BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia, negara kepulauan terbesar paling besar di dunia, berada di garis depan melawan penyakit yang mematikan ialah avian influenza atau AI. Penyakit yang lebih dikenal selaku flu burung ini disebabkan oleh virus H5N1 yang secara biasa lebih banyak didapatkan pada unggas. Sejak tahun 2003, penyakit ini sudah menyebar dari burung-burung di Asia ke Timur Tengah, Eropa dan Afrika. Dalam kasus-masalah yang tertentu, manusia juga mampu terkena penyakit ini, biasanya sebab bekerjasama dengan unggas-unggas yang sakit. Sampai saat ini, masalah AI pada insan sudah tercatat di seluruh dunia, dan lebih dari 200 diantaranya meninggal dunia.
Kematian-akhir hayat yang tragis tersebut hanyalah ujung dari gunung es. Saat ini H5N1 tidak menular dengan gampang dari unggas ke insan, atau dari manusia ke insan. Akan namun para andal mengatakan bahwa H5N1 mempunyai kesempatanuntuk menjadi penyebab pandemi influenza di dunia. Jika terjadi pandemi, jumlah orang yang terkena dan akhir hayat akan sangat banyak, disertai dengan pengaruh-pengaruh ekonomi dan sosial, akibatnya terjadilah krisis kesehatan yang meliputi seluruh dunia. Indonesia ketika ini berada di tengah krisis flu burung. Kasus flu burung pertama kali dilaporkan Indonesia pada tahun 2003. Penyakit ini sekarang endemis di populasi ayam dibeberapa tempat di Indonesia, jutaan unggas mati sebab penyakit ini dan juga dimusnahkan sebagai wujud penanganan perkara penularan flu burung.
Untuk masalah flu burung pada manusia pertama kali dilaporkan pada tahun 2005. Sejak itu Indonesia telah mencatat lebih dari 130 masalah flu burung pada insan dan lebih dari 110 korban meninggal – paling tinggi di dunia. Di Indonesia, bawah umur ialah salah satu golongan yang paling beresiko terkena penyakit ini karena sekitar 40 persen dari korban flu burung ialah mereka yang berusia dibawah 18 tahun.
Oleh karena itu, mengingat bahaya yang dapat terjadi disusunlah makalah ini untuk membahas secara lebih terperinci baik pencegahan, cara penularan dan bahaya dari penyakit flu burung yang makin merebak dalam masyarakat di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan virus flu burung?
2. Apakah penyebab serta Gejala penyakit flu burung?
3. Bagaimana epidemologi dari penyakit flu burung?
4. Apa saja faktor resiko dari penyakit flu burung?
5. Bagaimana cara penularan/penyebaran flu burung?
6. Bagaimana penanggulangan penyakit flu burung?
7. Bagaimana pencegahan penyakit flu burung?
8. Apa saja hambatan dalam penanggulangan serta pengobatan penyakit flu burung?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengenali perihal virus flu burung.
2. Untuk mengetahui penyebab penyakit flu burung.
3. Untuk mengetahui epidemologi dari penyakit flu burung.
4. Untuk mengenali aspek resiko terjadinya flu burung.
5. Untuk mengetahui cara penularan/penyebaran flu burung.
6. Untuk mengenali cara penanggulangan penyakit flu burung.
7. Untuk mengenali cara pencegahan penyakit flu burung.
8. Untuk mengetahui kendala apa saja yang terdapat dalam penanggulangan serta pengobatan penyakit flu burung.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Flu Burung
Flu Burung (Avian Influenza – AI) yaitu penyakit unggas yang menular disebabkan virus influenza tipe A dari keluarga Orthomyxoviridae. Virus ini paling umum menjangkiti unggas (contohnya ayam peliharaan, Kalkun, Itik, Puyuh, dan Angsa) juga berbagai jenis burung liar. Beberapa virus flu burung juga dikenali bisa menyerang mamalia, termasuk manusia (Darel W. 2008 : 17).
Flu burung adalah penyakit influenza pada unggas, baim burung, angsa, ayam, serta beberapa binatang seperti babi. Data lain memperlihatkan penyakit ini juga mampu pula mengena pada burung puyuh dan burung onta. Penyakit pada binatang ini telah didapatkan sejak 100 tahun lalu di Italia, tepatnya 1878. Pada tahun 1924-1925 wabah ini merebak di Amerika Serikat. (Tjandra. 2005 : 2).
