Kita juga sudah membaca berbagai contoh puisi wacana ibu, Sahabat, Alam, dan lain sebagainya.
Walaupun banyak macam puisi bergotong-royong puisi terdiri atau dikelompokkan dengan beberapa tema.
Apa yang dimaksud dengan tema puisi?
Tema mengacu pada penyair.
Pembaca sedikit banyak harus mengenali latar belakang penyair biar tidak salah menafsirkan tema puisi tersebut.
Karena itu, tema bersifat khusus, objektif, dan lugas.
Daftar Isi
Macam-Macam Tema Puisi
Tema yang banyak terdapat dalam puisi yakni tema:
- ketuhanan,
- tema kemanusiaan
- cinta,
- Patriotisme,
- perjuangan,
- kegagalan hidup,
- alam,
- keadilan,
- kritik sosial,
- demokrasi, dan
- tema kesetiakawanan.
Selanjutnya kita akan membahas tema tema tersebut.
1. Tema Ketuhanan (Religius)
Tema ketuhanan acap kali disebut tema religius filosofis, yaitu tema puisi yang bisa menjinjing insan untuk lebih bertakwa, lebih merenungkan kekuasaan Tuhan dan menghargai alam dan seisinya.
Drama-drama Yunani diklasifikasikan bernuansa religius alasannya menampilkan ketidakberdayaan insan di hadapan Tuhan Yang Maha penguasa, Maha Bijaksana, dan Maha Pengasih.
Puisi Chairil Anwar yang menawarkan ketidak berdayaan yang menghadapi ajal dalam “Yang Terampas dan Yang Putus” juga dapat digolongkan sebagai puisi bernuansa religius.
Contoh puisi puisi yang bertemakan ketuhanan atau religius:
- Anakku, karya JE Tatengkeng
- Padamu Jua, karya Amir Hamzah,
- Candi Mendut, karya Sanusi Pane,
- Doa, karya Chairil Anwar
- Tuhanku, karya Kirdjo Mulyo
- Doa, karya Budiman S. Hartoyo
- Perahu Kertas, karya Sapardi Djoko Damono
Bandingkan puisi” Doa” Chairil Anwar dan “Doa” karangan Budiman S. Hartoyo berikut ini.
Kepada Pemeluk Teguh
Tuhanku
Dalam terdiam
Aku masih menyebut nama-Mu
Biar sulit sangat
Mengingat kamu sarat seluruh
CayaMuu panas suci
Tinggal kedip lilin di kelam sunyi
…
(Deru Campur Debu, 1949)
Sedangkan berikut ini puisi yang berjudul “Doa” karya Budiman S. Hartoyo.
Aku mengenalMu
Aku melihatMu
Tuhanku
(Ah, apakah Kau tersenyum
Melihat tingkah lakuku yang lucu
Bersimpuh begini?)
Jangan menatap ku begitu, Tuhanku
Betapapun!
Jangan palingkan tampang-Mu
Betapapun!
Ya, Betapapun telah Kau saksikan
Pola tingkah laris selama ini
Seperti mainan gasing di tengah resah kehidupan yagn Kau putar-putar.
(Apa yang Kau maksud
Dengan kediam-diaman begitu?
Apakah terperinci kamu lihat
Dosa-dosaku?
Ah, Engkau membisu saja!)
…..
(Sebelum tidur, 1977)
Dalam puisi tersebut, penyair sungguh-sungguh khusyuk berserah diri dan ingin selalu hidup di dalam cahaya kasihmu Tuhan.
Kedua penyair merasa tidak berdaya tanpa Tuhan.
Mereka berdua juga menyadari bahwa diri mereka adalah orang-orang berdosa yang remuk, terasing, mengembara di negeri aneh, hilang bentuk, dan alasannya adalah itu tidak layak disapa oleh Tuhan.
Akan tetapi, mereka menyadari bahwa tidak ada jalan lain kecuali jalan Tuhan yang mesti disertai.
Mereka merasa tidak bisa berpaling kearah lain, kecuali ke Jalan Tuhan.
2. Tema Kemanusiaan
Melalui insiden atau bencana yang digambarkan penyair dalam puisi, ia berusaha meyakinkan pembaca perihal ketinggian martabat manusia.
