusan namun untuk menjadi saksi bagi para makhluk yang amal perbuatannya sudah dicatat dan dilaporkan kepada Allah. Proses ini tidak ubahnya dengan proses verifikasi dan validasi data yang sudah dicatat oleh Malaikat.
3. Mauqif
Mahsyar yaitu periode transisi kebangkitan dari alam kubur ke masa penentuan nasib (hisab) umat manusia, sehingga diputuskan masuk nirwana atau neraka. Masa penantian di Mahsyar ini diistilahkan dengan mauqif.
Dalam periode penantian, seluruh manusia dikumpulkan dalam keadaan telanjang kaki, tidak berpakaian, dan juga tidak dikhitan.
Keadaan matahari di mahsyar nanti yakni didekatkan kepada kepala makhluk, sehingga semakin memberatkan dan seram mereka. Maka keluarlah keringat mereka yang akan menyiksa pemiliknya sesuai dosa-dosa mereka dikala hidup di dunia.
Situasi dahsyat di mahsyar itu mengakibatkan insan tidak sempat lagi menyaksikan aurat orang lain atau terlintas rasa aib alasannya aurat kita terlihat. Bahka orang bau tanah tidak ingat aaknya, suami tidak ingat istrinya, dan sebaliknya. Semua sibuk dengan urusan masing-masing, menimbang-nimbang keputusan Allah SWT yang mau diterimanya.
Dalam masa penantian nasib itu, Allah dengan rahmat dan keutamaan-Nya aka menawarkan naungan kepada sebagian hamba-Nya, pada hari yang sungguh panas. Tidak ada naungan pada hari itu kecuali naungan-Nya, yakni di padang mahsyar tatkala mereka menghadap Allah. Beberapa golongan yang aka menerima naungan-Nya, yaitu naungan Arsy-Nya, yaitu sebagaimana yang Rasulullah SAW. sebutkan dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah Beliau bersabda:
“Ada tujuh golongan yang Allah akan menaungi mereka dibawah naungan Arsy-Nya, pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan Arsy-Nya. Mereka yaitu (1) imam (pemimpin) yang adil, (2) perjaka yang berkembang dalam peribadahan kepada Rabbnya, (3) orang yang hatinya terkait di masjid, (4) orang yang saling menyayangi alasannya adalah Allah, berkumpul alasannya adalah-Nya dan berpisah alasannya-Nya, (5) seorang pria yang diajak (berzina) oleh seorang wanita yang berkadudukan lagi anggun, namun dia berkata; `bekerjsama saya takut terhadap Allah`, (6) orang yang bersedekah tetapi merahasiakannya, hingga-hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya, (7) orang yang mengingat Allah dalam keadaan sendirian sampai berlinang air matanya”. (Muttafaqun ‘Alaih)
Riwayat lainnya menyebutkan bahwa Rasulullah bersabda : Tiga kalangan, barang siapa yang ada didalamnya, Allah akan melindunginya dibawah ‘Arsy-Nya pada hari dimana tidak ada perlindungan kecuali perlindundan Allah. (1) orang yang menyempurnakan (air) wudlunya ketempat yang beliau tidak menyukainya, (2) orang yang berlangsung ke masjid di mala yang gelap gulita, (3) orang yang menawarkan maka kepada orang yang lapar. (HR. Ashbahanim dari Jabir).
Di mahsyar dengan suhu yang ssngat panas di hari hisab, tentulah para manusia menjadi galau dan ketakutan ingin mencari daerah perlindungan. Dan pada hari itulah insan aka berkata: “kemana kawasan lari?”.
Di mahsyar dengan suhu yang sungguh panas seluruh makhluk berdir selama 50.000 tahun dalam keadaan tanpa ganjal kaki, telajang dan kehausan tidak maka dan tidak minum namun tidak mati hingga mereka mencicipi lehernya tercekik sebab kehausan, perutya terkoyak karena kelaparan, tetapi kata Nabi SAW keadaan seperti itu bagi orang muslim di lalui dengan gampang tidak ubahnya seperti sholat dua rokaat.
Hikmah
a. Dapat mengembangkan keimanan dan ketaqwaan.