Virus influenza ialah virus RNA tergolong dalam famili Orthomyxoviridae. Asam nukleat virus ini beruntai tunggal, terdiri dari 8 segmen gen yang mengkode sekitar 11 jenis protein. Virus influenza mempunyai selubung/simpai yang terdiri dari kompleks protein dan karbohidrat. Virus ini memiliki tonjolan (spikes) yang digunakan untuk melekat pada reseptor yang spesifik pada sel-sel hospesnya pada dikala menginfeksi sel. Terdapat 2 jenis spikesyaitu yang mengandung hemaglutinin (HA) dan yang mengandung neuraminidase (NA), yang terletak dibagian terluar dari virion (Horimoto T, Kawaoka Y. 2001 :129-149).
Menurut (soejoedono,et al., 2005) avian influenza (flu burung) adalah penyakit menular yang dapat terjadi pada unggas dan mamalia yang disebabkan oleh virus infl uenza tipe A. Virus influenza tipe A mempunyai beberapa subtipe yang ditandai adanya Hemagglutinin (H) dan Neuramidase (N). Virus flu burung yang sedang berjangkit ketika ini yakni subtipe H5N1 yang memiliki waktu inkubasi selama 3–5 hari. Virus ini mampu menular lewat udara ataupun kontak melalui masakan, minuman, dan sentuhan. Perilaku hidup bersih dan sehat contohnya mencuci tangan dengan antiseptic, kebersihan tubuh dan pakaian, dan menggunakan alat pelindung diri (APD) waktu kontak langsung dengan unggas mampu mencegah penularan virus AI.
B. Penyebab / Etiologi serta Gejala Penyakit Flu Burung
Penyebab flu burung yakni virus influenza dari famili Orthomyxoviridae yang tergolong tipe A subtipe H 5, H 7, dan H 9. Virus H9N2 tidaklah mengakibatkan penyakit berbahaya pada burung, tidak mirip H5 dan H7. Virus flu burung atau avian influenza cuma didapatkan pada binatang seperti burung, bebek dan ayam, tetapi semenjak 1997 telah mulai dilaporkan “melayang” pula ke manusia. Subtipe virus yang terakhir didapatkan yang ada di negara kita adalah jenis H5N1.
Gejala penyakit flu burung pada manusia yakni demam, anoreksia, sakit kepala, gangguan pernafasan (sesak), nyeri otot, Muntah, Sakit perut, Diare, Gusi berdarah, Mimisan, Nyeri dada, dan mungkin konjungtivitis yang terdapat pada penderita dengan riwayat kontak dengan unggas yang terinfeksi semisal peternak atau penjualunggas. Gejalanya tidak khas dan seperti tanda-tanda flu yang lain, tetapi secara cepat tanda-tanda menjadi berat dan dapat menimbulkan kematian alasannya terjadi peradangan pada paru (pneumonia).
Gejala pada unggas yang terinfeksi diantaranya jengger dan pial kebiru-biruan, keluar darah dari hidung, feses kehijau-hijauan dan banyak mengandung air, pada paha sering terdapat bercak-bercak darah, kematian unggas berbarengan terjadi dalam hitungan hari disamping itu, pada burung liar akan menjadi karier.
C. Epidemologi
Data epidemiologi yang bekerjasama dengan penyakit flu burung hingga bulan juni 2007 sebanyak 313 orang di seluruh dunia sudah terserang virus AI dengan 191 diantaranya meninggal (CFR=61%). Kasus penyakit ini meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2003 tercatat 4 kasus lalu berkembang menjadi 46 perkara (2004), 97 perkara (2005), 116 perkara (2006) dan pada tahun 2007 tertanggal 15 juni telah dilaporkan terjadi 50 kasus dengan angka ajal 66%. Negara yang terjangkit sebagian besar ialah negara-negara di Asia (Thailand, Kamboja, Vietnam, Cina dan Indoneisa) namun kini sudah menyebar ke Irak dan Turki.