Karena itu, manusia mesti dihargai, dihormati, diperhatikan hak-haknya, dan diperlakukan secara adil dan manusiawi.
Perbuatan yang mengorbankan martabat manusia, apapun alasannya mesti ditentang atau tidak disetujui.
Puisi berjudul “Gadis Peminta-minta” karya Toto Sudarto Bachtiar berikut ini bertema kemanusiaan.
Dalam puisi ini yang bercerita perihal hidup seorang pengemis yang digambarkan bermartabat lebih tinggi dari menara katedral.
Berikut teladan puisi dengan tema kemanusiaan.
Setiap kita bertemu, gadis kecil berkaleng kecil
Senyummu terlalu awet untuk kenal duka
Tengadah padaku, pada bulan merah jambu
Tapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa
Ingin aku ikut, gadis kecil berkaleng kecil
Pulang kebawah jembatan yang melulur sosok
Hidup dari kehidupan angan-angan yang gemerlapan
Gembira dari kemayaan riang
Duniamu yang lebih tinggi dari menara katedral
Melintas-lintas di atas air kotor, tapi begitu yang kamu hafal
Jiwa begitu murni, terlalu murni
Untuk bias membagi dukaku
Kalau kau mati, gadis kecil berkaleng kecil
Bulan diatas itu, tak ada yang punya
Dan kotaku, ah kotaku
Hidupnya tidak memiliki lagi tanda
Penyair menyadarkan kita bahwa gadis kecil berkaleng kecil itu mesti kita hargai, kita amati, kita tolong alasannya dia juga insan.
Dan gadis tersebut mempunyai martabat yang serupa seperti kita.
Martabat gadis itu lebih tinggi dari menara katedral artinya martabat di situ mampu jadi lebih tinggi dari orang-orang kaya atau orang beriman.
Rendra banyak menulis puisi dengan tema kemanusiaan.
Puisi-puisinya menyadarkan pembaca untuk senantiasa menghargai martabat insan selaku ciptaan Tuhan.
Kita hayati antara lain dalam puisi Rendra yang berjudul “Orang-orang Miskin.”
Orang-orang miskin di jalan
Yang tinggal di dalam selokan
Yang kalah di dalam pergulatan
Yang diledek oleh keinginan
Janganlah mereka ditinggalkan.
….
Orang-orang miskin
Orang-orang berdosa
Bayi gelap dalam batin
Rumput dan lumut Jalan Raya
Tak bisa kamu abaikan.
….
Tangan-tangan kotor dari jalanan
Meraba-raba kaca jendelamu.
Mereka tak mampu kamu hindarkan.
Jumlah mereka tak bisa kau mistik jadi nol. Mereka akan menjadi pertanyaan yang menghalangi ideologimu.
Gigi mereka yang kuning
Akan meringis dimuka agama.
….
Orang-orang miskin sukses sepanjang sejarah, bagai udara panas yang senantiasa ada, bagai gerimis yang senantiasa membayang.
Orang-orang miskin mengangkat pisau-pisau tertuju ke dada dongeng tanah paman atau ke dada mereka sendiri.
Oh Kenanglah:
Orang-orang miskin
Juga berasal dari kemah Ibrahim.
(Potret Pembangunan dalam Puisi, 1980).
3. Tema Patriotisme
Dengan puisi yang bernuansa Patriotisme, penyair mengajak pembaca untuk meneladani orang-orang yang sudah berkorban demi bangsa dan tanah air.
Mereka rela mati demi kemerdekaan.
Di bawah ini acuan-teladan puisi dengan tema patriotisme:
- Diponegoro, karya Chairil Anwar
- Karawang-Bekasi, karya Chairil Anwar
- Pahlawan Tak Dikenal, karya Toto Sudarto Bachtiar
- Kita Adalah Pemilih Sah Republik Ini, karya Taufik Ismail
- Negeriku
Berikut ini disertai puisi patriotik berjudul Diponegoro karya Chairil Anwar.
.
Di kala pembangunan ini
Tuan hidup kembali
Dan Bara takjub menjadi api
Di depan sekali Tuan menunggu
Tak Gentar. Lawan banyaknya seratus kali
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselubung semangat yang tak bisa mati
Maju
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu
Sekali memiliki arti
Sudah itu mati
…
Maju
Serbu
Serang
Terjang
(Kerikil Tajam, 1978)
Kita semua tahu bahwa Pangeran Diponegoro yakni patriotbangsa yang layak diteladani oleh seluruh bangsa Indonesia.