Mereka akan sadar dan yakin bahwa apapun yang diperbuat di dunia ini akan di pertanggungjawabkan dan mendapatakan akibat dari Allah kelak.
b. Akan selalu berbuat baik dan menghidari berbuat dosa dan sia-sia.
Menyadari bahwa perbuatan dosa yang dikerjakan hanya akan menghantarkan pada kesengsaraan, sedangkan tindakan baik akan menghantarkannya menuju kebahagiaan.
c. Akan memotivasi untuk semangat dalam berkarya.
Keyakinan kepada kehidupan di akhirat akan memotivasi kita untuk lebih semangat dalam berkarya selaku bekal bagi kehidupan di darul baka kelak.
d. Medidik manusia untuk belajar dan memprediksikan dan memperiapkan masa depan.
Jika kehidupan periode depan di darul baka kita persiapkan dengan sebaik-baiknya maka secara otomatis kehidupan kala depan di duniapun juga akan menjadi lebih baik lagi.
Masalah Hisab Catatan Amal Dan Mizan
1. Pertanggungjawaban Amal (hisab)
Perhitungan antara amal kebajikan dan amal kejelekan di alam baka dinamakan hisab. Hisab yakni peristiwa dimana Allah menampakkan kepada insan amalan mereka di dunia dan menetapkannya atau Allah mengingatkan dan mengumumkan terhadap insan perihal amalan kebaikan dan keburukan yang sudah mereka kerjakan. Dengan demikian hisab merupakan perhitungan antara amal kebajikan dan amal keburukan secara benar-benar oleh Allah untuk dipublikasikan terhadap pelakunya baik mukmin maupun kafir. Saat dijalankan hisab ini diketahui dengan istilah yaumul hisab.
Hisab berdasarkan perumpamaan aqidah memiliki dua cara:
1) Al ‘Aradh (penampakkan dosa dan legalisasi)
Al ‘Aradh mempunyai dua pemahaman :
a. Pengertian umum, yaitu seluruh makhluk ditampakkan di hadapan Allah dalam kondisi menampakkan lembaran amalan mereka.
b. Pemaparan amalan maksiat kaum Mukminin, tentang penetapannya, merahasiakan (tidak dibuka dihadapan orang lain) dan pengampunan Allah atasnya. Hisab demikian dinamakan hisab yang ringan (hisab yasir).
2) Munaqasyah (diperiksa secara betul-betul )
Munaqasyah yaitu hisab antara kebaikan dan kejelekan. Besarnya panorama hisab terlihat dari siapa yang menghisab, beliau yaitu Allah, tidak ada sesuatupun yang samar bagi-Nya, dan mampu jadi cahaya terperinci yang menyoroti bumi Mahsyar itu terjadi pada saat datangnya Allah untuk memutuskan keputusan-Nya.
Para Rasul dihadirkan, mereka ditanya tentang amanat yang Allah bebankan atas mereka, yakni menyampaikan risalah dan wahyu terhadap umat mereka, para Rasul tersebut bersaksi atas umat mereka sebatas apa yang mereka ketahui. Para saksi pada hari itu bangun tegak, mereka bersaksi atas seluruh makhluk dengan apa yang mereka kerjakan dahulu, para saksi tersebut ialah para Malaikat yang mencatat amal-amal tindakan manusia.
Sebelum dihisab, mereka diberitahu tentang amal perbuatan yang telah mereka lakukan meskipun mereka sudah lupa apa yang mereka lakukan. Amal manusia di dunia telah dicatat oleh Malaikat, tanpa ada kekeliruan sedikitpun. Hisab ini dikerjakan dalam satu waktu, dan Allah sendiri yang hendak melakukannya, lalu diberikan kitab yang tela ditulis Malaikat agar dibaca dan dikenali oleh setiap orang. Allah memang menulis semua amalan hamba-Nya, yang bagus maupun yang jelek, tanpa dikurangi dan ditambah sedikitpun, bahkan Allah memperhitungkan amalan hamba-Nya dengan sungguh teliti dan cermat hingga hal yang sekecil apapun. Sehingga seluruh pelaku perbuatan menyaksikan amalannya dan tidak dapat mengingkarinya, karena bumi menceritakan semua amalan mereka. Begitu pula seluruh anggota tubuh pun berbicara wacana perbuatan yang sudah dia lakukan.
