Kisah Keteladanan Nabi Musa As

Gambar Ilustrasi
Kisah kehidupan Nabi Musa sungguh panjang bila di jabarkan dengan panjang lebar, seperti kisahnya baginda Nabi Muhammad SAW. Nabi Musa banyak memiliki keistimewaan berupa mukjizat-mukjizat yang diterimanya, salah satunya ia dapat mengatakan eksklusif dengan Allah SWT yang belum pernah nabi lain mampu melakukannya. 
Tugas dan peran Nabi Musa sangatlah penting dan berat, alasannya ia mesti berhadapan dengan penguasa yang sejak ratusan tahun berkuasa dengan penuh kesewenang-wenangan, memiliki banyak pengikut, memiliki banyak pasukan yang gagah dan berpengaruh, yang pada kesudahannya mengakui bahwa dirinya yaitu Tuhan yang mesti di sembah oleh seluruh rakyatnya. 
Berikut yaitu pembahasan tentang cerita keteladanan Nabi Musa As selengkapnya.
Nabi Musa lahir di Mesir pada sekitar tahun 1527 Sebelum Masehi (SM) pada kala pemerintahan Merneptah, pendapat lain mengatakan Ramses Akbar atau Thutmosis atau zaman Firaun. Musa ialah seorang pemimpin dan Nabi orang israel dan memiliki tugas menjinjing Bani Israil (Israel) keluar dari Mesir. 
Nabi Musa, namanya disebutkan sebanyak 136 kali di dalam Al Alquran. Nama lengkapnya Musa bin Imran bin Fahis bin ‘Azir bin Lawi bin Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim bin Azara bin Nahur bin Suruj bin Ra’u bin Falij bin ‘Abir bin Syalih bin Arfahsad bin Syam bin Nuh. 
Sedangkan nama ibunda Musa memiliki nama Yukabad, pendapat lain mengatakan namanya yaitu Yuhanaz Bilzal. Nabi Musa menikah dengan puteri Syu’aib yaitu Shafura (Shafrawa/Safora/Zepoporah) dan mempunyai keturunan berjumlah 4 orang, mereka ialah Alozar, Fakhkakh, Mitha, Yasin, Ilyas. 

Kronologi Lahirnya Nabi Musa As.

Pada suatu malam Fir’aun berimajinasi bahwa negeri Mesir habis terbakar dan yang tersisa hanyalah kaum bani Israil saja. Fir’aun pun menanyakan terhadap para jago nujum tentang arti mimpi tersebut. Kemudian para ahli nujum menginformasikan bahwa akan ada seorang anak pria dari bani Israil yang akan menumbangkan kekuasaan Fir’aun selaku raja. 
Mendengar hal tersebut, Fir’aun kemudian menyuruh pasukannya untuk membunuh semua bayi laki-laki yang baru lahir di Negeri Mesir. Hal tersebut bertujuan untuk menyingkir dari mimpinya menjadi kenyataan. 
Hal tersebut pun didengar oleh ibunda Nabi Musa AS yang ketika itu tengah mengandung Musa. Ia merasa sungguh cemas jika kelak bayinya terlahir sebagai pria dan akan dibunuh oleh para pasukan Fir’aun. 
Saat itu lahirlah Musa, maka ketika itu juga Musa dibuang ke Sungai Nil di dalam suatu peti yang terapung mengikuti arus sungai Nil. Peti tersebut rupanya menuju ke bak pemandian istana Fir’aun dan ditemukan oleh para pembantu istri Fir’aun. 
Pada ketika menyaksikan bayi Musa, istri Fir’aun yang bernama Siti Asiah rupanya merasa sungguh bangga dan menjinjing bayi Musa ke istana. Di sana, Asiah memohon kepada Fir’aun semoga mereka mengangkat Musa selaku anak angkat mereka. 
Pada mulanya, Fir’aun hendak membunuh bayi Musa namun sang istri justru mencegahnya. Dengan berat hati dan atas rasa cinta terhadap sang istri, hasilnya Fir’aun pun menyanggupi istri tercintanya. Saat itu istri Fir’aun memang tidak bisa mempunyai anak sehingga ketika menyaksikan Musa pun Siti Asiah merasa sangat bergembira. Sejak saat itu Musa resmi menjadi anak angkat Fir’aun dan Siti Asiah. 