Di periode pembangunan ini Semangat usaha Pangeran Diponegoro harus kita hidupkan di dalam jiwa kita semua ( Tuan hidup kembali /dan Bara kagum menjadi api ).
Baris Pedang di kanan keris di kiri menawarkan perjuangan Pangeran Diponegoro yang tidak cuma disokong kekuatan militer yang berpengalaman (pedang), tetapi juga oleh kekuatan rakyat yang sesuai tradisi (keris).
Karena itu disebut berselubung semangat yang tak bisa mati.
Pasukan Diponegoro memancarkan kekuatan (bergenderang-berpalu) mengandalkan semangat kesetiakawanan dan saling mempercayai (akidah tanda menyerbu).
Chairil Anwar menyadari bahwa bila hidup ini telah diberi arti, maka kematian akan diterima dengan nrimo (sekali bermakna/sudah itu mati).
Ungkapan ini merupakan salah satu perumpamaan Chairil Anwar yang lalu menjadi sangat populer.
Bait terakhir puisi tersebut menawarkan kebulatan tekad para Patriot untuk membela bangsa dan tanah air mirip berikut ini:
Maju
serbu
Serang
terjang
Penyair menyaksikan bahwa Patriot Bangsa tidak memiliki pilihan lain dalam menghadapi penjajah Belanda, kecuali maju untuk menyerbu, menyerang dan menerjang musuh.
Karena Chairil Anwar aktif berkarya pada masa revolusi fisik untuk menjaga kemerdekaan dan mengusir penjajah, maka banyak karyanya bernuansa patriotik.
Yang cukup populer antara lain “Karawang-Bekasi”
Puisi tersebut melukiskan perjuangan satria-pahlawan dalam pertempuran antara karawang-bekasi.
Dalam puisi itu mereka meminta kita menghargai, mengenang, dan meneruskan perjuangan mereka.
4. Tema Cinta Tanah Air
Jika tema patriotisme mengungkapkan usaha membela bangsa dan tanah air, maka tema cinta tanah air berbentukpemujaan terhadap tanah kelahiran atau Negeri Tercinta.
Puisi-puisi Muhammad Yamin pada tahun 1920-an merupakan puisi yang mengungkapkan kecintaan penyair kepada tanah air.
Contoh puisi berteman cinta tanah air.
Kemana pun berjalan, terpandang
Daerah ramah di sana.
Kemanapun ngembara, kujumpa
Manusia berhati terbuka
Mesra mendapatkan
…
Riak sungai pagi-pagi
Angin keras menyibak rambut di dahi
Dan kulihat tanah pernuh darah
Tubuh beku berbaring kuyu
Menggapaikan tangan sia-sia
Berseru pun sia-sia
Ah, di manapun kamu bukakan rangkuman
Ku kan menetapa di sana
Kapan pun kamu lambaikan tangan
Ku kan tiba
Menekankan jantung ke tanah hitam.
Puisi di atas memberikan cinta penyair terhadap tanah kelahirannya, Sunda.
Di tanah itu Dek daerahnya ramah, orang-orang yang senantiasa mesra mendapatkan penyair.
Daerah yang senantiasa dirindukan, selalu menggetarkan hati, sarat sawah yang membentangkan cita-cita.
Namun derita tidak lepas dari tanahnya itu tanah penuh darah dan badan terbaring kuyu.
Korban korban kekejaman pemberontak tidak mendapatkan dukungan yang mencukupi ( tangan sia-sia/bersenyum tidak berguna).
Bagaimanapun menderitanya masyarakat di sana, penyair tetap mengasihi tanah kelahirannya sampai kapanpun ( kapan pun kamu lambaikan tangan/bukan tiba/dan menekankan jantung ke tanah hitam).
5. Tema Cinta Kasih antara Pria dan Wanita
Puisi ini juga disebut dengan puisi cinta. Yaitu puisi-puisi yang memiliki tema cinta kasih antara pria dan perempuan.
Mungkin di dalamnya berisikan wacana rindu, cinta, cemburu, ataupun kekecewaan.
