close

Kumpulan Hadist Tentang Hutang Piutang Lengkap

Kali ini akan dishare kumpulan hadist ihwal hutang piutang lengkap dlm tulisan bahasa arab & artinya. Hendaknya persoalan hutang ini dimengerti oleh setiap muslim yg beriman agar kita tak terjerumus ke dlm hutang yg membahayakan bagi kehidupan dunia & darul baka.

Hutang piutang ini bukanlah sesuatu yg ringan dlm islam, Islam sudah mengontrol & memutuskan segala ketentuan dilema hutang ini. Kita bisa dgn mudah memperoleh dalilnya dlm kitab suci Al-Quran & hadist hadits wacana hutang seperti yg disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW.

Dalam anutan Islam, hutang-piutang yakni muamalah yg dibolehkan, tetapi diharuskan untuk sungguh berhati-hati dlm menerapkannya. Karena utang ini bisa mengirimkan seseorang ke dlm nirwana, & sebaliknya pula menjerumuskan seseorang ke dlm neraka.

Menolong & meringankan beban saudara kita dgn cara meminjamkan duit atau hutang yakni hal yg baik & mulia. Namun bagi yg berhutang, ini bukanlah sesuatu yg bia diremehkan karena ia memikul suatu tanggung jawab besar, yakni secepatnya melunasi hutangnya dgn baik.

Maka dr itu, islam mengajarkan sebaiknya untuk menghindari hutang, salah satunya lantaran hutang tersebut bisa menjinjing kecemasan dlm hidup & bahkan akan membawa pada tindakan tercela lainnya. Hutang ini memiliki metode yg sudah dikontrol dlm dalil dalil Al-Quran, salah satunya seperti yg tercantum dlm firman ALLAH SWT berikut ini :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا تَدَايَنْتُمْ بِدَيْنٍ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى فَاكْتُبُوهُ وَلْيَكْتُبْ بَيْنَكُمْ كَاتِبٌ بِالْعَدْلِ وَلا يَأْبَ كَاتِبٌ أَنْ يَكْتُبَ كَمَا عَلَّمَهُ اللَّهُ فَلْيَكْتُبْ وَلْيُمْلِلِ الَّذِي عَلَيْهِ الْحَقُّ وَلْيَتَّقِ اللَّهَ رَبَّهُ وَلا يَبْخَسْ مِنْهُ شَيْئًا فَإِنْ كَانَ الَّذِي عَلَيْهِ الْحَقُّ سَفِيهًا أَوْ ضَعِيفًا أَوْ لا يَسْتَطِيعُ أَنْ يُمِلَّ هُوَ فَلْيُمْلِلْ وَلِيُّهُ بِالْعَدْلِ وَاسْتَشْهِدُوا شَهِيدَيْنِ مِنْ رِجَالِكُمْ فَإِنْ لَمْ يَكُونَا رَجُلَيْنِ فَرَجُلٌ وَامْرَأَتَانِ مِمَّنْ تَرْضَوْنَ مِنَ الشُّهَدَاءِ أَنْ تَضِلَّ إِحْدَاهُمَا فَتُذَكِّرَ إِحْدَاهُمَا الأخْرَى وَلا يَأْبَ الشُّهَدَاءُ إِذَا مَا دُعُوا وَلا تَسْأَمُوا أَنْ تَكْتُبُوهُ صَغِيرًا أَوْ كَبِيرًا إِلَى أَجَلِهِ ذَلِكُمْ أَقْسَطُ عِنْدَ اللَّهِ وَأَقْوَمُ لِلشَّهَادَةِ وَأَدْنَى أَلا تَرْتَابُوا إِلا أَنْ تَكُونَ تِجَارَةً حَاضِرَةً تُدِيرُونَهَا بَيْنَكُمْ فَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَلا تَكْتُبُوهَا وَأَشْهِدُوا إِذَا تَبَايَعْتُمْ وَلا يُضَارَّ كَاتِبٌ وَلا شَهِيدٌ وَإِنْ تَفْعَلُوا فَإِنَّهُ فُسُوقٌ بِكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَيُعَلِّمُكُمُ اللَّهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (282)

