Perlu diketahui adalah dikala organisasi masyarakat, secara Indonesia yang dikumpulkan dari duit Indonesia misalnya akan berbeda dengan budaya Barat yang memiliki ekonomi liberal yang mereka langsungkan dengan baik.
Orang Indonesia, khususnya Dayak pada uang Indonesia, tidak mendapatkan UKM atau uang kecil pada masyarakat ekonomi inovatif dalam pendidikan keuangan mereka. Suatu pengalaman menarik seperti yang digaungkan oleh bank pancur aksih memang tidak pada orang-penduduknya, utamanya pada penyetor dan teler.
Jelas dikala mereka berkuasa secara ekonomi, mereka terlihat pada saluran bank cuma di Kalimantan. Ini memang terperinci bagaimana setiap orang pribumi Indonesia, menjadi bab pemeriksaan dari setiap mata uang yang dikenakan RI.
Kepentingan ekonomi, sosial, politik dalam negeri memang berada pada akses masyarakat adab secara lokal, dan itu nyata menurut temuan dan pengalaman setiap masyarakat yang yakin pada forum keuangan itu.
Politik seksualitas menjadi bagian dari kehidupan mereka dalam mengakses aneka macam sistem ekonomi budaya mereka yang disahkan oleh kementerian keuangan (Rp. 20.000). Bagaimana kaum mereka – mereka untuk mampu berkompetisi dengan duit lembaga yang ada di Indonesia 2009 -11.
Label yang mereka buat pada faktanya tidak sesuai dengan apa yang menjadi dasar dari kanal kehidupan sosial mereka secara agama. Berbagai persepsi itu timbul dengan adanya setiap manusia yang meyakini berbagai hal terkait dengan aspek kehidupan agama dan budaya, menjadi berlainan dengan sebelumnya.
Pada orang-penduduknya, yang terang bagaimana sistem ekonomi mampu menjelaskan banyak sekali kanal kehidupan budaya di masyarakat dengan fakta yang memang berlawanan dengan sebelumnya. Dayak – Jawa – Tionghoa – Batak dengan hasil ekonomi sosial, dan politik dari banyak sekali profesi, pedagang, pendidik, pelopor lingkungan yang memang berada pada kelas sosial kebawah dan menengah.