Klarifikasi, Pemahaman Dan Taktik Dominasi Negara Kaya Atas Negara Miskin

Penjelasan, Pengertian Dan Strategi Dominasi Negara Kaya Atas Negara Miskin
Untuk mempertanjam kerangka evaluasi kepada persoalan dominasi tersebut berikut ini akan dikemukakan suatu teori dominasi yang disebut teori “discourse and Power” (ilmu pengetahuan dan kekuasaan).

Arturo Escobar, Profesor Antropologi Pembangunan pada Smith College Northampton, USA, merumuskan bahwa penciptaan discourse (tentang) negara-negara industri (negara dominan) untuk mendominasi negara-negara miskin dijalankan melalui apa yang disebut “deployment of development” yang dikerjakan lewat tiga tahapan penting yaitu: “abnormalities’, profesionalization of development atau tecnification of development dan Institutionalization of development”.

“Abnormalities menunjuk pada sebuah situasi dan keadaan yang tidak normal karena tidak sesuai dengan apa yang diharapkan dan diharapkan oleh pihak yang merasa normal. Abnormalities dilakukan dengan penciptaan isu perihal negara-negara ketiga seperti bodoh, primitif, tradisional, miskin, underdevelopment, kurang gizi, buta karakter, krisis, dan yang terakhir barangkali terorisme. Kondisi ini disebut kondisi ‘sakit’ yang perlu disembuhkan oleh dokter. Isu ini merasuk sampai pada level komunitas yang paling bawah, bahkan rumah tangga dan individu sekalipun. Tahap ini disebut juga “the progressive incoorporation of duduk perkara” dimana banyak sekali fikiran tentang problem dikumpulkan dan disatukan.

Cara pertama ini dimaksudkan untuk melahirkan apa yang disebut “a field of intervention of power” dimana kebutuhan untuk memecahkan suasana yang tidak wajar tersebut dirasakan karena itu ruang-ruang interrvensi kekuasaan mulai terbuka.

“Profesionalization of development” atau tecnification of development”, menunjuk pada sebuah pengertian dimana suasana duduk perkara tersebut harus dipandang selaku sesuatu yang spesifik dan alasannya itu mesti dipecahkan secara spesifik pula oleh orang/kalangan orang yang ahli. Dalam tahap ini berbagai konsep dikembangkan sebagai resep-sesep untuk menormalkan negara-negara ketiga. Para andal dari negara industri berafiliasi memisahkan permasalahan development (pembangunan) dengan problem politik (dalam arti luas) melalui pendirian pusat-sentra studi pembangunan, yang menjadi alat untuk mengekspor gagasan-gagasan pembangunan ke negara-negara ketiga.

  Pergeseran Paradigma Layanan Perpustakaan Memasuki Kala Teknologi Isu
Cara ini dimaksudkan untuk melahirkan apa yang disebut “a field of kwoledge control adalah dimana ilmu wawasan akan diperankan untuk mengontrol proses-proses sosial, ekonomi dan politik. Tujuan utamanya adalah bagaimana ekonomi mampu menertibkan pembangunan secara efisien.  

“Institutionalization of development” menunjuk pada pemahaman penciptaan instrument-instrument pembangunan yang akan berfungsi sebagai fatwa proses dominasi sosial, ekonomi dan politik. Institusionalisasi pembangunan itu diciptakan disemua level. seperti dibentuknya badan-tubuh/organisasi internasional (seperti UN, Wold Bank, IMF, IGGI, CGI, Paris Club, WTO), national (mirip Bappenas, Bapeda, LKMD, PKK, dan sentra-pusat penelitian serta lembaga-lembaga pembangunaan yang lain) sebagai pegawanegeri pembangunan.

Dengan tiga tahapan taktik “deployment of development tersebut negara-negara industri maju telah mampu melakukan penetrasi, integrasi, pengelolaan, kontrol terhadap negara-negara ketiga dan penduduknya secara mendetail utamanya sejak selesainya perang dunia kedua.

Wacana dan strategi “development dan underdevelopment” itu selanjutnya mendapat tempat yang sungguh penting dinegara-negara ketiga bukan saja menjadi pengetahuan gres, namun juga kekuasaan gres dan keimanan gres, sehingga telah terjadi pergeseran yang hebat yakni dari kepentingan dominasi Barat dan Amerika kepada negara ketiga, menjelma suatu teori yang memperoleh legitimasi filosofis dan menjelma “isme’ baru (developmentalism).