Artinya : “Hai orang-orang yg beriman, apabila ananda bermu’amalah tak dengan-cara tunai untuk waktu yg diputuskan, hendaklah ananda menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara ananda menuliskannya dgn benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah sudah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, & hendaklah orang yg berhutang itu mengimlakkan (apa yg ditulis itu), & hendaklah ia bertakwa pada Allah Rabbnya, & janganlah ia mengurangi sedikitpun ketimbang hutangnya. Jika yg berhutang itu orang yg lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau ia sendiri tak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dgn jujur. Dan persaksikanlah dgn dua orang saksi dr orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki & dua orang wanita dr saksi-saksi yg ananda ridhai, supaya jika seorang lupa maka seorang lagi mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi informasi) apabila mereka diundang, & janganlah ananda jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar hingga deadline membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah & lebih mampu menguatkan persaksian & lebih akrab pada tak (mengakibatkan) keraguanmu. (Tulislah mu’amalahmu itu), kecuali kalau mu’amalah itu perdagangan tunai yg ananda jalankan di antara kamu, maka tak ada dosa bagi kamu, (jika) ananda tak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila ananda berjual beli ; & janganlah penulis & saksi saling sulit-menyulitkan. Jika ananda lakukan (yang demikian) maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah pada Allah ; Allah mengajarmu ; & Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”. (QS. Al-Baqarah: 282)

Melihat ayat tersebut, maka bisa kita ketahui bahwa berhutang bukanlah sesuatu yg gampang & agama telah menertibkan bagaimana tata caranya. Dalam hadist wacana hutang pun dijelaskan mengenai bagaimana hukumnya orang yg tak melunasi hutang, bagaimana cara membayar hutang yg baik, bagaimana bila mengikhlaskan hutang, keharusan mengeluarkan uang hutang, azab mati meninggalkan hutang, menunda bayar hutang, hukum menagih hutang & hal hal lain berkaitan dgn hutang piutang yang lain.

Kali ini akan dishare kumpulan hadist tentang hutang piutang lengkap dlm tulisan bahasa  Kumpulan Hadist Tentang Hutang Piutang Lengkap

Hal ini penting biar persoalan hutang piutang ini bisa dipahami bagi setiap muslim yg beriman, serta semoga tak mudah bagi setiap orang untuk berhutang karena rugilah mereka yg berhutang namun tak membayar atau menangguhkan pembayarannya.

Dan pribadi saja selengkapnya simak berikut ini daftar kumpulan hadist tentang hutang piutang yg shahih lengkap dlm lafadz arab & terjemahan bahasa Indonesianya.

Hadist Tentang Hutang dlm Bahasa Arab & Artinya

نَفْسُ الْمُؤْمِنِ مُعَلَّقَةٌ بِدَيْنِهِ حَتَّى يُقْضَى عَنْهُ
“Jiwa seorang mukmin tergantung karena hutangnya, sampai hutang itu dilunaskannya.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ﺃَﻳُّﻤَﺎ ﺭَﺟُﻞٍ ﻳَﺪَﻳَّﻦُ ﺩَﻳْﻨًﺎ ﻭَﻫُﻮَ ﻣُﺠْﻤِﻊٌ ﺃَﻥْ ﻻَ ﻳُﻮَﻓِّﻴَﻪُ ﺇِﻳَّﺎﻩُ ﻟَﻘِﻰَ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﺳَﺎﺭِﻗًﺎ
“Siapa saja yg berhutang kemudian berencana tak mau melunasinya, maka ia akan berjumpa Allah (pada hari akhir zaman) dlm status sebagai pencuri.”

« مَنْ فَارَقَ الرُّوحُ الْجَسَدَ وَهُوَ بَرِىءٌ مِنْ ثَلاَثٍ دَخَلَ الْجَنَّةَ مِنَ الْكِبْرِ وَالْغُلُولِ وَالدَّيْنِ »
“Barangsiapa yg rohnya berpisah dr jasadnya dlm keadaan terbebas dr tiga hal, niscaya masuk nirwana: (pertama) bebas dr sombong, (kedua) dr khianat, & (ketiga) dr tanggungan hutang.” (HR. Ibnu Majah II/806 no: 2412, & At-Tirmidzi IV/138 no: 1573)

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ « مَطْلُ الْغَنِىِّ ظُلْمٌ ، فَإِذَا أُتْبِعَ أَحَدُكُمْ عَلَى مَلِىٍّ فَلْيَتْبَعْ »
Dari Abu Hurairah , bahwa Rasulullah  bersabda: “Memperlambat pembayaran hutang yg dilaksanakan oleh orang kaya merupakan perbuatan zhalim. Jika salah seorang ananda dialihkan pada orang yg mudah membayar hutang, maka hendaklah beralih (diterima pengalihan tersebut)”. (HR. Bukhari dlm Shahihnya IV/585 no.2287, & Muslim dlm Shahihnya V/471 no.3978, dr hadits Abu Hurairah .)

