Makalah – Hubungan Pendidikan Komputer Dan Kecerdasan Anak

Makalah berikut ialah makalah yang masih berkaitan dengan pendidikan anak usia dini dengan judul “Peran Pendidikan Komputer Dalam Meningkatkan Kecerdasan Intelektual dan Emosional Anak

PENDAHULUAN

Di tahun 1997, pada saat penulis menghidangkan tulisannya dalam rangka seminar komputerkid (yang setiap tahun diadakan), perihal dampak komputer kepada pertumbuhan inteligensi, telah dipaparkan implikasi dari riset otak (brain-based research) terhadap pembelajaran dan kemajuan insan kebanyakan, serta khususnya kepada kemajuan inteligensi.
Kesimpulannya ialah bahwa dalam penggunaan komputer secara pandai, maka secara reciprocal (timbal balik) komputer juga me-reinforce perkembangan kecerdasan. Komputer mampu menyanggupi rasa ingin tahu manusia (curiosity yakni sifat khas manusia). Selain itu, kecepatan, ketelitian, keterkinian isu dapat diperoleh lewat komputer. Dengan demikian, terjadi pengayaan fungsi otak, yang pada gilirannya mengembangkan bikinan sel neuroglial, yakni sel khusus yang mengelilingi sel neuron, sehingga menambah kegiatan sel neuron. Mengingat bahwa “parik otak” itu diwujudkan sebagai hasil interaksl antarcetak biru genetic dan dampak lingkungan, maka perlu dibahas lebih lanjut bagaimana menimbulkan “pabrik” itu berfungsi lebih efektif, apalagi, alasannya berdasarkan penelitian (Clark, 1986), sebagaimana sudah diungkapkan di muka, otak tersebut cuma berfungsi 5%, sehingga sebagian besar berita tidak dipakai. Pada gilirannya karena kerja fungsi inteligensi yang bersumber dari otak secara timbal balik dipengaruhi dan mempengaruhi pembelajaran, akan dipersoalkan sampai di mana pengaruhnya bagi kenaikan kecerdasan emosi pada anak.
Makalah berikut merupakan makalah yang masih berkaitan dengan pendidikan anak usia dini de Makalah - Hubungan Pendidikan Komputer Dan Kecerdasan AnakRISET OTAK (BRAIN-BASED RESEARCH)

Dalam aneka macam media sebagai hasil observasi riset otak dan sebagaimana telah terungkapkan sebelumnya, otak manusia waktu lahir terdiri atas 100-200 milyard sel otak, yang siap mengembangkan beberapa triliun info mencapai aktualisasi tingkat tertinggi potensi manusia.

Neuron yang merupakan unit dasar otak, adalah tata cara yang halus untuk information processing dan terdiri atas tubuh set, dendrit dan akson yang menerima dan mengirim beribu-ribu sinyal. Dendrit dan akson yang mendapatkan dan mengirim beribu-ribu sinyal. Dendrit adalah semacam benang-benang halus menyerupai pencabangan dari tubuh set yang berdekatan dan dihubungkan oleh akson sebagai transmitternya (penghubung). Kaprikornus, aktivitasnya antara neuron dijalankan oleh dendrit dari satu set dalam hubungannya dengan akson dari set yang lain. Kegiatan synaptic sebagaimana dipaparkan dua tuhun yang lalu, yang satu ke set lainnya, bergotong-royong yakni “lokasi” prosedur neural belajar dan memori, (Thomson, Beger & Berry, 1980 dalam Clark, 1986).

Memberi pengayaan pada lingkungan berguru, bermakna meningkat­kan acara synaptic dan pada gilirannya akan mengembangkan mutu dan jumlah set glia. Glia yakni sel-sel khusus yang mengelilingi neuron dan memperkaya otak “menghabiskan materi yang mesti dibuang” dan merekat otak itu menyatu. Makin bertambah jumlah glia, kian cepat aktivitas glia dan makin meningkat kekuatan pertukaran impuls dari set yang satu ke set lain yang berakibat terhadap suatu pola pikir kompleks (Clark, 1986), yang dalampembelaj’aran unggul disebut eskalasi dari tingkat mental. Apabila aktivitas synaptic ini distimulasi, maka akan tercipta set khusus yang menyelimuti neuron yang disebut myelin, yang melindungi akson dan mengembangkan sinyal antarsel. Myelin pula yang menimbulkan akson terlindung menyampaikan isu yang dipercepat, yang pada gilirannya berakibat kepada percepatan belajar (accelerated learning).