Umat yang pertama kali dihisab yakni umat Muhammad SAW, kita umat yang terakhir namun yang pertama dihisab. Yang pertama kali dihisab dari hak-hak Allah pada seorang hamba ialah sholatnya. Mulut terkunci , nanti yang aka menjadi saksi yaitu tangan, kaki, mata, indera pendengaran, kulit, bahkan bumi.
Adapun orang-orang kafir, mereka aka diundang di hadapan semua makhluk. Kepada mereka disampaikan semua lezat Allah, kemudian akan dipersaksikan amalan keburukan mereka disana.
Dalam melaksanakan penghisaban Allah memakai sejumlah kaidah selaku asas dan prinsipnya. Diantara kaidah itu yakni:
c. Prinsip keadilan yang sempurna tanpa sedikitpun kedzaliman, sehingga tidak ada kebaikan atau kejelekan walau cuma sebesar atom hidrogin yang terlepas dari proses penghisaban.
d. Tidak ada pelimpahan atau pewarisan dosa, sehingga seseorang tidak akan disiksa alasannya adalah dosa yang dikerjakan orang lain.
e. Pengungkapan amal tindakan terhadap pelakunya, sehingga mereka dapat melihat dan menganggap sendiri diri mereka dan tidak ada lagi alasan bagi mereka untuk menolaknya.
f. Penghadiran saksi-saksi atas orang kafir dan munafik.
Adapun cara penghisaban terdapat 3 jenis manusia, ialah terhadap orang mukmin, terhadap orang kafir, dan kepada orang munafik.
1. Terhadap Orang Mukmin
Terhadap orang beriman Allah tidak menghisab kaum mukminin dengan munaqasyah, tetapi dengan mencukupkan dengn al-aradh. Dia cuma memaparkan dan menerangkan semua amalan tersebut dihadapan mereka, dan dia merahasiakannya, tidak ada orang lain yang melihatnya, kemudian Allah berseru : “Telah Aku rahasiakan hal itu di dunia, dan sekarang Aku ampuni semuanya”.
2. Terhadap Orang Kafir dan Munafik
Terhadap orang kafir , mereka akan dipanggil dihadapan semua makhluk. Kepada mereka disampaikan semua lezat Allah, kemudian akan dipersaksikan amalan kejelekan mereka disana.
B. Catatan Amal Perbuatan
Menurut Ibnu Taimiyah dalam kitab Syarah Al Aqidah Al Waasithiyyah catatan amal yang dilaksanakan oleh Malaikat di alam baka dibagikan dikenal dengan istilah Tunsyaru Ad Dawawin. Tunsyaru memiliki arti dibagikan dan dibuka untuk pembacanya. Ad Dawawin yakni lembaran yang dituliskan amalan-amalan disana.
Dalam menerima buku catatan amal manusia terbagi menjadi dua golongan, ada yang menerima buku catatannya dengan tangan kanannya, mereka yakni orang Mukmin, ini yaitu arahan bahwa tangan kanan adalah untuk sesuatu yang mulia. Oleh alasannya adalah itu orang yang beriman menerima bukunya dengan tangan kanannya sementara orang kafir mendapatkan buku catatannya dengan tangan kirinya atau dari balik punggungnya.
C. Mizan
Mizan atau timbangan ialah alat untuk mengukur sesuatu menurut berat dan ringan. Adapun mizan di darul baka adalah sesuatu yang Allah letakkan pada hari kiamat untuk menimbang amalan insan. Salah satu kasus yang terjadi pada hari kiamat ialah mizan atau timbangan, dengannya amal manusia ditimbang. Al Mizan yaitu haq (benar adanya), menurut Al Qurthubi dalam kitab at-Tadzkirah bahwa mizan untuk mengetahui kadar amal agar balasannya setimpal. Mizzan ini sungguh akurat dalam menimbang, tidak lebih dan tidak kurang sedikitpun.
Para ulama kita berlawanan pertimbangan tentang apa yang di timbang di hari kiamat. Ada tiga usulan dalam masalah ini.