قَالَ حُذَيْفَةُ وَسَمِعْتُهُ يَقُولُ « إِنَّ رَجُلاً كَانَ فِيمَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ أَتَاهُ الْمَلَكُ لِيَقْبِضَ رُوحَهُ فَقِيلَ لَهُ هَلْ عَمِلْتَ مِنْ خَيْرٍ قَالَ مَا أَعْلَمُ ، قِيلَ لَهُ انْظُرْ . قَالَ مَا أَعْلَمُ شَيْئًا غَيْرَ أَنِّى كُنْتُ أُبَايِعُ النَّاسَ فِى الدُّنْيَا وَأُجَازِيهِمْ ، فَأُنْظِرُ الْمُوسِرَ ، وَأَتَجَاوَزُ عَنِ الْمُعْسِرِ . فَأَدْخَلَهُ اللَّهُ الْجَنَّةَ »
Artinya:Dari teman Hudzaifah, dia pernah mendengar Rasulullah bersabda:“Ada seorang pria yg hidup di zaman sebelum kalian. Lalu datanglah seorang malaikat ajal yg akan mencabut rohnya. Dikatakan kepadanya (oleh malaikat kematian): “Apakah kamu-sekalian sudah berbuat kebaikan?” Laki-laki itu menjawab: “Aku tak mengetahuinya.” Malaikat akhir hayat berkata: “ Telitilah kembali apakah kau-sekalian telah berbuat kebaikan.” ia menjawab: “Aku tak mengetahui sesuatu pun amalan baik yg telah gue kerjakan selain bahwa dulu gue suka berjual beli barang dgn manusia tatkala di dunia & gue selalu mencukupi kebutuhan mereka. Aku memberi keluasan dlm pembayaran hutang bagi orang yg memiliki kesanggupan & gue membebaskan tanggungan orang yg kesusahan.” Maka Allah (dengan alasannya itu) memasukkannya ke dlm surga.” (HR. Bukhari III/1272 no.3266)

Diriwayatkan dr Abu Qatadah radhiallaahu ‘anhu dr Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bantu-membantu seseorang mengajukan pertanyaan pada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam:
( أَرَأَيْتَ إِنْ قُتِلْتُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ أَتُكَفَّرُ عَنِّى خَطَايَاىَ ؟)
“Bagaimana menurutmu jika gue terbunuh di jalan Allah, apakah dosa-dosaku akan diampuni?”
Beliau pun menjawab:
( نَعَمْ وَأَنْتَ صَابِرٌ مُحْتَسِبٌ مُقْبِلٌ غَيْرُ مُدْبِرٍ إِلاَّ الدَّيْنَ فَإِنَّ جِبْرِيلَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ قَالَ لِى ذَلِكَ )
“Ya, dgn syarat kau-sekalian tabah, menginginkan ganjarannya, maju berperang & tak melarikan diri, kecuali hutang. Sesungguhnya Jibril ‘alaihissalam baru memberitahuku hal tersebut” (HR Muslim no. 4880/1885)

( مَنْ أَخَذَ أَمْوَالَ النَّاسِ يُرِيدُ أَدَاءَهَا أَدَّى اللَّهُ عَنْهُ ، وَمَنْ أَخَذَ يُرِيدُ إِتْلاَفَهَا أَتْلَفَهُ اللَّهُ.)
Artinya:“Barang siapa meminjam harta manusia & ia ingin membayarnya, maka Allah akan membayarkannya. Barang siapa yg meminjamnya & ia tidak mau membayarnya, maka Allah akan menghilangkan harta tersebut darinya.” (HR Al-Bukhaari no. 2387)

“كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم لاَ يُصَلِّى عَلَى رَجُلٍ مَاتَ وَعَلَيْهِ دَيْنٌ فَأُتِىَ بِمَيِّتٍ فَقَالَ: «أَعَلَيْهِ دَيْنٌ». قَالُوا: نَعَمْ دِينَارَانِ. قَالَ: «صَلُّوا عَلَى صَاحِبِكُمْ». فَقَالَ أَبُو قَتَادَةَ الأَنْصَارِىُّ: هُمَا عَلَىَّ يَا رَسُولَ اللَّهِ. فَصَلَّى عَلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم”.
“Dahulu Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam tak mensholatkan seseorang meninggal yg ia mempunyai hutang. Didatangkan pada ia dgn seorang mayat, maka ia berkata: “Apakah ia memiliki hutang?”, mereka menjawab: “Iya, ia memiliki hutang dua dinar”, maka beliau berkata: “Sholatlah kalian untuk kerabat kalian!”. Maka Abu Qotadah Al-Anshoriy berkata: “Dua dinar itu gue yg akan bayar wahai Rosululloh, maka Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam mensholatkannya”.

كَانَ يَدْعُو فِى الصَّلاَةِ وَيَقُولُ « اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْمَأْثَمِ وَالْمَغْرَمِ » . فَقَالَ لَهُ قَائِلٌ مَا أَكْثَرَ مَا تَسْتَعِيذُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مِنَ الْمَغْرَمِ قَالَ « إِنَّ الرَّجُلَ إِذَا غَرِمَ حَدَّثَ فَكَذَبَ وَوَعَدَ فَأَخْلَفَ » .
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berdo’a di akhir shalat (sebelum salam): ALLAHUMMA INNI A’UDZU BIKA MINAL MA’TSAMI WAL MAGHROM (Ya Allah, gue berlindung kepadamu dr berbuat dosa & banyak utang).” Lalu ada yg berkata pada ia shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Kenapa kau-sekalian sering meminta proteksi yakni dlm problem hutang?” Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika orang yg berhutang berkata, ia akan sering berdusta. Jika ia berjanji, ia akan mengingkari.” (HR. Bukhari no. 2397)

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anuma, dr Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dia bersabda :
نَفْسُ الْـمُؤْمِنِ مُعَلَّقَةٌ بِدَيْنِهِ حَتَّىٰ يُقْضَى عَنْهُ
Jiwa seorang mukmin itu terkatung-katung dgn alasannya adalah utangnya hingga hutang dilunasi.

يُغْفَرُ لِلشَّهِيدِ كُلُّ ذَنْبٍ إِلاَّ الدَّيْنَ
“orang yg mati syahid maka akan diampuni dosanya kecuali orang yg memiliki hutang.”(Hadits riwayat Muslim)

إِنَّ خِيَارَكُمْ أَحْسَنُكُمْ قَضَاءً
“Sesungguhnya yg paling di antara kalian adalah yg paling baik dlm mengeluarkan uang hutang.” (HR. Bukhari no. 2393)

مَنْ أَخَذَ أَمْوَالَ النَّاسِ يُرِيدُ إِتْلاَفَهَا أَتْلَفَهُ اللَّهُ
“Barangsiapa yg mengambil harta manusia, dgn niat ingin menghancurkannya, maka Allah pula akan merusak dirinya.” (HR. Bukhari no. 18 & Ibnu Majah no. 2411)

مَنْ مَاتَ وَعَلَيْهِ دِينَارٌ أَوْ دِرْهَمٌ قُضِىَ مِنْ حَسَنَاتِهِ لَيْسَ ثَمَّ دِينَارٌ وَلاَ دِرْهَمٌ
“Barangsiapa yg mati dlm kondisi masih memiliki hutang satu dinar atau satu dirham, maka hutang tersebut akan dilunasi dgn kebaikannya (di hari kiamat nanti) lantaran di sana (di akhirat) tak ada lagi dinar & dirham.” (HR. Ibnu Majah no. 2414)

«وَمَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللهُ فِي حَاجَتِهِ وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً فَرَّجَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرُبَاتِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ».
“Dan barang siapa yg keberadaannya pada hajat saudaranya maka Allah pada hajatnya, & barang siapa membebaskan dr seorang muslim terhadap suatu kesusahan maka Alloh membebaskan darinya suatu kesusahan dr kesulitan-kesulitannya pada hari akhir zaman”. Diriwayatkan oleh Al-Bukhoriy & Muslim dr hadits Abdulloh bin ‘Umar Rodhiyallohu ‘anhuma.