Kasus AI di Indonesia bermula dari ditemukannya masalah pada unggas di Pekalongan Jawa Tengah pada bulan Agustus 2003. Sampai tahun 2006 penyakit ini sudah menyerang unggas di 29 provinsi yang meliputi 291 kabupaten/kota. Daerah-tempat yang memiliki populasi unggas yang padat dan diikuti populasi masyarakatyang padatlah yang hendak mengalami banyak perkara pada manusia.
Di Indonesia semenjak Juli 2005 sampai dengan pertengahan Juni 2007 tercatat terdapat 100 masalah dengan 80 akhir hayat (CFR=80%). Sebagian besar kasus berasal dari Jawa dan Sumatra. Provinsi terbanyak yang terserang penyakit ini ialah Jawa Barat, DKI Jakarta dan Banten. Penyakit ini sudah berjangkit di 11 provinsi dan 37 kabupaten/kota.
D. Faktor Resiko
Faktor resiko paling besar flu burung adalah mengalami kontak dengan unggas yang sakit atau dengan permukaan yang terkontaminasi oleh bulu,air liur,atau kotoran milik unggas yang terinfeksi. Dalam beberapa perkara yang sangat langka, flu burung dilaporkan ditularkan dari satu manusia ke yang lain. Pola penularan dari insan ke insan masih misterius. Berbagai orang dari segala usia yang terjangkit dilaporkan meninggal setelah mengalami nanah.
E. Penularan/Penyebaran
Meskipun reservoir alami virus AI adalah unggas liar yang sering bermigrasi (angsa liar), namun binatang tersebut resisten terhadap penyakit ini. Menurut WHO, kontak binatang tersebut dengan unggas ternak mengakibatkan epidemik flu burung dikalangan unggas. Penularan penyakit terjadi lewat udara dan ekskret (kotoran, urin, dan ingus) unggas yang terinfeksi.
Ciri VirusVirus influensa pada manusia dan binatang ada beberapa tipe yaitu tipe A, tipe B dan Tipe C. Pada insan virus A dan virus B dapat menjadi penyebab wabah flu yang cukup luas, sementara virus C menyebar secara periodic, ringan dan tidak menimbulkan wabah. Virus influensa tipe A mampu berubah-ubah bentuk (Drift, Shift), dan dapat menjadikan epidemic dan pandemi. Virus A mempunyai permukaan yang terdapat dua glikoprotein, yakni hemaglutinin (H) dan neuraminidase (N). Untuk mengklasifikasikannya secara rinci, maasing-masing tipe virus itu dibagi lagi menjadi subtipe menurut kelompok H dan N, ialah H1 sampai H15 dan N1 hingga N9. Perbedaan H merupakan dasar subtype. Influensa pada insan sejauh ini disebabkan virus H1N1, H2N2 dan H3N2 serta virus avian H5N1, H9N2 dan H7N7. Strain yang sangat virulen atau ganas dan mengakibatkan flu burung ialah dari subtipe A H5N1. Virus tersebut mampu bertahan hidup di air hingga 4 hari pada suhu 220 C dan lebih dari 30 hari pada 00 C. Virus akan mati pada pemanasan 600 C selama 30 menit atau 560 C selama 3 jam
Virus AI mampu hidup selama 15 hari diluar jaringan hidup. Virus pada unggas akan mati pada pemanasan 80ᵒC selama satu menit dan virus pada telur akan mati pada suhu 64ᵒC selama lima menit. Virus akan mati dengan pemanasan sinar matahari dan pertolongan desinfektan.
Secara genetik virus influenza tipe A sangat labil dan tidak susah beradaptasi untuk menginfeksi spesies sasarannya. Virus ini tidak mempunyai sifat proof reading, yakni kesanggupan untuk mendeteksi kesalahan yang terjadi dan memperbaiki kesalahan pada saat replikasi. Ketidakstabilan sifat genetik virus inilah yang menimbulkan terjadinya strain/jenis/mutan virus yang gres. Akibat dari proses tersebut virulensi virus AI mampu berubah menjadi lebih ganas dari sebelumnya.
Karakteristik lain dari virus ini adalah kemampuannya bertukar, bercampur, dan bergabung dengan virus influenza strain lain sehingga menimbulkan hadirnya strain gres yang mampu berbahaya bagi insan. Mekanisme ini juga menyebabkan kesusahan dalam membuat vaksin untuk program penanggulangan.
