Konsep Bermain Sambil Mencar Ilmu

Konsep bermain sambil mencar ilmu – bermain yaitu sebuah kegiatan yang serius, namun mengasyikan. Melalui kegiatan bermain, banyak sekali pekerjaanya terwujud. Bermain ialah acara yang dipilih sendiri oleh anak, karena menyenangkan bukan alasannya adalah akan mendapatkan hadiah atas pujian. 


Bermain yaitu salah satu alat utama yang menjadi latihan umuk pertumbuhannya. Bermain yakni medium, di mana si anak mencobakan diri, bukan saja dalam fantasinya namun juga benar faktual secara aktif. Bila anak bermain secara bebas, sesuai kemauan maupun sesuai kecepatannya sendiri, maka beliau melatih kemampuannya.
 

 bermain adalah suatu kegiatan yang serius Konsep Bermain Sambil BelajarPermainan yakni alat bagi anak untuk menjelajahi dunianya, dari yang tidak la identifikasi sampai pada yang la pahami dan dari yang tidak dapat diperbuatnya, hingga mampu melakukannya. Makara, bermain memiliki nilai dan ciri yang penting dalam perkembangan pertumbuhan kehidupan sehari-hari seorang anak.

  1. Bermain mempunyai berbagai arti. Pada permulaan setiap pengalam­an bermain mempunyai komponen risiko. Ada risiko bagi anak untuk belajar berlangsung sendiri, naik sepeda sendiri, berenang, ataupun meloncat. Betapa pun sederhana permainannya, bagian risiko itu selalu ada.
  2. Unsur lain yakni pengulangan. Dengan pengulangan, anak mendapatkan peluang mengkonsolidasikan keterampilannya yang mesti diwujudkannya dalam banyak sekali permainan dengan aneka macam nuansa yang berlainan. Sesudah pengulangan itu ber­eksklusif, anak akan meningkatkan keterampilannya yang lebih kompleks. Melalui aneka macam permainan yang diulang, dia me­meroleh kemampuan aksesori untuk melakukan kegiatan lain.
  3. Fakta bahwa kegiatan permainan sederhana mampu menjadi kendaraan (vehicle) umuk menjadi hajat permainan yang begitu kompleks, dapat dilihat dan terbukti pada periode mereka menjadi akil balig cukup akal.
  4. Melalui bermain anak secara kondusif dapat menyatakan keperluan­nya tanpa dieksekusi atau terkena teguran, umpama: dia bisa bermain tugas selaku ibu atau bapak yang galak, atau sebagai bayi atau anak yang mendambakan kasih sayang. Di dalam semua permainan itu beliau dapat menyatakan rasa benci, takut, dan gangguan emosional.
  Bentuk-Bentuk Belajar (Lanjutan)

Memahami Bermain Sambil Belajar

Dengan mengerti arti bermain bagi anak, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa bermain ialah sebuah kebutuhan bagi anak. Dengan merancang pelajaran tertentu untuk dijalankan sambil bermain, maka anak belajar sesuai dengan permintaan taraf perkembangannya.

Bahkan, kalau kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, ada satu tahap kemajuan yang berfungsi kurang baik dan ini tidak akan terlihat secara kasatmata secepatnya, melainkan gres kelak jikalau ia sudah menjadi dewasa. Ada 2 hal yang terkait dengan persoalan ini.

  1. Perkembangan kognitif anak pada umur ini menawarkan bahwa dia berada pada taraf praoperasional sampai pada tahap operasi konkret. Ciri-ciri dari tahap kemajuan yang ditandai oleh childhood education, adalah perkembangan bahasa dan ke­mampuan berpikir memecahkan problem dengan menggunakan lambang tertentu. Makin ia memasuki tahap perkembangan operasi positif, maka semakin mampu beliau berpikir logis, walaupun segala sesuatu pelajaran yang bersifat formal belum menjadi suasana yang diakrabi secara alamiah. Makin usang maka usai fase operasi positif, secara bertahap ia memasuki fase operasi formal.
  2. Hal kedua terkait dengan yang dikatakan dimuka, berkaitan dengan fungsi otak kita. Seperti dikenali, kedua penggalan otak kita, kiri dan kanan, mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Belahan otak kiri mempunyai fungsi, ciri dan respons untuk berfikir logis, terstruktur, dan linier. Sebaliknya, penggalan fungsi otak kanan utamanya dikembangkan umuk bisa berpikir holistik, imaginatif dan kreatif. Bila anak belajar formal (mirip banyak hafal-menghafal) pada umur muda, maka serpihan otak kiri yang berfungsi linier, logis, dan terencana amat dipentingkan dalam perkembangannya dan ini sering berakibat bahwa fungsi penggalan otak kanan yang banyak dipakai dalam banyak sekali permainan terabaikan. Akibatnya berdasarkan observasi (Clark, 1986), maka yang dibutuhkan seperti itu, kelak akan berkembang sering dengan memiliki sikap yang cenderung berselisih (hostile attitude, Clark, 1986) kepada sesama teman atau orang lain. Hal tersebut menunjuk pada sebuah pertumbuhan mental yang kurang sehat.
  Bentuk – Bentuk Mencar Ilmu Menurut Gagne

Makara desain bermain sambil berguru bagi anak kurang lebih 4-7 tahun adalah suatu condition sine qua non, bila mau tumbuh secara sehat mental, bahkan sampai dengan umur 13 atau 14 tahun bermain yakni penting bagi anak. Untuk pengertian ihwal rancangan mencar ilmu mampu dibaca di pengertian berguru menurut para andal