  Makalah Pendidikan Anak Usia Dini - Teladan 2

Di sampling temuan kepada fungsi dan ciri potongan otak, yang sudah diutarakan di makalah yang kemudian berikutnya perlu ulasan perihal wawasan yang lebih lugs berkenaan dengan inteligensi yang tidak saja harus dikaji hasil kerja dan kinerjanya, namun juga proses dan strukturnya.

Pendapat ini meliputi juga temuan bahwa keberhasilan insan diwujudkan lewat ragam domain yang berlawanan, sehingga pemahaman bahwa inteligensi merupakan kemampuan biasa yang tunggal (overall single ability) sudah ditinggalkan. Gardner mengajukan adanya 8 inteligensi yaitu inteligensi linguistik, inteligensi logis­matematis, inteligensi visual-spatial, inteligensi musikal, inteligensi kinestetis badan, inteligensi interpersonal sosial, inteligensi intrapersonal, inteligensi naturalistik.

Semua kesanggupan itu berfungsi dan berkembang berlainan dan melayani banyak sekali fungsi otak yang berlawanan pula dan dikenal dengan Multiple Intelligences (MI). Namun, pada periode is berfungsi, kombinasi dari berbagai faktor pengalaman belajar yang terkait dengan bagian otak tersebut akan berfungsi secara serentak.

OTAK DAN KOMPUTER

Komputer ialah pegawanegeri yang melakukan pekerjaan mirip otak elektronis. Sama mirip otak insan, komputer terdiri atas beribu-ribu rangkaian (circuit) seperti pada otak beribu-ribu sel neuron yang satu dengan lainnya terkait. Sama mirip otak manusia dapat mengolah berbagai berita, bahkan dengan kecepatan yang hebat. Namun, berlawanan dari insan proses tersebut tidak beranjak dari dirinya sendiri, melainkan harus diinstruksikan kepadanya. Ini yang disebut program komputer. Bila program itu sudah ada, berbagai gosip yang diharapkan oleh manusia dapat diberikan oleh komputer.

Kemajuan teknologi sudah sedemikian jauh sehingga berbagai kantor, sekolah, dan keluarga memiliki apa yang disebut suatu personal computer (PC), yang diciptakan untuk dipakai oleh individual. PC itu berisikan keyboard, untuk melaksanakan peran memberikan gosip sesuatu, memory, untuk menggali isu itu, dan satu unit pembuatan sentral (processor), untuk mengurus isu itu sehingga muncul di layar monitor yang menamplikan hasil kerja komputer itu. Otak manusia berfungsi sama seperti fungsi kerja komputer (kompetensi komputer = computer competence). Rasional dari analogi tersebut yakni bahwa komputer secara fisik mempunyai lima persamaan ialah peralatan masukan (input device), kesatuan metode (system unit), penyimpanan sekunder (secondary storage) dan peralatan komunikasi (communication device) yang seperti dimiliki oleh otak insan ibarat tata cara unit dengan jaringan urat saraf beserta indranya. Demikian otak yakni juga pusat bahasa, media pernyataan diri dan alai komunikasi. Kelebihan insan adalah fungsi imajinatif­nya.

DAMPAK KOMPUTER TERHADAP PERKEMBANGAN INTELIGENSI

Analisis kepada analogi berfungsinya otak dalam kaitan dengan perkembangan inteligensi dan berfungsinya komputer merupakan rasional mengapa penulis berani mengungkapkan bahwa komputer berpengaruh positif kepada perkembangan inteligensi, bahkan men­jadikan eskalasi dalam kehidupan mental anak. Hal tersebut alasannya adalah “kolaborasi” antara komputer-otak-inteligensi yang satu dengan lain terkait mendorong (reinforce) manusia untuk kian tabu memenuhi curiosity, yang ialah sifat khas manusia. Komputer di dalam kehidupan sekarang tidak terpisahkan dari aneka macam kepentingan untuk memperoleh informasi cepat, cermat, lengkap, dan terkini. Demikian pun komputer membawa kita secara amat signifikan menuntaskan aneka macam duduk perkara berkat info yang dihadapinya.