1. Yang ditimbang ialah Amal
Pendapat ini didukung ole hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersandaa:
كَلِمَتَانِ خَفِيْفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ, ثَقِيْلَتَانِ فِي اْلمِيْزَانِ, حَبِيْبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ: سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ
“Ada dua kalimat yang ringan diucapkan oleh ekspresi, tetapi berat dalam timbangan (pada hari kiamat), dan dicintai oleh ar-Rahman (Allah yang maha pengasiih): Subhaanallah wa buhamdihi dan Subhaanallahil ‘Adzhim. (HR. Bukhari dan Muslim)
Pendapat ini yang dipilih oleh Ibnu Hajar al-Ashqolani. Beliau beropini bahwa yang ditimbang yaitu amal, alasannya Nabi bersabda:
مَا مِنْ شَيْءٍ فِي الْمِيْزَانِ أَثْقَلُ مِنْ حُسْنِ الْخُلُقِ
“Tidak sesuatu yang lebih berat dikala ditimbang (di hari akhir zaman) dari pada adat yang mulia”. (HR. Bukhari)
2. Yang ditimbang ialah Imannya
Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّهُ لَيَأْتِيْ الرَّجُلِ الْعَظِيْمُ السَّمِيْنُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَا يَزِنُ عِنْدَ اللهِ جَنَاحَ بَعُوْضَةٍ
“Sesungguhnya pada hari kiamat nanti ada seorang laki-laki yang besar dan gemuk, tetapi dikala ditimbang disisi Allah, tidak sampai seberat sayap nyamuk.” Lalu Nabi bersabda: “Bacalah QS. Al-Kahfi: 105 “Dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat”.
3. Yang ditimbang yakni Lembaran Catatan Amal
Diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash, Rasulullah bersabda yang artinya: “Sungguh Allah akan membebaskan seseorang dari umatku dihadapan seluruh insan pada hari kiamat dimana dikala itu dibentangkan 99 gulungan catatan (dosa) miliknya. Setiap gulungan panjangnya sejauh mata menatap, lalu Allah berfirman: Apakah ada yang engkau ingkari dari semua catatan ini? Apakah para (Malaikat) pencatat amal telah menganiayamu? Dia menjawab: Tidak wahai Rabb-ku, Allah bertanya: Apakah engkau memiliki udzur (argumentasi)?. Dia menjawab: Tidak wahai Rabb-ku, Allah berfirman: “Bahkan bekerjsama engkau mempunyai satu kebaikan disisi-KU dan sungguh pada hari ini engkau tidak akan dianiaya sedikitpun. Kemudian dikeluarkanlah suatu kartu (bithoqoh) yang di dalamnya terdapat kalimat (syahadatain): Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang haq selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad yakni hamba dan Rasul-Nya. Lalu Allah berfirman: “Hadirkan timbanganmu”. Dia berkata: “Wahai Rabb-ku, apalah arti kartu ini dibandingkan seluruh gulungan (dosa) itu?, Allah berfirman:”Sungguh kau tidak akan dianiaya”. Kemudian diletakkanlah gulungan-gulungan tersebut pada satu daun timbangan dan kartu itu pada daun timbangan lainnya. Maka gulungan-gulungan (dosa) tersebut terangkat dan kartu (laa ilaaha illallah) lebih berat. Demikianlah tidak ada satupun yang lebih berat dari sesuatu yang padanya terdapat nama Allah.”
(HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, Al-Hakim, dan Ahmad). Pendapat terakhir inilah yang dipilih oleh al-Qurtubi dalam kitab At-Tadzkirah. Beliau menyampaikan, “yang benar, mizan menimbang berat atau ringannya buku-buku yang berisikan catatan amal….”.
D. Hikmah
1. Pada hari kiamat Allah memperlihatkan balasan amal perbuatan insan secara sempurna, tanpa ada pengurangan dan penyunatan, tidak ada jiwa yang didzalimi walaupun seberat semut hitam.
2. Allah membalas perbuatan insan, yang bagus mendapatkan akibat baik, yang disamping itu menerima akibat sesuai dengannya, Allah tidak memikulkan dosa seseorang kepada orang lain.
3. Di antara keadilan Allah yaitu bahwa Dia membeber amal tindakan insan yang baik dan yang jelek, sehingga mereka mampu menjadi pengadil bagi diri mereka sendiri, sehabis itu tidak ada argumentasi bagi siapapun.