Rasululloh Shollallohu’Alaihi wa Sallam dulu memberikan jaminan bagi yg hutang, Jabir Radhiyallohu ‘anhu berkata:
“فَلَمَّا فَتَحَ اللَّهُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: «أَنَا أَوْلَى بِكُلِّ مُؤْمِنٍ مِنْ نَفْسِهِ فَمَنْ تَرَكَ دَيْنًا فَعَلَىَّ قَضَاؤُهُ وَمَنْ تَرَكَ مَالاً فَلِوَرَثَتِهِ».
“Tatkala Allah sudah membukakan (pintu kemenangan) pada Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam maka ia berkata: “Saya lebih utama terhadap setiap mu’min dr dirinya, maka barang siapa meninggalkan hutang maka gue yg akan membayarnya, & barang siapa meninggalkan harta maka harta itu untuk para pewarisnya”.

إِنَّ اللَّهَ مَعَ الدَّائِنِ حَتَّى يَقْضِىَ دَيْنَهُ مَا لَمْ يَكُنْ فِيمَا يَكْرَهُ اللَّهُ
“Allah akan bareng (memberi pertolongan pada) orang yg berhutang (yang ingin melunasi hutangnya) sampai ia melunasi hutang tersebut selama hutang tersebut bukanlah sesuatu yg dilarang oleh Allah.” (HR. Ibnu Majah no. 2400)

من سره أن ينجيه الله من كرب يوم القيامة فلينفس عن معسر أو يضع عنه.
Barang siapa ingin diselamatkan oleh Allah dr kesusahan-kesusahan hari Kiamat maka hendaklah ia memberi handal pada orang yg dlm kesukaran atau menghapuskan utangnya. (H.R. Muslim)

من أنظر معسرا أو وضع له أظله الله في ظله.
Barang siapa memberi handal pada orang yg dlm kesukaran atau menghapuskan utangnya maka Allah akan menanunginya di dlm naungan-Nya. (H.R. Thabrani & Tirmidzi)

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُقْرِضُ مُسْلِمًا قَرْضًا مَرَّتَيْنِ إِلاَّ كَانَ كَصَدَقَتِهَا مَرَّةً
“Setiap muslim yg menawarkan pinjaman pada sesamanya dua kali, maka ia itu mirip orang yg berzakat satu kali.” (HR. Ibnu Majah)

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – قَالَ كَانَ لِرَجُلٍ عَلَى النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – سِنٌّ مِنَ الإِبِلِ فَجَاءَهُ يَتَقَاضَاهُ فَقَالَ – صلى الله عليه وسلم – « أَعْطُوهُ » . فَطَلَبُوا سِنَّهُ ، فَلَمْ يَجِدُوا لَهُ إِلاَّ سِنًّا فَوْقَهَا . فَقَالَ « أَعْطُوهُ » . فَقَالَ أَوْفَيْتَنِى ، وَفَّى اللَّهُ بِكَ . قَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « إِنَّ خِيَارَكُمْ أَحْسَنُكُمْ قَضَاءً »
Dari Abu Hurairah , ia berkata: “Nabi mempunyai hutang pada seseorang, (yaitu) seekor unta dgn usia tertentu. Orang itupun datang menagihnya. (Maka) beliaupun berkata, “Berikan kepadanya” kemudian mereka mencari yg seusia dgn untanya, akan tetapi mereka tak memperoleh kecuali yg lebih berumur dr untanya. Nabi (pun) berkata: “Berikan kepadanya”, ia pun menjawab, “Engkau telah menunaikannya dgn lebih. Semoga Allah  membalas dgn setimpal”. Maka Nabi  bersabda, “Sebaik-baik kalian yakni orang yg paling baik dlm pengembalian (hutang)”. (HR. Bukhari)

وعَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ أَتَيْتُ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – وَهُوَ فِى الْمَسْجِدِ – وَكَانَ لِى عَلَيْهِ دَيْنٌ فَقَضَانِى وَزَادَنِى
Dari Jabir bin Abdullah  ia berkata: “Aku mendatangi Nabi di masjid, sedangkan beliau mempunyai hutang kepadaku, lalu ia membayarnya dam menambahkannya”. (HR. Bukhari)