Mekanisme penularan flu burung pada manusia melalui beberapa cara:
1. Virus unggas liar unggas domestik insan.
2. Virus unggas liar unggas domestik babi insan.
3. Virus unggas liar unggas domestik (dan babi) insan manusia.
Sampai bulan Maret 2006, penularan dari insan ke insan lain (human to human transmission) masih sungguh jarang. Meskipun demikian, para ahli mencemaskan adanya masalah-perkara kalster keluarga alasannya merupakan indikator penualaran antar manusia. Munculnya kasus-perkara klaster dalam skala kecil dan simultan yang dibarengi klaster-klaster skala besar ialah tanda munculnya pandemi.
F. Penanggulangan
Menurut Ririh (2006:189-192), Melihat adanya kondisi peternakan yang memburuk balasan adanya wabah flu burung. Departemen Pertanian mengeluarkan beberapa kebijakan. Kebijakan ini diharapkan menolong peternakan sehingga mampu melaksanakan kegiatan beternak kembali. Departemen Pertanian mengintruksikan pada segenap jajaran Dinas Peternakan di tempat-tempat untuk melaksanakan hal yang serupa ketika memperoleh adanya indikasi flu burung.
1. Peningkatan biosekuriti
Strategi utama yang harus dijalankan yakni dengan memajukan biosekuriti. Tindakan karatina atau isolasi harus diberlakukan kepada peternakan yang tertular. Kondisi sanitasi di kandang-sangkar, lingkungan sangkar maupun para pekerja mesti sehat. Kemudian kemudian lintas keluar -masuk sangkar tergolong orang dan kendaraan mesti secara ketat dimonitor.
Area peternakan yang sehat diciptakan dengan program desinfeksi secara terencana serta menerapkan kebersihan pada saat bekerja, misalnya dengan menggunakan sarung tangan, masker, dan sepatu panjang.
Program vaksinasi ialah tindakan kedua yang dipilih oleh Indonesia di dalam penanggulangan avian influenza. Vaksinasi dilakukan kepada hewan yang sehat, khususnya yang berada disekitar peternakan ayam yang terkena wabah ini dilaksanakan untuk memperlihatkan kekebalan pada ayam biar tidak gampang tertular. Vaksinasi yang digunakan harus memenuhi persyaratan kualitas yang ditetapkan menurut peraturan perundangan yang berlau. Kemudian vaksin yang boleh diedarkan dan digunakan adalah vaksin yang menerima nomor pendaftaran Departemen Pertanian.
2. Depopulasi
Istilah ”depopulasi” adalah tindakan memusnakan unggas atau hewan yang sakit secara terbatas. Ada aneka macam cara yang mampu ditempuh sebagai upaya pemusnahan ini. Pertama, yakni dengan menguburkan unggas yang mati akhir avian influenza. Kedua , peternak dapat melaksanakan depopulasi dengan memperabukan unggas yang mati akhir terjangkit penyakit tersebut. Tujuan utama dari langkah-langkah ini yaitu untuk memutuskan siklus penyakit.
Tempat dimana dijalankan pemusnahan binatang sebaiknya ditutup kembali kemudian disiram dengan air kapur atau desinfektan. Seperti diketahui bahwa dalam mengkaji suatu penyakit, ada tiga hal yang harus diperhatikan, adalah pertama ialah agent atau penyebab penyakit, dalam hal ini virus avian influenza. Kedua yaitu induk semang atau inang, dalam masalah ini yang bertindak selaku inang adalah unggas, babi, bahkan manusia jika virus menginfeksi .
Hal ketiga yang mesti diperhatikan ialah lingkungan (enviromental). Lingkungan inilah tempat agent dan inang melaksanakan interaksi. Jadi kalau lingkungan tidak memberikan potensi maka sebuah penyakit atau wabah tidak akan terjadi.