4. Rahmat Allah mendahului murka-Nya dan salah satu bentuk rahmat-Nya adalah bahwa Dia melipat gandakan pahala kebaikan. Di antara bentuk rahmat Allah yaitu barang siapa berkeinginan melaksanakan kebaikan dan beliau tidak melakukannya maka ditulis untuknya kebaikan sempurna, sebaliknya barang siapa berhasrat melaksanakan keburukan kemudian tidak melakukannya, maka ditulis untuknya kebaikan tepat, dan bila dia melakukannya maka ditulis satu keburukan.
5. Saksi pertama atas setiap umat adalah Rasul-Nya, setiap Rasul bersaksi atas umatnya bahwa dia sudah menyampaikan dan jikalau umatnya mendustakan maka para Rasul bersaksi atas mereka bahwa mereka mendustkan.
QISHASH, SHIRAT DAN SYAFA’AT
A. Qishash (akibat)
Pada hari kiamat nanti, hukum yang adil akan menuntut qishash atas yang dzalim bagi yang didzaliminya, sehingga tidak ada lagi perbuatan dzalim. Qishash ini juga berlaku bagi binatang. Dengan demikian aneka macam ketidak adila yang dilakukan atau dicicipi oleh manusia didunia akan mendapatkan keadilan itu di akhirat kelak.
Semua kedzaliman yang tidak dituntaskan di dunia akan dituntaskan nanti pada hari akhir zaman. Ini berlku untuk semua hak, hanya saja hak darah atau nyawa menempati rengking tertinggi dalam perkara ini, hal ini dibuktikan dengan dimulainya keputusan diantara manusia dengan perkara darah.
Dalam shahih al-Bukhari dari Abu Said al-Khudri dari Rasulullah SAW bersada: “bila orang-orang mukmin selamat dari neraka, mereka tertahan di jembatan di antara surga dan neraka, maka mereka menyelesaikan perkara kedzaliman di antara mereka di dunia, sehingga dikala mereka telah bersih, dan suci maka mereka diizinkan masuk nirwana, demi dzat yang jiwa Muhammad berada ditangannya, salah seorang dari kalian lebih mengenali kawasan tinggalnya di surga ketimbang rumahnya di dunia”.
Jembatan yang ada di antara suraga dan neraka ini untuk tujuan pencucian apa yang ada dalam hati, sehingga insan akan masuk surga dalam keadaan tidak ada kedengkian, dendam dalam hatinya, sebagai mana Firman Allah SWT. dalam QS. Al-Hijr: 47.
وَنَزَعْنَا مَا صُدُورِهِمْ مِّنْ غِلٍّ إِخْوَنًا عَلَى سُرُرٍ مُّتَقَـبِلِيْنَ ٧٤
“dan kami lenyapkan segal rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan”.
Jika telah dihilangkan dari hati-hati mereka berupa permusuhan, kebencian dan dibersihkan darinya, maka merekapun diizinkan masuk ke nirwana. Maka ketika mereka diizinkan masuk surga, mereka tidak mendapati pintu surga dalam keadaan terbuka. Akan tetapi Nabi meminta syafa’at keepada Allah semoga dibukakan pintu surga bagi mereka, karen Nabi SAW. yakni orang pertama yang masuk nirwana allah SWT.
B. Shirat (jembatan)
Shirath menurut bahasa ialah jala yang terang, adapun secara perumpamaan merupakan jembatan yang melintang antara jalan neraka dan surga yang akan dilintasi oleh orang-orang yang berbuat kebaikan dan orang-orang yang berbuat keburukan. Diantara manusia yang pertama menyeberangi shirath yakni Nabi Muhammad SAW. dan ia berdo’a terhadap Allah untuk umatnya semoga bisa melintasi shirath dengan selamat.
Kondisi manusia dikala melintasi Shirath:
1. Ketika insan melalui shirath, amanah dan ar-rahim menyaksikan mereka.
2. Kecepatan insan ketika melewati shirath yang begitu halus dan tajam tersebut sesuai dengan tingkat kecepatan mereka dalam menyambut dan melaksanakan perintah-perintah Allah di dunia ini.
3. Di antara insan ada yang melewati shirath secepat kedipan mata, secepat angin, secepat burung melayang, secepat kuda berlari.
