WARGA MASYARAKAT – Berikut ini disuguhkan kunci balasan untuk Kelas 6 SD/MI. Adik-adik dapat menggunakannya sebagai pedoman untuk berguru.
Kunci jawaban membicarakan wacana Bacaan 6 yg dimulai dr halaman 146 sampai 147, Subtema 4 Aku Cinta Membaca, Tema 7 Kepemimpinan.
Kunci jawaban ini pula diikuti bahan yg sesuai dgn Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 edisi revisi tahun 2017. Materi tersebut meliputi ‘Syukur Sepanjang Hari’.
Kunci jawaban Tema 7 Kelas 6 ini pula diperlukan mampu menolong orang tua & guru dlm mengoreksi jawaban siswa.
Kunci Jawaban Tema 7 Kelas 6 Halaman 146 & 147
Syukur Sepanjang Hari
Oleh: Santi Hendriyeti
“Iiih…lagi-lagi oseng tempe!!” gerutu Imah sambil menutup kembali tudung saji di atas meja. “Nggak ada lauk lain toh, Bu? Bosan gue Bu. Masakan Ibu begitu-begitu saja. Aku sarapan bubur ayam di akrab sekolah saja lah”, Imah terus menggerutu sambil berkemas untuk berangkat ke sekolah.
Begitulah Imah. Ibu hanya mengelus dada mendengar gerutuannya. Bukan sekali dua kali ia mengeluh atas masakan yg tersedia. Padahal, ibu selalu berupaya menawarkan hidangan sarapan lengkap bergizi. Memang lauk ayam & daging jarang tersedia, tetapi bukankah tempe & tahu pun bernilai gizi tinggi? Pikir ibu.
Imah pun mengayuh sepedanya ke sekolah. Sudah terbayang olehnya lezatnya sarapan bubur ayam di pinggir jalan itu. Dari jauh sudah dilihatnya antrian pembeli di sekeliling tukang bubur langganannya. Ikut mengantri, Imah mengamati sekelilingnya. Sebagian pembeli adalah para pegawai yg siap berangkat ke tempat kerja, sebagian lagi siswa yg belum sempat sarapan di rumah.
Di antara antrian, ada Banu teman sekelas Imah. “Hai Banu, sering pula ananda sarapan bubur ayam di sini”, sapa Imah.
“Ya sering lah. Bagaimana lagi? Ibuku tak mungkin menyediakan sarapan tiap pagi. Sebelum subuh ia sudah berangkat ke pasar. Ia harus bersiap-siap untuk berdagang di sana”, kata Banu.
“Sesungguhnya, gue lebih menikmati masakan ibuku. Lebih lezat, lebih sehat, & yg pasti dibentuk dgn penuh kasih sayang. Tapi gue paham, bukan alasannya tak sayang ibuku tak membuat sarapan untukku. Tetapi hanya alasannya adalah ia tidak punya cukup waktu, untuk mengerjakannya, beliau membantu ayah menghidupi keluarga,” tambah Banu.
“Makanya, kami sangat menikmati suasana makan malam. Makan kuliner ibu, sesederhana apa pun menunya, senantiasa terasa lebih lezat.” Banu terus berbicara, tanpa mengamati Imah yg hanya terdiam menyimak .
Tiba giliran Imah mendapatkan mangkuk buburnya. Tiba-tiba, rasa bubur ayam yg umumnya nikmat, seperti mengganjal di tenggorokannya. Imah teringat oseng tempe buatan ibu yg dibiarkannya tergeletak di meja tadi pagi.