Masalah sosial intinya merupakan proses dimana berlangsungnya orang dengan merumuskan suatu kondisi. Baik itu cuma berdasar prasangka ataupun menurut fakta yang actual. Hal ini tentunya berkaitan dengan upaya mencari perbaikan kondisi yang dikeluhkan.
Kondisi yang mengakibatkan persoalan dalam proses yang melibatkan interaksi antara orang yang mengemukakan unek-unek, orang dan penyebab keluhan dan forum lama atau baru yang merasa bertanggung jawab dalam upaya mencari perbaikan.
Cara menanggulangi duduk perkara menurut perspektif ini ialah dengan cara membantu orang dalam mengetahui dilema itu. Ketika diketahui bahwa banyak sekali problem terkait dengan perspektif konstruksionisme sosial yang diajukan oleh para mahir critical theory, maka mereka para andal critical theory itu dinyatakan bahwa konstruksionisme sudah gagal menjelaskan persoalan sosial dalam konteks struktur yang menindas seperti apa yang terjadi di penduduk Barat (kapitalisme, patriarkhis, dan rasisme).
Dengan kata lain, aneka macam terkait dengan rasisme menjadi bagian dari hubungan antara Claim making activity dengan kepentingan sosial dan kekuasaan. Selain itu, konstruksionisme juga dengan sengaja mengabaikan beberapa duduk perkara sosial yang serius dikarenakan dengan mengetahui tanpa mengabaikan, hal ini ialah konstrusionisme akan berlawanan. Berhadapan dengan kepentingan yang lebih besar.
Maka, untuk memperkuat status qou secara sosial politik ketimbang dengan melawannya. Hal ini, mampu dikenali bagaimana proses yang berhubungan dengan faktor budaya di penduduk yang menyimpang dari problem agama contohnya, maka dalam hal ini penting untuk dikenali desain dan persoalan sosial apa yang di alami masing-masing problem tersebut.
Prespektif labeling akan meningkat sesuai dengan perspektif prilaku menyimpang menjadi popular dengan kenyataannya banyak tanda-tanda baru yang tidak mampu di jelaskan apa yang menjadi hambatan dengan prilaku menyimpang sesuai dengan dorongan untuk berbagi perspektif gres.
Pada dasarnya sebuah prespektif memiliki pendekatan tersendiri dalam menyaksikan duduk perkara sosial yang terjadi, yang memang berada pada kondisi sosial budaya yang dikenali tidak lepas dari rancangan sebuah problem patriarkhi.
Terkait dengan hal itu juga, maka perlu dimengerti banyak sekali kondisi terkait dengan aspek masalah sosial yang memiliki dampak pada dinamika budaya sosial di penduduk , misalnya budaya kerja pada penduduk Barat, akan berbeda dengan penduduk agraris.
Berbagai kondisi yang dapat dipaparkan akan menerangkan banyak sekali duduk perkara dari sistem sosial budaya di masyarakat, yang memiliki dampak pada dinamika sosial yang mau dipahami dengan kebudayaan sosial yang layak diketahui pada aspek kepentingan ekonomi sosial, tentunya itu dasar dari dilema sosial yang perlu dipahami setidaknya pada tataran penduduk ketika ini.