Nabi Musa Tinggal di Istana Kerajaan Firaun

Pada suatu hari, Firaun memangku Musa yang masih kanak-kanak, tetapi datang-tiba janggutnya ditarik Musa hingga beliau kesakitan, kemudian berkata: “Wahai istriku, mungkin anak inilah yang hendak menjatuhkan kekuasaanku.” Istrinya berkata: “Sabarlah, dia masih anak-anak, belum berakal dan belum mengetahui apa pun.” 
Karena Firaun tidak yakin, karenanya ia menguji Musa dengan sajian Roti dan Bara api, diceritakan di dalam hadist bahwa bantu-membantu Musa bermaksud mengambil Roti akan namun oleh malaikat dialihkanlah sehingga tangannya memegang Bara Api kemudian memakannya, sejak itulah menjadi Cadal dan selamat dari ancaman Firaun. 
Sejak berusia tiga bulan sampai akil balig cukup akal Musa tinggal di istana itu sehingga orang memanggilnya Musa bin Firaun. Nama Musa sendiri diberikan oleh keluarga Firaun. “Mu” berarti air dan “sa” yaitu kawasan penemuannya di tepi sungai Nil. 

Ujian Nabi Musa Hingga Menikah

Bermula saat musa sedang melihat-lihat di sekitar kota Memphis (Nama Berhala), dia menyaksikan dua laki-laki sedang adu, masing-masing dari kelompok Bani Israel berjulukan Samiri dan bangsa Mesir berjulukan Fatun, saat itu juga Ia ingin mendamaikan mereka akan namun ditepis oleh Fatun, impulsif Musa eksklusif memukul kepala Fatun, hanya satu pukulan Fatun pun tewas. 
Sebab tindakannya itu, Musa lalu meminta ampun kepada Allah sebagaimana diceritakan di dalam Al-Qur’an; Musa berdoa: “Ya Tuhanku, bahwasanya saya sudah menganiaya diriku sendiri alasannya adalah itu ampunilah aku”. Maka Allah mengampuninya, sebetulnya Allah Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-Qashash 28: 16). 
Tidak lama berselang Musa hasilnya menikah, kasus pembunuhannya dimengerti oleh masyarakat desa sampai kabar itu sampai di pendengaran Firaun, alhasil Firaun mendelegasikan anak buahnya untuk menangkap Musa. Karena terdesak Musa balasannya lari dari Mesir, perjalanannya tak tentu arah dan tujuan sampai 8 hari, tibalah ia di kota Madyan, ialah kotanya Nabi Syu’aib di timur Semenanjung Sinai dan Teluk Aqabah di selatan Palestina. 
Nabi Musa tinggal di rumah Nabi Syu’aib cukup usang, sehingga Ia menikah dengan salah satu anak wanita Nabi Syu’malu yang bernama Shafura. 

Mukjizat Nabi Musa As.

Selepas menjalani kehidupan berkeluarga di Madyan. Musa meminta izin kepada Syu’malu untuk pulang ke Mesir. Dalam perjalanan itu, sesampainya di Bukit Sinai, Musa menyaksikan Api, beliau berpikir bahwa api itu bisa digunakannya untuk obor guna menerangi perjalanannya. 
Sejenak Musa meninggalkan istrinya untuk menerima api tersebut. sesampainya di puncak, Musa menyaksikan api itu menyala di batang pohon namun tidak mengkremasi pohon itu, Musa pun galau, lantas terdengarlah bunyi Wahyu Allah “….Wahai Musa sesungguhnya Aku Allah, ialah Tuhan semesta alam.” (al-Qashas: 30)

“…dan lemparkan tongkatmu, kalau tongkat itu menjadi ular (Musa melihatnya bergerak mirip seekor ular, beliau mundur tanpa menoleh) Wahai Musa datanglah kepada-Ku, janganlah kamu takut, sangat kamu tergolong orang yang aman.” (Al-Qashas: 31)

“…Masukkan tanganmu ke leher bajumu, niscaya keluar putih bersinar dan dekapkan kedua tanganmu ke dada kerana takut….”(al-Qashas: 32) Demikian itulah mukjizat yang dikaruniakan oleh Allah terhadap Musa; fisik besar lengan berkuasa, tongkat ular, dan tangan bersinar.