لاَ يَحِلُّ سَلَفٌ وَبَيْعٌ
“Tidak dihalalkan melaksanakan peminjaman plus jual beli.” (HR. Abu Daud no.3504, At-Tirmidzi no.1234, An-Nasa’I VII/288)
( مَطْلُ الْغَنِيِّ ظُلْمٌ )
“Memperlambat pembayaran hutang untuk orang yg bisa membayarnya ialah kezaliman.” (HR Al-Bukhaari no. 2288 & Muslim no. 4002/1564)

عَنْ سَمُرَةَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « عَلَى الْيَدِ مَا أَخَذَتْ حَتَّى تُؤَدِّىَ »
Dari Samurah , Nabi  bersabda: “Tangan bertanggung jawab atas semua yg diambilnya, hingga ia menunaikannya”. (HR. Abu Dawud dlm Kitab Al-Buyu’, Tirmidzi dlm kitab Al-buyu’, & selainnya.)

« مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُظِلَّهُ اللَّهُ فِى ظِلِّهِ – فَلْيُنْظِرْ مُعْسِرًا أَوْ لِيَضَعْ لَهُ »
Artinya:“Barangsiapa yg ingin dinaungi Allah dgn naungan-Nya (pada hari akhir zaman, pen), maka hendaklah ia menangguhkan waktu pelunasan hutang bagi orang yg sedang kesusahan, atau hendaklah ia menggugurkan hutangnya.” (HR Ibnu Majah II/808 no. 2419)

( عَنْ سَلَمَةَ بْنِ الأَكْوَعِ –رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ– قَالَ: كُنَّا جُلُوسًا عِنْدَ النَّبِيِّ –صلى الله عليه وسلم– إِذْ أُتِيَ بِجَنَازَةٍ، فَقَالُوا: صَلِّ عَلَيْهَا ، فَقَالَ : (( هَلْ عَلَيْهِ دَيْنٌ ؟ )), قَالُوا: لاَ، قَالَ: (( فَهَلْ تَرَكَ شَيْئًا ؟ )), قَالُوا: لاَ، فَصَلَّى عَلَيْهِ، ثُمَّ أُتِيَ بِجَنَازَةٍ أُخْرَى، فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ، صَلِّ عَلَيْهَا، قَالَ: (( هَلْ عَلَيْهِ دَيْنٌ ؟ )) قِيلَ : نَعَمْ ، قَالَ: (( فَهَلْ تَرَكَ شَيْئًا؟ )) قَالُوا : ثَلاَثَةَ دَنَانِيرَ، فَصَلَّى عَلَيْهَا، ثُمَّ أُتِيَ بِالثَّالِثَةِ، فَقَالُوا: صَلِّ عَلَيْهَا، قَالَ: (( هَلْ تَرَك شَيْئًا؟ )) قَالُوا : لاَ، قَالَ: (( فَهَلْ عَلَيْهِ دَيْنٌ ؟ )) قَالُوا: ثَلاَثَةُ دَنَانِيرَ ، قَالَ: (( صَلُّوا عَلَى صَاحِبِكُمْ ))، قَالَ أَبُو قَتَادَةَ: صَلِّ عَلَيْهِ يَا رَسُولَ اللهِ، وَعَلَيَّ دَيْنُهُ، فَصَلَّى عَلَيْهِ.)
Diriwayatkan dr Salamah bin Al-Akwa’ radhiallaahu ‘anhu, ia berkata, “Dulu kami duduk-duduk di sisi Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, kemudian didatangkanlah seorang mayit. Orang-orang yg menjinjing mayit itu pun berkata, ‘Shalatilah dia!’ Beliau pun bertanya, ‘Apakah ia punya hutang?’ Mereka pun menjawab, ‘Tidak.’ Beliau pun bertanya, ‘Apakah ia meninggalkan harta peninggalan?’ Mereka pun menjawab, ‘Tidak.’ Kemudian dia pun menshalatinya. Kemudian didatangkan lagi mayat yg lain. Orang-orang yg membawanya pun berkata, ‘Shalatilah dia!’ Beliau pun mengajukan pertanyaan, ‘Apakah ia punya hutang?’ Mereka pun menjawab, ‘Ya.’ Beliau pun bertanya, ‘Apakah ia meninggalkan harta peninggalan?’ Mereka pun menjawab, ‘Ada tiga dinar.’ Kemudian beliau pun menshalatinya. Kemudian didatangkanlah mayit yg ketiga. Orang-orang yg membawanya pun berkata, ‘Shalatilah dia!’ Beliau pun mengajukan pertanyaan, ‘Apakah ia meninggalkan harta peninggalan?’ Mereka pun menjawab, ‘Tidak.’Beliau pun bertanya, ‘Apakah ia punya hutang?’ Mereka pun menjawab, ‘Ada tiga dinar.’ Beliau pun berkata, ‘Shalatlah kalian pada sobat kalian! Kemudian Abu Qatadah pun berkata, ‘Shalatilah dia! Ya Rasulullah! Hutangnya menjadi tanggung jawabku.’ Kemudian dia pun menshalatinya.” (HR Al-Bukhaari no. 2289)