4. Di antara insan ada yang melewati dengan meramgkak, berjala dengan menggeser pantatnya, bergelantungan, ada pula yang dilemparkan kedalamnya.
5. Besi-besi pengait baik yang bergantungan maupun yang berasal dari neraka akan menyambar sesuai dengan keimana dan ibadah masing-masing manusia.
6. Yang pertama melalui shirath adala Nabi Muhammad dan umatnya.
7. Setiap Rasul menyaksikan umatnya saat melalui shirath dan mendo’akan mereka.
8. Ketika melalui shirath setiap Mukmin diberi cahaya sesuai dengan amalnya masing-masing.
C. Syafa’at (permohonan kebaikan)
Syafa’at menurut bahasa yaitu wasilah atau mediator. Secara istila yaitu mediator dalam mennaikan keperluan antara orang yang memiliki hajat dan orang yang hajat tersebut ada padanya. Hakekat yafa’at ialah bentuk pemuliaan Allah kepada orang yang diberi hak untuk memberi syafaat dan rahmat bagi orang yang berhak untuk diberikan kepadanya syafa’at. Kemudian syafa’at tersebut tidak akan terjadi selain kepada orang yang bertauhid.
Di antara syafa’at yag bagi Nabi Muhammad SAW. yaitu:
a. Asy-Syafaah al-Udzma (safaat yang paling agung).
b. Syafa’at kepada penduduk nirwana semoga mereka dimasukkan kedalamnya sesudah selesainya hisab dan perkiraan amal.
c. Syafa’at kepada orang-orang yang masuk neraka dan diadzab di dalamnya.
D. Hikmah
9. Keimanan terhadap Allah yang cukup mampu menawarkan kepuasan dam hati dan asumsi.
10. Mengetahui kekurangan jiwa, kemudian mensucikanya, sehingga jiwa dapat menempuh jalannya yang lurus.
11. Ilmu pengetahuan yang ialah penegak eksklusif manusia.
12. Meyakini segala perbuatan yang baik maupun yang buruk mesti dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.
13. Amal sholeh ialah bagian dari doktrin.
14. Bahwa keyakinan bertambah dan berkurang.
SURGA, NERAKA, HAUDHUL MAURUD DAN KAUTSAR
A. Surga dan Neraka
1. Surga
Surga yakni daerah kehidupan di alam baka yang penuh dengan kenikmatan yang hakikidan baka selaku balasan bagi orang yang bertaqwa, beriman, dan bersedekah sholeh yang sudah di janjikan oleh Allah SWT.
Diantara nama-nama surga menurut Al Qur’an :
a. Surga/jannah Al ‘Adn
Surga ‘Adn disediakan antara lain:
1) Orang yang bertaqwa kepada Allah Swt.
2) Orang yang sungguh-sungguh beriman dan beramal sholeh.
3) Orang yang banyak berbuat baik.
4) Orang yang tabah, menginfakkan hartanya dan membalas kejahatan dengan kebaikan.
b. Surga/jannah Al Na’im
Surga Al Na’im ditawarkan bagi orang-orang yang betul-betul bertaqwa dan eramal sholeh.
c. Surga/jannah Al Ma’wa
Surga Al ma’wa disediakan bagi:
1) Orang yang betul-betul beriman dan beramal sholeh.
2) Orang yang takut terhadap kebesaran Allah Swt. dan menahan diri dari hawa nafsu jelek.
d. Surga/jannah Al Firdaus
Surga Al Firdaus disediakan bagi orang yang beriman dan bederma sholeh.
e. Dar Al Salam
Surga Darussalam ditawarkan bagi orang yang kuat kepercayaan dan islamnya, mengamalkan ayat-ayat Al Qur’an dalam kehidupan sehari-hari, mengerjaka amal holeh.
f. Dar Al Muqamah
Surga Darul Muqamah diciptakan oleh Allah dari permata putih. Calon penghuninya adalah orang yang melakukan banyak kebaikan.
g. Maqam Al Amin
Surga Maqaamul Al Amin disediaka bagi orang yang sungguh beriman ialah benar-benar bertaqwa kepada Allah.
h. Darul Khuld
Surga Kuldi ditawarkan bagi orang yang taat menjalaka perintah Allah Swt. da menjauhi segala larangan-Nya.