Beberapa nyanyian pop liriknya ibarat puisi. Kebanyakan nyanyian pop bertemakan cinta antara pria dan wanita.
Di dalam puisi usang atau pantun kita juga mengenal tema cinta yang berupa pantun perkenalan, pantun berkasih-kasihan, pantun perpisahan, dan pantun beriba hati.
Dari jenis-jenis pantun itu mampu dinyatakan bahwa tema cinta kami juga meliputi putus cinta atau sedih alasannya cinta.
Puisi puisi rendra banyak yang bertema cinta, utamanya bab pertama kumpulan puisi/empat kumpulan sajak/yang berjudul “romansa” dan “surat kepada bunda perihal calon menantunya”.
Berikut ini beberapa contoh puisi yang bertemakan cinta kasih antara laki-laki dengan wanita.
Kutulis surat ini
periode hujan gerimis
bagai bunyi tambur yang gaib,
Dan angin mendesah
mengeluh dan mendesah,
Wahai, dik Narti,
aku cinta kepadamu !
Kutulis surat ini
masa langit menangis
dan dua ekor belibis
bercintaan dalam bak
bagai dua anak badung
jenaka dan cantik
mengibaskan ekor
serta menggetarkan bulu-bulunya,
Wahai, dik Narti,
kupinang kamu menjadi istriku !
Kaki-kaki hujan yang runcing
menyentuhkan ujungnya di bumi,
Kaki-kaki cinta yang tegas
bagai logam berat gemerlapan
menempuh ke wajah
dan tak kan kunjung diundurkan
Selusin malaikat
telah turun
di era hujan gerimis
Di wajah kaca jendela
mereka berkaca dan mencuci rambutnya
untuk ke pesta
Wahai, dik Narti
dengan busana pengantin yang bagus
bunga-bunga serta keris keramat
saya ingin membimbingmu ke altar
untuk dikawinkan
Aku melamarmu,
Kau tahu dari dahulu:
tiada lebih buruk
dan tiada lebih baik
dari lainnya…
penyair dari kehidupan sehari-hari,
orang yang bermula dari kata
kata yang bermula dari
kehidupan, pikir dan rasa
Semangat kehidupan yang berpengaruh
bagai berjuta-juta jarum alit
menusuki kulit langit:
kantong rejeki dan restu wingit
Lalu tumpahlah gerimis
Angin dan cinta
mendesah dalam gerimis.
Semangat cintaku yang kuta
batgai seribu tangan mistik
membuatkan seribu jaring
menyergap hatimu
yang senantiasa tersenyum padaku
Engkau yakni putri duyung
tawananku
Putri duyung dengan
bunyi merdu lembut
bagai angin bahari,
mendesahlah bagiku !
Angin mendesah
senantiasa mendesah
dengan ratapnya yang merdu.
Engkau ialah putri duyung
tergolek lemas
mengejap-ngejapkan matanya yang indah
dalam jaringku
Wahai, putri duyung,
saya menjaringmu
saya melamarmu
Kutulis surat ini
kala hujan gerimis
kerna langit
gadis manja dan cantik
menangis minta mainan.
Dua anak laki-laki pembangkang
bersenda gurau dalam selokan
dan langit iri melihatnya
Wahai, Dik Narti
kuingin dikau
menjadi ibu anak-anakku !
(Empat Kumpulan Sajak, 1961)
Rendra mempunyai kelebihan dalam membuat simbol simbol atau lambang pada puisi cinta nyanyi.
Seperti telah dijelaskan di depan kenapa ngabarin pertama menyebutkan hujan gerimis yang artinya kesedihan yang diderita alasannya adalah cinta kedua dewasa tidak direstui orang bau tanah si gadis.
Ungkapan tambur mainan anak peri dunia yang mistik mengembangkan kekuatan cinta dua sejoli itu yang sangat mendalam.
Bait kedua memberikan meskipun “langit menangis” artinya kesedihan sebab cintanya tidak direstui makin besar, tetapi dua sejoli itu makin mendalam cintanya mirip percintaan dua ekor belibis/bercintaan dalam bak/mengibaskan ekor/serta menggetarkan bulu-bulunya.
Kadang cintanya yang semakin mendalam, maka penyair menyatakan melamar “dik narti”-nya.