( لَعَنَ اللَّهُ آكِلَ الرِّبَا ، وَمُوكِلَهُ ، وَشَاهِدَهُ ، وَكَاتِبَهُ.)
“Allah melaknat pemakan riba, yg memberi makan, saksi & juru tulisnya” (HR Ahmad no. 3725.)

“أَنَّهُ تَقَاضَى ابْنَ أَبِي حَدْرَدٍ دَيْنًا لَهُ عَلَيْهِ فِي عَهْدِ رَسُولِ اللهِ صَلى الله عَليهِ وَسَلّمَ فِي الْمَسْجِدِ فَارْتَفَعَتْ أَصْوَاتُهُمَا حَتَّى سَمِعَهَا رَسُولُ اللهِ صَلى الله عَليهِ وَسَلّمَ وَهُوَ فِي بَيْتِهِ فَخَرَجَ إِلَيْهِمَا رَسُولُ اللهِ صَلى الله عَليهِ وَسَلّمَ حَتَّى كَشَفَ سِجْفَ حُجْرَتِهِ وَنَادَى كَعْبَ بْنَ مَالِكٍ قَالَ: «يَا كَعْبُ» قَالَ: لَبَّيْكَ يَا رَسُولَ اللهِ فَأَشَارَ بِيَدِهِ أَنْ: «ضَعِ الشَّطْرَ مِنْ دَيْنِكَ» قَالَ كَعْبٌ: قَدْ فَعَلْتُ يَا رَسُولَ اللهِ، قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلى الله عَليهِ وَسَلّمَ: «قُمْ فَاقْضِهِ»”.
“Bahwasanya dia membayar pada Ibnu Abi Hadrod suatu hutang beliau kepadanya pada zaman Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam di dlm masjid, kemudian meninggi bunyi keduanya sampai Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam mendengar suaranya, & dia di dlm rumahnya, lalu Beliau Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam keluar pada keduanya hingga membuka kain tabir pintu kamar dia, & beliau menyeru Ka’b bin Malik: “Wahai Ka’b!”, Ka’b berkata: “Kupenuhi seruanmu wahai Rosululloh”, lalu Beliau Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam menawarkan arahan dgn tangannya: “Bayarlah separoh dr hutangmu”, Ka’b berkata: “Sungguh gue telah melakukannya wahai Rosululloh”, maka Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam berkata: “Berdirilah kemudian tunaikanlah”. (HR Bukhori)

Dari Jabir bin Abdullah, ia berkata: (Ayahku) Abdullah meninggal & ia meninggalkan banyak anak & hutang. Maka gue memohon pada pemilik hutang biar mereka mau mengurangi jumlah hutangnya, akan tetapi mereka enggan. Akupun mengunjungi Nabi  meminta syafaat (sumbangan) pada mereka. (Namun) merekapun tak mau. Beliau  berkata, “Pisahkan kormamu sesuai dgn jenisnya. Tandan Ibnu Zaid satu kalangan. Yang lembut satu kalangan, & Ajwa satu golongan, lalu datangkan kepadaku.” (Maka) akupun melakukannya. Beliau  pun tiba lalu duduk & menimbang setiap mereka sampai lunas, & kurma masih tersisa seperti tak disentuh. (HR. Bukhari).

Itulah daftar kumpulan hadist wacana hutang piutang lengkap bahasa arab & artinya. Insyaallah semua hadits Nabi Muhammad SAW kali ini bermanfaat bagi kita semua khususnya dlm memahamai hakikat hutang piutang dlm syariat agama islam mulai dr aturan & tata caranya. Wallahu a’lam.