Istilah “Archae” berasal dr bahasa Yunani archaio yang memiliki arti antik. Sebagian besar spesies Archaebacteria memang menempati lingkungan yg ekstrem & lingkungan-lingkungan ekstrem seperti ini menyerupai habitat pada bumi purbakala (bumi antik). Mereka mampu hidup di tempat yg makhluk hidup lain tak mampu ditemukan, mirip pada lingkungan yg nyaris beku di Antartika atau sebaliknya mampu didapatkan pada sumber air panas dgn temperatur 92°C.
Selain itu, Archaebacteria pula mampu ditemukan pada tempat dgn kadar garam atau kadar asam sangat tinggi. Kita dapat mengatakan bahwa Archaebacteria adalah prokariot yg tempat hidupnya di lingkungan ekstrem. Penemuan kalangan Archaebacteria ini sekarang banyak mempesona perhatian jago biologi untuk mempelajari gen-gen yg dapat mengode enzim-enzimnya guna dimanfaatkan dlm rekayasa genetik untuk menciptakan organisme-organisme gres yg mampu hidup di lingkungan ekstrem seperti mereka.
Dalam tata cara pembagian terstruktur mengenai pada metode enam kingdom, Archaeobacteria tergolong dlm satu kingdom tersendiri. Yang termasuk Archaeobacteria, yaitu basil yg hidup di sumber air panas, di tempat berkadar garam tinggi, di tempat yg panas & asam. Pertama kali diidentifikasikan pada tahun 1977 oleh Carl Woese dan George Fox. Ada tiga jenis archaebacteria menurut habitatnya, yakni metanogen, Halofil ekstrim, & Termofil ekstrim.
#1 Metanogen
Dinamai metanogen alasannya sesuai dgn metabolisme energinya yg khas, yakni H2 digunakan untuk mereduksi CO2 menjadi metana (CH4 ). Pembentukan metana ini hanya dapat terjadi dlm keadaan yg sungguh-sungguh tanpa oksigen (anaerobik obligat). Jadi, kalangan ini sungguh tak menoleransi adanya oksigen. Tatkala melakukan proses pembentukan metana (metanogenesis) bahkan akan teracuni dgn adanya oksigen.
Kelompok makhluk hidup ini hidup di lumpur & rawa tempat mikroba lain sudah menghabiskan semua oksigen. Hasil metanogenesis berupa metana, yg keluar selaku gelembung dr tempat tersebut, diketahui dgn gas rawa. Metanogen pula merupakan pengurai penting yg digunakan dlm pengolahan kotoran.
Beberapa petani telah mencoba menggunakan mikroba ini untuk mengubah sampah & kotoran hewan menjadi metana yg mampu dipakai selaku materi bakar berharga. Spesies metanogen lain menempati lingkungan anaerobik di dlm perut binatang & berperan penting dlm proses nutrisi seperti rayap, & herbivora lain utamanya yg mengandalkan masakan dr selulosa.
Contoh organisme metanogenik adalah Lachnospira multiparus (organisme ini mampu menyederhanakan pektin), Ruminococcus albus (mampu menghidrolisis selulosa), Succumonas amylotica (memiliki kemampuan menguraikan amilum) dan Methanococcus janashii (penghasil gas methane).
#2 Halofil Ektrim
Halofil berasal dr bahasa Yunani halo yang artinya garam dan philos yang artinya pencinta. Kelompok mikroba ini hidup di tempat dgn kadar garam tinggi seperti Great Salt Lake & Laut Mati. Beberapa spesies halofil ekstrem memiliki toleransi terhadap salinitas (kadar garam rendah), sementara spesies lainnya memerlukan suatu lingkungan yg sepuluh kali lebih asin dr air laut, untuk dapat berkembang.