2. Neraka
Neraka adalah suatu tempat kehidupan di akhirat yang merupkan tempat penyiksaan yang sangat hebat dan dahsyat, yang dijanjikan Allah bagi orang kafir, orang musyrik, orang munafik.
Adapun nama-nama neraka disebutkan dalam Al Qur’an sebagai berikut :
a. Neraka Jahanam
b. Neraka Jahim
Penghuninya adalah orang-orang kafir, yang mendusta dan pendurhaka ayat Al Qur’an, serta penyembah berhala.
c. Neraka Hawiyah
Merupakan tingkat neraka paling dalam dan paling dasar serta paling pedih siksanya, menjadi tmpat bagi orang-orang munafik.
d. Neraka Hutamah
Penghuninya yaitu orang sibuk mengmpulkan uang sehingga teledor dalam melaksanakan perintah agama.
e. Neraka Saqar
Penghuninya ialah orang yang tidak sholat, tidak memberi makan orang miskin, membicaraka yang bukan-bukan, serta mendustakan harri final.
f. Neraka Sa’ir
Penghuninya yaitu orang kafir yang mengkonsumsi harta anak yatim, tidak beriman, dan tidak menyimak perintah Allah dan Rasulullah.
g. Neraka Wail
Penghuninya adalah para pengumpat, kolektorharta dan curang.
h. Neraka Ladzah
Penghuninya adalah orang yang kikir dan berpaling dari perintah agama.
Di antara keadaan penghuni neraka yaitu :
a. Kulit merak hangus
b. Minuman meraka air yang sangat panas
c. Mendengar bunyi yang menyeramkan
B. Al Haudh (Telaga)
Al Haudh secara bahasa yakni telaga. Dalam bahasa Arab artinya air yang tergenang dalam jumlah besar, namun bukan lautan. Al Haudh adalah kawasan berkumpulnya air di tanah Mahsyar yaitu telaga yang diberikan Allah terhadap Nabi Saw dan umatnya sebagai bentuk penghargaan atau kemulaan bagi mereka. Keberadaan Al Haudh adalah kepastian, tidak mampu diingkari dan diragukan keberadaannya. Telaga yang ada di Mahsyar kelak jumlahnya bukanlah cuma satu saja, tetapi jumlahya aneka macam sebanyak para Nabi yang Allah utus ke tampang bumi.
Nabi Saw. memberikan beragam citra haudh yang ia miliki dengan tujuan meberikan motivasi terhadap umatnya agar melakukan hal yang membuat mereka bisa mengunjungi haudh tersebut dan meminum airnya, kemudian beliau menyebutkan sifat-sifat haudh sebagai berikut : airnya lebih putih dari pada susu, lebih cantik dari pada madu, panjang dan lebarnya sama, luasnya antara Aelah dan San’a, jumlah gelasnya sejumlah bintang-bintang di langit, orang yang meminum airnya tidak akan kehausan selamanya.
Di antara orang-orang yang terhalang dari haudh Nabi Saw yakni :
a. Orang yang berpaling dari agama Allah
b. Orang yang menciptakan bid’ah
c. Orang yang menyimpang dari golongan dominan Islam
d. Orang yang dengan terperinci-terangan melakukan dosa besar
e. Orang yang berlebihan dalam berbuat kedzaliman
C. Kautsar
Termasuk beriman terhadap hari tamat yakni iman akan adanya Al Kautsar, ialah telaga yang diberikan Allah kepada Nabi kita Muhammad Saw. perihal sifatnya disebutkan bahwa telaga itu lebih putih dari pada es dan lebih bagus dari pada madu, aromanya lebi busuk dari pada kasturi, sementara mangkuk-mangkuknya seperti jumlah bintang-bintang di langit.
Telaga kautsar merupakan suatu sumber mata air yang sangat jernih dan luas yang terdapat di dalam surga. Di sinilah para jago nirwana setelah sukses melewati tahapan-tahapan sukar dalam lintasan mahsyar dan hari kiamat, ketika memasuki surga akan eksklusif ke telaga ini untuk menghilangkan rasa dahaganya dan menikmati kelezatan air telaganya. Dari telaga Al Kautsar inilah akan mengalir dua sungai ke arah nirwana dimana sumbernya tidak lain berasal dari “Arsy Ilahi”, singgasana Tuhan.
