Vokal adalah hal yang paling dominan dalam pertunjukan teater sebab vokal yakni fasilitas komunikasi yang berkaitan dengan isi kisah apa yang ingin disampaikan. Vokal adalah “komponen paling utama untuk menyampaikan anggapan dan perasaan secara verbal dari rangkaian obrolan yang dihafal aktor”. (Japi Tambayong, 2000:19).
Vokal yakni kunci pertunjukan teater. Untuk itu, dibutuhkan latihan vokal supaya tidak terjadi kemubaziran maksud yang akan disampaikan. Ukuran baik buruknya sebuah vokal terletak pada kuat tidaknya suara itu dibuat melalui ekspresi dan juga keutuhan kandungan suara yang keluar lewat verbal. Perlu diperhatikan di sini yakni tenaga suara dari perut yang didorongkan ke atas lewat ruang resonansi dan diolah di daerah artikulasi diimbangi dengan napas yang sempurna. Sehingga syaratsyarat teknis itu mampu sampai ke pendengaran penonton dengan terperinci. Dari aneka macam hal teknis di atas dinyatakan bahwa alat vokal haruslah terlatih setiap saat agar suara yang dihasilkan mampu hingga ke pendengaran pendengar.
Beberapa bentuk latihan vokal antara lain yakni latihan pernapasan dan latihan pengucapan:
a. Latihan Pernapasan dalam Olah Vokal
Langkah-langkah untuk melatih pernapasan yaitu sebagai berikut:
1) Mula-mula melakukan penghimpunan napas yang sungguh lembut dan intens melalui hidung.
Bersamaan itu naikkan kedua belah tangan secara perlahan-lahan secara berangsur-angsur sesuai hitungan. Saat tangan berada pada posisi atas berhenti sembari menahan napas lalu menurunkan tangan dan melepas napas melalui ekspresi secara intens pula, usahakan dalam penghimpunan napas; penarikan napas, penahanan napas dari perut, dan pelepasan menggunakan waktu hitung yang serupa. Hal ini dikerjakan sampai terjadi penghangatan dari perut naik ke atas rongga resonansi hingga artikulasi.
2) Tahap kedua dinamakan latihan vokal getaran dalam.
Teknik yang dikerjakan masih sama yakni penghimpunan dan penahanan napas hanya saja waktu pelepasan memakai getaran dalam. Hal ini bertujuan agar pemain mempunyai vokal dalam yang mantap. Bunyi yang dihasilkan ialah hhmmmm. Minimal melakukannya latihan vokal getaran dalam yaitu 20 menit untuk para pemain yang mempunyai jam melayang tinggi. Bagi pemain yang gres, latihan vokal getaran dalam bersifat kondisional karena tingkat kekuatan alat artikulasi setiap individu berlainan-beda, pastinya diharapkan waktu yang lebih lama lagi.
3) Tahap ketiga adalah latihan vokal getaran luar.
Teknik yang dilakukan adalah melakukan penghimpunan napas dan penahanan napas, sedangkan pengeluaran napas memakai getaran luar. Hal ini bermaksud biar bunyi menjadi lantang dan keras. Bunyi yang umum dihasilkan ialah pelafalan aaaaaaaa yang panjang sampai udara dalam perut habis. Durasi latihan sama dengan teknik latihan vokal dalam.
b. Latihan Pengucapan dalam Olah Vokal
Tahap setelah segala rongga artikulasi penghasil suara dari perut sampai ekspresi mengalami penghangatan dan keutuhan yakni latihan
pengucapan. Hal ini bermaksud agar suara pemain terperinci secara fonem,
diksi, maupun kalimat yang mau disampaikan.
1) Tahap pertama, latihan pengucapan ialah senam ekspresi.
Senam mulut dilakukan biar mulut menjadi luwes dan tidak kaku. Segala yang berada pada kawasan mulut dan alat penghasil suara sebisa mungkin digerakkan dari pengecap, gigi, dan juga bibir.
Senam mulut dilakukan biar mulut menjadi luwes dan tidak kaku. Segala yang berada pada kawasan mulut dan alat penghasil suara sebisa mungkin digerakkan dari pengecap, gigi, dan juga bibir.
2) Pada tahap kedua, mulai mempraktikkan penggunaan ilmu-ilmu lingustik
Ilmu linguistik semisal contoh dalam ilmu fonologis pengucapan fonem vokal a,i,u,e,o, konsonan bilabial p,b, opiko-palatal dh.
Ilmu linguistik semisal contoh dalam ilmu fonologis pengucapan fonem vokal a,i,u,e,o, konsonan bilabial p,b, opiko-palatal dh.
3) Tahap ketiga ialah menghentakkan suara sekeras dan sejelas mungkin
(pola, “B”), kemudian dilanjutkan dengan satu kata, (acuan,”B-A-B-U’). Hal ini dilaksanakan berulang-ulang dengan variasi fonem dan kata berikutnya dikembangkan menjadi satu kalimat.
(pola, “B”), kemudian dilanjutkan dengan satu kata, (acuan,”B-A-B-U’). Hal ini dilaksanakan berulang-ulang dengan variasi fonem dan kata berikutnya dikembangkan menjadi satu kalimat.
Baca juga: Jenis-Jenis dan Tujuan Penyelenggaraan Tari selaku Kegiatan Pertunjukan