Berbeda dgn kalangan metanogen yg anaerob obligat, kebanyakan dr golongan ini adalah aerobik obligat atau memerlukan oksigen untuk hidupnya. Contoh organisme halofil ekstrim yaitu dr Genus Halobacterium & Halococcus yg meliputi bakteri halofil ekstrem, bersifat aerob, & heterotrof (tidak dapat menciptakan makanannya sendiri).
Bakteri genus tersebut banyak didapatkan di tambak garam laut. Pada dikala terjadi penggandaan sel dr halobakterium yg mengandung karotenoid, air akan berwarna merah intensif. Selain itu, Halobakterium & Halococcus dapat tumbuh optimum pada larutan NaCl 3,5 hingga 5 molar serta bisa memanfaatkan energi cahaya untuk metabolisme tubuhnya.
#3 Termofil Ekstrim
Sesuai dgn namanya (thermo: panas, philos: suka), mikroba termofil ini mampu bertahan hidup dlm lingkungan panas. Kondisi optimum yg dibutuhkan oleh golongan ini yaitu suhu 60°C – 80°C. Sebagai acuan, genus Sulfolobus, Termoplasma, Pyrodictium & Termococcus dapat hidup di mata air panas belerang di Yellowstone National Park & mendapatkan energinya dgn cara mengoksidasi sulfur. Karena suka dgn panas & asam, kalangan ini disebut juga termoasidofil.
Termofil lain yg mampu memetabolisasi sulfur ialah Thermus aquaticus yang hidup pada suhu 105°C di tempat dekat lubang hidrotermal di bahari dalam. Seorang hebat dr University of California berjulukan James Lake, meyakini bahwa termofil ekstrem yaitu prokariota yg paling erat relasi kekerabatannya dgn eukariotik (makhluk hidup yg selnya sudah mempunyai selaput inti).
Peranan Archaebacteria dlm Kehidupan
Sebagai materi bakar biogas. Seperti yg telah dijelaskan sebelumnya, kelompok organisme metanogen melakukan metabolisme dengan-cara anaerob yakni menggunakan H2 untuk mereduksi CO2 menjadi metana (CH4 ). Dengan demikian, mikroba ini dapat dimanfaatkan untuk mengganti sampah & kotoran binatang menjadi metana yg dapat dipakai sebagai materi bakar berharga.
Sebagai materi detergen. Archaebacteria yaitu jenis organisme bersel satu yg suka hidup di tempat yg ekstrem, seperti terlalu panas, terlalu dingin, atau terlalu asam. Zat yg terkandung dlm archaebacteria ini digunakan dlm embel-embel sabun basuh karena dapat menetralisir noda dlm suhu & pH yg tinggi.
Sebagai materi industri makanan. Selain materi keras, ternyata archaebacteria pula mampu dipakai selaku bahan industri masakan yg bisa mengubah pati jagung menjadi destrin (sejenis karbohidrat) yg dibutuhkan oleh insan.
Sebagai pembersih pencemaran. Seperti halnya membersihkan noda, arhaebacteria dlm jumlah besar merupakan organisme yg sangat berfaedah menanggulangi pencemaran seperti penumpahan minyak di lautan. Kebiasaannya hidup di lingkungan ekstrem menjadikannya berhasil membersihkan pencemaran yg kotor.
Membantu pencernaan masakan. Beberapa spesies metanogen mirip Ruminococcus albus mampu menghidrolisis selulosa. Spesies ini menempati lingkungan anaerobik di dlm perut binatang & berperan penting dlm membantu pencernaan binatang seperti sapi, kambinga, kerbau & herbivora lain khususnya yg mengandalkan makanan dr selulosa.
Demikianlah artikel ihwal jenis-jenis Archaebacteria berdasarkah habitat beserta acuan & peranannya bagi kehidupan. Semoga mampu berfaedah untuk Anda. apabila terdapat kesalahan dlm penulisan huruf, kata atau kalimat mohon dimaklumi. Terimakasih atas kunjungannya & hingga jumpa di artikel berikutnya.