Bait ketiga dengan lebih terperinci menawarkan kekuatan dan keajaiban cinta antara sang penyair dan dik narti yang diungkapkan sebagai:
Kaki-kaki hujan yang runcing
Menyentuhkan ujungnya di bumi,
Kaki-kaki cinta yang tegas
Bagai logam berat gemerlapan
Menempuh ke paras
Dan tak kan kunjung diundurkan
Bait berikutnya memberikan kekaguman penyair terhadap kekasihnya, seorang penyanyi seriosa terkenal di yogyakarta.
Oleh alasannya adalah itu ia menyebutnya dengan putri duyung dengan suara merdu lembut bagai angin maritim mendesahlah bagiku.
Bait selanjutnya menyatakan bahwa cinta penyair betul-betul nrimo sehingga ia berniat menjadikan dik narti sebagai istri dan berharap mendapatkan anak darinya.
Penyair menyatakan hal itu dalam larik kuingin dikau/menjadi ibu anak-anakku!
Cinta antara laki-laki dan wanita dapat juga memperlihatkan kedukaan alasannya perpisahan.
Hal itu dikemukakan oleh chairil anwar dalam puisinya “senja di pelabuhan kecil dan dapat yang sebagian baik yang berbunyi selaku berikut:
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada dongeng
tiang serta temali. Kapal, bahtera tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak rajawali
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali datang di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap.
Isi puisi ini yaitu kesedihan mendalam yang dialami penyair alasannya harus berpisah dengan kekasihnya, Sri Ayati.
Ada tiga bait puisi yang kian kebawah semakin tinggi tingkat kesedihannya sampai mengungkapkan sekali datang di ujung dan sekalian selamat jalan/dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap.
Gaun kesedihan oleh kegagalan cinta itu menggema hingga jauh ke pantai ke-empat (tangisnya terdengar).
6. Tema Kerakyatan Dan Demokrasi
Tema kerakyatan/demokrasi mengungkapkan bahwa rakyat mempunyai kekuasaan sebab sebenarnya rakyatlah yang menentukan pemerintahan sebuah negara.
Puisi Hartoyo andangjaya berikut ini mengungkapkan betapa pentingnya rakyat dalam pemerintahan suatu negara:
Contoh puisi dengan tema kerakyatan:
Rakyat
Rakyat yakni kita
jutaaan tangan yang mengayun dalam kerja
di bumi di tanah tercinta
jutaan tangan mengayun bersama
membuka hutan-hutan lalang jadi ladang-ladang berbunga
mengepulkan asap dari cerobong pabrik-pabrik di kota
mengoptimalkan layar menebar jala
meraba kelam di tambang logam dan batubara
Rakyat yakni tangan yang bekerja
Rakyat adalah kita
otak yang menapak sepanjang jemaring angka-angka
yang selalu berkata dua adalah dua
yang bergerak di simpang siur garis niaga
Rakyat adalah otak yang menulis angka-angka
Rakyat yaitu kita
beragam suara di langit tanah tercinta
suara bangsi di rumah berjenjang bertangga
bunyi kecapi di pegunungan jelita
bunyi bonang mengambang di pendapa
bunyi kecak di muka pura
suara tifa di hutan kebun pala
Rakyat yaitu bunyi beraneka
Rakyat yaitu kita
puisi kaya makna di wajah semesta
di darat
hari yang beringat
gunung watu berwarna coklat
di maritim
angin yang menyapu kabut
awan menyimpan badai
Rakyat yaitu puisi di tampang semesta
Rakyat yaitu kita
darah di badan bangsa
debar sepanjang masa
(Buku Puisi, 1973)
Dalam puisi ini dinyatakan bahwa rakyat sungguh berkuasa bahkan disebut darah ditubuh bangsa/debar sepanjang masa.
7. Tema Keadilan Sosial (Protes Sosial)
Tema puisi lainnya yaitu tema keadilan sosial.
Tema keadilan sosial ditampilkan oleh puisi-puisi yang menuntut keadilan bagi kaum yang tertindas.
Puisi jenis ini juga disebut puisi protes sosial alasannya adalah mengungkapkan protes terhadap ketidakadilan di dalam penduduk yang dijalankan oleh kaum kaya hadapan penguasa tanda bahkan negara kepada rakyat jelata.