D. Hikmah
1. Memperjelas tujuan hidup manusia di dunia
2. Membuat perilaku hidup lapang dan optimis
3. Menanamkan perilaku berani dan tidak takut mati
4. Tidak gampang terpengaruh dengan kemewahan dunia dan tidak mudah iri terhadap kemewahan yang dimiliki oleh orang lain.
5. Orang yang beriman akan percaya bahwa setiap kenikmatan dunia, sekecil apapun akan di pertanggungjawabkan di hadapa Allah Swt. dan yang perlu disadar bareng bahwa kenikmatan dunia ini sungguh kecil sekali nilainya jikalau di bandingkan dengan kenikmatan yang dijanjikan oleh Allah Swt di alam akhirat kelak.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari pembahasan ia atas yaitu,
1. Akhirat ialah daerah tujuan atau kawasan abadi bagi kita untuk menghabiskan waktu dalam mempertanggung jawabkan segala tindakan kita di dunia, kehidupan di akhirat sungguh lah lama berlawanan dengan kehidupan di dunia fana ketika ini.
2. Banyak Peristiwa dikala di darul baka ialah:
a. Yaumul Barzah, yakni hari penantian seluruh umat manusia yang sudah meninggal. Yaitu nanti era dibangkitkan manusia dari alam kubur untuk menhadap terhadap Allah guna mempertanggungjawabkan seluruh amal tindakan dikala di dunia.
b. Yaumul Ba’as, adalah hari dibangkitkannya manusia dari alam kubur.
c. Yaumul Mahsyar, yakni hari dikumpulkannya insan setelah dibangkitkan dari alam kubur, untuk menunggu pengadilan dari Allah SWT.
d. Yaumul Hisab, adalah hari perkiraan amal perbuatan manusia selama selama hidup di dunia.
e. Yaumul Mizan, yakni penimbangan amal perbuatan insan sesudah diperhitungkan baik buruknya selama hidup di dunia.
f. Sirat, ialah jalur atau jalan penentu dari masing-masing insan stelah dihisab dan ditimbang amal baik buruknya. Pada tahap ini manuisa akan ditentukan msuk neraka atau masuk surga . Hal ini tergantung amal baik dan amal buruk.
g. Syafaat, yaitu perlindungan yang diperoleh umat insan yang beriman, Islam dan ihsan. Pertolongan tersebut berasal dari amal perbuatan yang baik saat di dunia. Bagi orang beriman dan berzakat saleh kelak pada hari Kiamat akan mendapat syafaat berupa akomodasi dan keringanan dari berbagai kesulitan yang dihadapi.
h. Surga dan Neraka, yaitu daerah terakhir pembalasan manusia. Bagi yang bederma baik akan masuk nirwana dan sebaliknya orang yang berinfak buruk akan masuk neraka.
3. Jika pada saat di dunia kita beriman terhadap allah swt dan melakukan semua perintahnya serta menjauhi segala larangannya maka di akhirat nanti kita akan menerima kesenangan atas semua perbuatan baik kita di dunia dengan masuk ke nirwana. lain hal nya lagi jikalau kita melaksanakan perbuatan dosa dan melanggar larangan allah swt maka di akhirat kelak kita akan mendapat siksaan api neraka yang sangat panas sekali.
B. Saran
Kita selaku manusia hanya berupaya menjadi yang terbaik, semoga bila datang waktunya hari final, kita sebagai umat muslim telah memiliki bekal untuk membantu diri kita sendiri pada hari tamat, tanda tanda hari simpulan telah telah terlihat terperinci, marilah kita dekatkan diri kita kepada Allah swt, dan perbaiki semua perilaku kita menjadi lebih baik dan berakhlak .
DAFTAR PUSTAKA
https://saripedia.wordpress.com/tag/kehidupan-akhirat-ialah-kehidupan-yang-sebenarnya-dan-abadi/
Buku pelajaran Agama Islam HAMKA, PT. Bulan Bintang . prof .Dr. Hamka
Buku Syarah HADIST ARBAIN ,Al-Qowam . Iman Nawawi