3. Melakukan pengawasan produk unggas
Daging, telur, dan karkas unggas perlu diawasi untuk menangkal penyebaran virus yang masih aktif dan menempel pada produk tersebut. Jika produk mengandung virus yang masih aktif dikhawatirkan akan berpindah ke unggas atau bahkan orang. Beberapa langkah yang mampu dipakai untuk mendapatkan daging yang aman dari flu burung antara lain selaku berikut:
a. Pilih daging yang tidak terdapat bercak merah di bawah kulit .
b. Pilihlah daging segar. Bau daging segar biasanya khas atau tidak berbau bau.
c. Pilih daging yang tidak lembek.
d. Pastikan dalam pengolahannya betul-betul matang.
4. Memantau lalu lintas unggas
Kiriman unggas yang dipesan dari luar daerah kawasan pemesan perlu dipantau dan diperiksa. Hal ini dilakukan untuk menangkal masuknya bibit endemik dari luar tempat. Pemeriksaan dilaksanakan dengan mengamati keadaan fisik, kesehatan hewan serta melaksanakan uji laboratorium sampel darah unggas kepada kemungkinan avian influenza.
Dalam keadaan wabah seperti kini ini maka pengendalian juga menurut perwilayahan ( zoning), ada 3 (tiga) pembagian daerah dalam upaya pengendalian:
a. Daerah tertular; tempat yang telah dinyatakan ada kasus secara klinis dan hasil uji laboratorium.
b. Daerah terancam; daerah yang memiliki batas langsung dengan kawasan tertular atau tidak memilki batasan alam dengan daerah tertular.
c. Daerah bebas; tempat yang dinyatakan masih belum ada perkara secara klinis mapun secara uji laboratorium, atau mempunyai batas alam (propinsi, pulau).
Pembagian wilyah ini merupakan upaya dalam pengendalian suatu wabah sehingga secara sistematik mendukun g acara pengendalian. Dalam teknis pelaksanaannya mesti dikombinasikan dengan acara-acara lainnya. Tujuan pengendalian dan pemberantasan sebagai berikut:
a. Mengendalikan wabah dengan menekan perkara ajal unggas
b. Mengendalikan dan meminimalkan perluasan penyakit ke wilayah lain di Indonesia.
c. Mempertahankan wilayah yang masih bebas.
d. Mencegah penularan penyakit ke insan dengan menetralisir sumber penyakit.
5. Melakukan sosialisasi
Sosialisasi flu burung dijalankan dengan peny uluhan ke peternakan di masing-masing tempat. Adanya sosialisasi diperlukan warga di sekitar lokasi peternakan mengerti dan paham akan ancaman flu burung. Dengan demikian, penduduk akan menjaga keadaan lingkungan dan kesehatannya. Pengertian masyarakat akan ancaman flu burung diperlukan menciptakan tahu langkah-langkah yang mesti dijalankan dalam menghadapi flu burung.
G. Pencegahan
Menurut Ririh (2006: 187-188) Tindakan pencegahan yang bisa kita kerjakan ialah:
1. Menjaga kebersihan diri sendiri antara lain mandi dan sering cuci tangan dengan sabun, terutama yang sering bersinggungan dengan unggas.
2. Membersihkan lingkungan sekitar daerah tinggal kita.
3. Menggunakan Alat Pelindung Diri (masker, sepatu, kaca mata dan topi serta sarung tangan) bagi yang biasa kontak dengan unggas.
4. Melepaskan sepatu, sandal atau bantalan kaki lainnya di luar rumah.
5. Bersihkan alat pelindung diri dengan de terjen dan air hangat, sedangkan benda yang tidak bisa kita bersihkan dengan baik mampu dimusnahkan.
6. Memilih unggas yang sehat (tidak terdapat tanda-tanda flu burung) hindari berbelanja unggas dari daerah yang diduga tertular flu burung.
7. Memilih daging unggas yang baik yaitu segar, kenyal (bila ditekan daging akan kembali mirip semula), bersih tidak berlendir, berbau dan bebas faeces dan kotoran unggas lainnya serta jauh dari lalat dan serangga lainnya.
8. Sebelum menyimpan telur unggas dicuci lebih dahulu semoga bebas dari faeces dan kotoran unggas lainnya.
9. Memasak daging dan telur unggas sampai 70 ºC sedikitnya selama 1 menit. Sejauh ini bukti ilmiah yang ada mengatakan kondusif mengkonsumsi unggas dan produknya asal telah diolah dengan baik.