Perkembangan ilmu pengetahuan yang menjalar ke seluruh dunia tidak mampu dibayangkan tanpa komputer. Pengayaan fungsi otak antara lain ialah karena interaksi otak dengan bekerjanya komputer. Berbagai kemampuan yang lain diungkapkan seperti: ekstrapolusi pikiran, biofeedback serta regulasi diri banyak terbantu alasannya adalah aneka macam latihan yang diperoleh di dalam penggunaan komputer.

  Pola Makalah Pendidikan Anak Usia Dini

Dengan demikian dapat dibilang bahwa dampak komputer kepada pertumbuhan inteligensi kebanyakan menguntungkan dan menyanggupi tuntutan era depan dalam meneruskan banyak sekali info yang meledak di seluruh dunia.

Tidak ada salahnya PC dipakai dengan program sesuai dengan umur anak-anak. Akhirnya, dalam menandai perbedaan antar­inteligensi insan dan kesanggupan komputer maka ada hal-hal yang sifatnya sangat manusiawi, mirip pengambilan keputusan, sebuah proses berpikir pada tingkat tinggi yang cuma dapat dilakukan oleh insan dengan mempergunakan kemampuan inteligensinya dan menyatakannya dalam bahasa lambang (bahasa yang hingga dengan hari ini cuma dimiliki oleh insan), dalam menawarkan arti atau makna terhadap persoalannya. Namun, demikian inteligensi itu ber­fungsi jika ada kerangka acuannya yaitu lingkungan dan perangkat social dengan segala ciri dan perilakunya. Pada pihak lain permainan absurd (abstract games) melalui prosedur efektif yang perangkat peraturan memberi tabu kepada kita apa yang harus dilakukan pads saat-ketika tertentu melalui bahasa formal yang lugas dan teliti, merupa­kan suatu kesanggupan yang mampu kita temukan juga pads komputer.

Menjadikan bab dari masa dan penduduk yang dilandasi oleh gosip berarti bahwa kita harus menyebarkan kesanggupan kita meraih gosip itu melalui keterampilan (dexterity), mengelola banyak sekali masalah yang kompleks, yang secara pribadi akan kita alarm dalam realitas konkret. Media untuk itu ialah antara lain menguasi komputer dengan pintar, yang akan dapat merealisasikan information super highway.

INTELIGENSI EMOSIONAL

Di mana tempat inteligensi emosional? Goleman (1996) dalam bukunya Emotional Intelligence menjelaskan bahwa, mirip sudah dinyatakan dalam makalah sebelumnya, dalam kehidupan mental seseorang ada 2 faktor, yaitu rasio dan emosi, yang masing-masing tidak pernah bangkit secara terpisah, melainkan dihayati secara bersamaan, bercirikan pemahaman dan kesadaran yang berasal dari otak yang berada di kepala (head) seseorang; sedangkan emosi yang bersifat kuat dan spontan bersumber dari hati sanubari (heart) atau bahkan juga kata hati seseorang. Kata hati juga disebut firasat yang merupakan suatu sentra yang berfungsi mengontrol emosi, dengan memberi sinyal amygdala (pangkal otak di bab atas urat saraf tulang belakang) terhadap jaringan saraf yang berhubungan dengannya.

Emosi berasal dari kata latin Motere, yaitu suatu keadaan tergerak untuk berbuat (a state of being moved, and an impels to act). Dengan demikian, emosi mempunyai beberapa unsur yakni, gerak untuk bertindak, menghayati perasaan yang bersifat subjektif, dan kesadaran ihwal emosi itu atau dengan kata lain, memiliki unsur subjektif, sikap (behavioural), fisiologis.

Leventhal (dalam Strongman, 1996), mengalihkan paradigma tersebut dalam menerangkan rasio dan emosi yang terkait dengan information processing sebagai berikut: ada 4 sistem yang terintegrasikan dalam versi emosi ini, yaitu 1) Interpretasi tata cara dalam merealisasikan penghayatan emosi, 2) Sistem ekspresif, yang ialah umpan balik yang menandai mutu subjektif emosi, 3) Sistem tindak instrumental dan 4) Sistem reaksi jasmaniah.