Puisi-puisi mirip Wiji Thukul, Rendra dan F Rahardi memiliki nuansa tema keadilan sosial.
Contoh puisi bertema keadilan sosial.
Puisi Rendra berikut ini memperlihatkan protes kepada ketidakadilan yang terjadi antara burung kondor dalam rakyat jelata yang miskin dengan mastodon atau pejabat kaya yang korup.
Angin gunung turun merembes ke hutan,
lalu bertiup di atas permukaan kali yang luas,
dan alhasil berumah di daun-daun tembakau.
Kemudian hatinya pilu
melihat jejak-jejak murung para petani – buruh
yang terpacak di atas tanah gembur
namun tidak memberi kemakmuran bagi penduduknya.
Para tani – buruh melakukan pekerjaan ,
berumah di gubug-gubug tanpa jendela,
menanam bibit di tanah yang subur,
memanen hasil yang berlimpah dan makmur
namun hidup mereka sendiri sengsara.
Mereka memanen untuk tuan tanah
yang mempunyai istana indah.
Keringat mereka menjadi emas
yang diambil oleh cukong-cukong pabrik cerutu di Eropa.
Dan bila mereka menuntut perataan pendapatan,
para ahli ekonomi membetulkan letak dasi,
dan menjawab dengan mengantarkondom.
Penderitaan mengalir
dari parit-parit wajah rakyatku.
Dari pagi hingga sore,
rakyat negeriku bergerak dengan lunglai,
menggapai-gapai,
menoleh ke kiri, menoleh ke kanan,
di dalam usaha tak menentu.
Di hari senja mereka menjadi onggokan sampah,
dan di malam hari mereka terpelanting ke lantai,
dan sukmanya menjelma burung kondor.
Beribu-ribu burung kondor,
berjuta-juta burung kondor,
bergerak menuju ke gunung tinggi,
dan disana mendapat hiburan dari sepi.
Karena hanya sepi
mampu menghisap dendam dan sakit hati.
Burung-burung kondor menjerit.
Di dalam murka menjerit,
bergema di tempat-kawasan yang sepi.
Burung-burung kondor menjerit
di kerikil-batu gunung menjerit
bergema di daerah-tempat yang sepi
Berjuta-juta burung kondor mencakar batu-kerikil,
mematuki batu-kerikil, mematuki udara,
dan di kota orang-orang bersiap menembaknya.
Dalam puisi di atas dikemukakan bahwa rakyat jelata yang miskin Yani burung-burung kondor tidak menerima rezeki sebab sudah dikuasai oleh para mastodon.
Responden yakni sejenis gajah purba yang sungguh besar yang melambangkan penguasa atau pejabat serakah yang ingin berkuasa terus.
8. Tema Pendidikan Budi Pekerti
Puisi puisi angkatan balai pustaka hingga angkatan 1945 kebanyakan ditulis oleh para guru.
Karena itu, tema pendidikan dan akal pekerti begitu besar lengan berkuasa ditampilkan oleh generasi ini.
Dalam puisi nama, gurindam termasuk bentuk puisi yang mengemukakan rekomendasi.
Contoh puisi dengan tema pendidikan:
Pagiku hilang telah terbang
Hari mudaku sudah pergi
Kini petang tiba membayang
Batang usiaku telah tinggi
Aku lalai di pagi hari
Beta lengah di periode muda
Kini hidup meracun hati
Miskin ilmu, miskin harta
Ah apa guna kusesalkan
Menyesal tua tiada memiliki kegunaan
Hanya menambah luka sukma
Kepada yang muda kuharapkan
Atur barisan di pagi hari
Menuju arah padang bakti
Penyair menasehatkan bahwa kaum muda harus mempersiapkan diri menyongsong periode depan.
Hal tersebut terkandung dalam bait terakhir atur barisan di hari pagi/menuju ke arah padang bakti!
Puisi karya Asrul Sani yang berjudul “surat dari ibu tanda putih juga bertemakan pendidikan.
Yaitu puisi yang berisikan nasehat seorang ibu terhadap anaknya supaya mencari wawasan dan pengalaman sebanyak mungkin di abad muda.
Ref:
https://penyair.wordpress.com/2009/08/07/sajak-burung-burung-kondor-ws-rendra/