10. Pola hidup sehat secara biasa mampu menangkal flu mirip istirahat cukup untuk mempertahankan daya tahan tubuh ditambah dengan makan dengan gizi sebanding serta olah raga terencana dan jangan lupa komsumsi vitamin C.
11. Hindari kontak eksklusif dengan unggas yang kemungkinan terinfeksi flu burung, dan laporkan pada petugas yang berwenang kalau melihat gejala klinis flu burung pada hewan piaraan.
12. Tutup hidung dan ekspresi kalau terkena flu agar tidak mengembangkan virus.
13. Pasien influenza disarankan banyak istirahat, banyak minum dan makan makanan bergizi.
14. Membawa hewan ke dokter binatang atau klinik hewan untuk menunjukkan imunisasi.
15. Sering mencuci kandang atau kurungan burung dengan desinfektan dan menjemurnya dibawah sinar matahari, sebab sinar ultra violet mampu mematikan virus flu burung ini.
16. Apabila anda mengunjungi pasien flu burung, ikuti petunjuk dari petugas rumah sakit untuk memakai pakaian pelindung (jas lab) masker, sarung tangan dan pelindung mata. Pada waktu meninggalkan ruangan pasien mesti melepaskan semua alat pelindung diri dan mencuci tangan dengan sabun.
17. Bila ada unggas yang mati secara tiba-tiba dengan tanda –tanda mirip flu burung harus dimusnahkan dengan cara dibakar dan dikubur sedalam 1 meter.
H. Pengobatan
Pasien yang sudah terbukti menderita flu burung umumnya akan dirawat di ruang isolasi di rumah sakit untuk menghindari penularan. Selain diusulkan untuk minum banyak cairan, mengonsumsi kuliner sehat, istirahat, dan minum obat pereda rasa sakit, dokter juga lazimnya akan menunjukkan obat-obatan antivirus semoga penyakit tidak meningkat semakin parah. Contoh obat-obatan antivirus yang mampu diberikan dalam masalah flu burung adalah seltamivir dan zanamivir Oseltamvir yaitu obat opsi utama.
Sebenarnya kedua obat ini didedikasikan guna mengobati flu umumdan sungguh efektif jika penggunaannya tidak melebihi dua hari setelah tanda-tanda muncul. Obat ini mampu diberikan secepatnya sehabis pasien dinyatakan nyata terserang flu burung.
Selain berkhasiat untuk pengobatan, oseltamivir dan zanamivir juga bisa disantap selaku obat pencegah flu burung, khususnya diberikan kepada para petugas medis yang mengatasi pasien penyakit ini dan kepada mereka yang aktivitas sehari-harinya berdekatan dengan unggas.
Pengobatan bagi penderita flu burung yaitu.
1. Oksigenasi jikalau terdapat sesak napas.
2. Hidrasi dengan tunjangan cairan parenteral (infus).
3. Pemberian obat anti virus oseltamivir 75 mg takaran tunggal selama 7 hari.
4. Amantadin diberikan pada awal infeksi, sedapat mungkin dalam waktu 48 jam pertama selama 3-5 hari dengan dosis 5 mg/kg BB perhari dibagi dalam 2 takaran. Bila berat tubuh lebih dari 45 kg diberikan 100 mg 2 kali sehari.
I. Hambatan dan Kesulitan
Pemerintah telah melaksanakan aneka macam upaya untuk memberantas penyakit flu burung yang sangat ditakuti oleh penduduk sehubungan dengan tingkat akhir hayat tinggi pada unggas dan menjadikan kerugian sungguh besar pada industri perunggasan di Indonesia, penularan penyakit pada manusia, dan mengganggu perokonomian nasional.
Belum berhasilnya pemberantasan flu burung di Indonesia dikarenakan hal-hal berikut:
1. Unggas liar selaku reservoir
Salah satu hambatan pemberantasan penyakit flu burung yaitu flu burung pada unggas liar maupun domestik tidak mengakibatkan tanda-tanda klinis bila terinfeksi. Unggas liar cuma berfungsi selaku reservoir, sehingga tubuhnya mampu mengandung virus flu burung, namun tidak menampakkan tanda-tanda klinis terserang penyakit flu burung (tampak sehat).