Teori ini didasarkan pada 7 asumsi, ialah 1) Kajian emosi mesti beranjak dari laporan verbal pengalaman subjektif, 2) Kondisi emosional adalah sebuah bentuk kebermaknaan, sehingga kalau kognisi adalah makna, emosi membentuk kognisi, 3) Ada aneka macam bentuk proses kognisi, 4) Kebermaknaan dibangun dalam metode proses perseptual, 5) Emosi mampu berinteraksi dengan persepsi maupun kognisi abstrak, 6) Sistem kebermaknaan meningkat dan berganti, 7) Perlu tata cara makna khusus.

  Pola Makalah Pendidikan Anak Usia Dini

Seperti telah dikenali kurang lebih 90% dari seluruh sel saraf pada tubuh kita, berada di otak. Di lapisan teratas dari otak yang tebalnya 1/2 inci terkumpul berjuta-juta saraf yang disebut cortex, pusat pengelolaan yang kita pikirkan, rasakan, dan kerjakan. Untuk mengetahui mekanisme yang dilahirkan oleh emosi dan kognisi, penting mengkaji metode makna yang khusus.

KESIMPULAN MENYANGKUT ARITMATIKA MENTAL ANAK

Learning by doing yaitu desain yang beberapa dekade yang kemudian dikemukakan oleh John Dewey dalam mengintrodusir cars berguru yang meliputi emosi, sikap, dan fisiologi. Ternyata bahwa MA dapat mencakupi rancangan ini. Konsep ini dikukuhkan dengan observasi terhadap fungsi otak sebagai hasil interaksi antara cetak biru genetis dan dampak lingkungan.

Kalau IQ yang mengukur segi kognitif dalam kehidupan mental mampu meramalkan hasil mencar ilmu di sekolah, maka belum tentu keber­hasilan sekolah menandai kesuksesan dalam masyarakat. Emotional intelligence lebih meramalkan kemampuan mengontrol diri, mampu menempatkan diri dalam suasana prang lain, serta bisa membaca anggapan orang lain. Rupanya hal-hal tersebut lebih menentukan dalam kehidupan masyarakat.

Sebagaimana dikemukakan di tampang, otak menyimpan aspek­faktor yang berlawanan di bab-bab yang berbeda pula dari beragam pengalaman. Amygdala yaitu kawasan disimpannya emosi akhir suatu pengalaman, extended amygdala merupakan jaringan penghubung memanjang hingga ke sentra otak pelaksana di lobus prefrontal, sempurna di belakang dahi.

Setiap pengalaman emosional disandikan di amygdala. Karenanya yaitu syarat yang penting dalam pembelajaran MA, adanya sistem kebermaknaan. Bila minat anak terpesona alasannya adalah anak merasa pengalaman mencar ilmu itu memiliki arti sehingga emosinya tergerak, maka semua inteligensinya akan berfungsi secara serentak. Dengan tersulutnya minat itu informasi akan menerobos pada akses neuron yang selama ini belum terjelajahi. Ini yang disebut Gardner (Strongman, 1996), multiple chance of education, karena terbukanya multiple chanel dalam komunikasi pendidikan.

Selama latihan yang berulang-ulang, MA tidak menjemukan anak melainkan mengasyikkan, maka brain-image yang diutarakan dalam metode itu akan mengakibatkan anak berguru dan tugas pendidikan komputer dan pendidikan MA akan meningkatkan kecerdasan emosi anak. Hal ini perlu diingatkan alasannya adalah sedikit banyak ada bagian drill pada latihan yang berulang-ulang itu sehingga berakibat pada minat dan emosi, yang pada gilirannya berakibat terhadap tata cara keber­maknaan.

DAFTAR PUSTAKA

  1. Clark, B. 1986. Growing Up Gifted. Columbia, USA: CE Merril Publishing Co.
  2. Goleman, D. 1995. Emotional Intelligence. New York, USA: Bantam Books.
  3. Goleman, D. 1995. Working with Emotional Intelligence. New York, USA: Bantam Books.
  4. Strongman, K.T. 1996. The Psychology of Emotion, fourth edition. New York: Wiley & Sons Publ.
  5. The Darling Kinderstey. 1996. Children’s Illustrated Encyclopedia Revised Edition. London: Darling Kindersley Limited. Weizenbaum, J. 1976. Computer Power and Human Reason. San Francisco: Freeman and Company.