2. Sistem peternakan dan pemeliharaan binatang di Indonesia
Sistem peternakan di Indonesia lazimnya masih tradisional. Mayoritas tiap keluarga di Indonesia, khususnya di desa, memiliki ayam yang dipelihara dengan dilepas pada waktu siang hari untuk mencari makan. Ayam yang dilepas akan dapat melakukan kontak dengan unggas liar yang menjadi reservoir penyakit flu burung maupun kontak dengan material yang terkontaminasi virus AI, sehingga akan membuat lebih mudah penularan penyakit. Apabila satu saja dari ayam-ayam tertular flu burung dari unggas liar, maka satu flock mungkin akan tertular semuanya ketika telah kembali dikandangkan.
3. Gaya hidup masyarakat di Indonesia
Gaya hidup masyarakat Indonesia yang tidak sehat mungkin mengakibatkan penyakit flu burung mudah sekali menyebar. Kita mesti mulai menetralisir pola hidup seperti membiarkan kandang kotor, letaknya dibawah atau sungguh bersahabat degan rumah, membiarkan unggas masuk kedalam rumah, tidak berganti pakaian yang higienis sehabis mengatasi unggas, dan lain-lain.
4. Pelanggaran terhadap hukum pemerintah wacana kemudian lintas binatang
Di Indonesia, umumnya lalu lintas hewan utamanya ternak maupun produk-produknya yang ialah sumber penularan virus flu burung, masih ditemukan banyak pelanggaran yang akan mempermudah virus flu burung menyebar kemana-mana.
5. Banyak penduduk yang belum tahu tentang flu burung
Sampai saat ini, kesadaran masyarakat untuk ikut menyukseskan program pemerintah dalam pengendalian flu burung masih kurang. Hal ini alasannya adalah rata-rata tingkat pendidikan penduduk yang masih rendah terutama di desa-desa terpencil sehingga mereka lazimnya pasif dan tidak mau berupaya mencari info jika pemerintah tidak melaksanakan sosialisasi lebih intensif.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Flu Burung (Avian Influenza – AI) adalah penyakit unggas yang menular disebabkan virus influenza tipe A dari keluarga Orthomyxoviridae. Virus ini paling lazim menjangkiti unggas (misalnya ayam peliharaan, Kalkun, Itik, Puyuh, dan Angsa) juga banyak sekali jenis burung liar.
Flu burung tergolong jenis penyakit yang sungguh menular, menular dengan sangat cepat dan dapat menimbulkan maut. Penanggulangan penyakit ini harus cepat, tepat, dan cermat karena dapat menyebabkan ajal pada unggas dengan cepat. Selain pada unggas, penyakit ini juga mampu menyerang pada manusia. Penanggulangan pada penyakit ini dengan menjaga kebersihan, hindari kontak pribadi dengan hewan yang terinfeksi dan mengolah makanan hewan unggas untuk konsumsi secara masak-masak.
B. Saran
Dalam penulisan makalah Penyakit Flu Burung ini masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki. Kami selaku penulis membuka kritik dan anjuran yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Informasi-isu seputar flu burung dalam makalah ini tidak kami sebutkan semua, tetapi hanya beberapa yang mampu menunjang penyusunan makalah. Dan pada jadinya makalah ini diperlukan dapat membuat penduduk tahu akan pentingnya pencegahan dan pemberantasan penyakit flu burung yang terjadi di negara Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Darrell Withworth, dkk. 2008. Burung Liar Dan Flu Burung. Jakarta: FAO
Horimoto T, Kawaoka Y. Pandemic threat posed by avian influenza A viruses. Clin Microbiol Rev. 2001. 14(1) : 129-149.
Ririh Y, Sudarmaji. 2006. Mengenal Flu Burung dan Bagimana Kita Menyikapinya.Forum Penelitian, 1 (2): 183-196
Soejoedono, Retno D. dan Ekowati Handharyani, 2005. Flu Burung Seri Agriwawasan. Depok ; Penebar Swadaya.
Yoga A, Tjandra. 2005. Flu Burung di Manusia. Jakarta: UI-PRESS
https://www.alodokter.com/flu-burung