Raja Firaun murka ketika mendengar Musa pulang dengan menjinjing ajaran gres, merasa martabatnya jatuh ia hasilnya menantang Musa untuk membuktikan bahwa Ia (Musa) sungguh-sungguh delegasi Allah. Firaun menyuruh para penyihirnya untuk bertarung melawan Musa, Para penyihir melemparkan tali mereka dan berubah jadi ular. 
Selanjutnya disusul oleh Musa sehabis menerima wahyu oleh Allah : “…dan lemparkanlah apa yang ada di tangan kananmu, pasti ia akan menelan apa yang mereka buat. Sesungguhnya apa yang mereka buat itu cuma tipu daya tukang sihir dan tidak akan menang tukang sihir itu dari mana saja dia datang.” (QS. Thaha: 69) 
Musa pun melemparkan tongkatnya dan berkembang menjadi ular besar lalu memakan seluruh ular milik penyihir tadi, para penyihirpun terheran-heran melihatnya, sampai beberapa diantara mereka insaf. 
Mendengar hal itu Firaun murka dan menghukum mereka (Musa dan pengikutnya) tak terkecuali istri Firaun sendiri yang dibunuh dengan cara keji (disalip dan ditusuk kemaluannya dengan benda tajam). Nabi Musa bareng pengikutnya terpaksa melarikan diri hingga sampai di Laut Merah. 
Namun, Firaun dan tentaranya masih mengejar mereka dari belakang. Nabi Musa pun mendapatkan wahyu dari Allah: “…dan ingatlah dikala Kami belah bahari untukmu, kemudian Kami selamatkan kau dan Kami tenggelamkan Firaun dan pengikutnya sedang kau sendiri melihat.” (Al Baqarah 2:50). 
“Lalu kami wahyukan terhadap Musa: Pukullah lautan itu dengan tongkatmu: maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap pecahan adalah seperti gunung yang besar.” (QS. AsySyu’ara’: 63 
Seketika Musa memukulkan tongkatnya ke bahari merah dan terbelahlah bahari tersebut, Musa dan pengikutnya lari menyeberangi lautan tersebut, hingga sampailah mereka di tepian seberang maritim merah sedang Firaun dan tentaranya masih di tengah lautan, maka Allah menutup kembali maritim merah tersebut.  Pada jadinya Firaun dan tentaranya mati tenggelam di maritim merah. 

Nabi Musa Bermunajat di Bukit Sina

Selepas keluar dari Mesir, Nabi Musa bersama sebahagian pengikutnya dari kalangan Bani Israel menuju ke Bukit Sina untuk mendapatkan kitab panduan dari Allah. Namun, sebelum itu Musa disyaratkan berpuasa selama 30 hari di bulan Zulkaedah. 
Ketika mahu bermunajat, ia merasa wangi mulutnya kurang menyenangkan. Ia menggosok gigi dan mengunyah daun kayu (siwakan), lalu perbuatannya ditegur malaikat dan beliau diwajibkan berpuasa 10 hari lagi. Dengan itu puasa Musa genap 40 hari. 
Sewaktu bermunajat, Musa berkata: “Ya Tuhanku, nampakkanlah zat-Mu kepadaku agar saya mampu melihatMu.” Allah berfirman: “Engkau tidak akan mampu melihatKu, tetapi coba lihat bukit itu. Jika ia tetap bangkit tegak di tempatnya mirip sediakala, maka niscaya engkau dapat melihatku. 
” Musa terus memandang ke arah bukit yang dimaksudkan itu dan dengan datang-tiba bukit itu hancur hingga masuk ke perut bumi, tanpa meninggalkan bekasnya. Musa terperanjat dan gementar seluruh badan lalu pingsan. 

10 (Sepuluh) Perintah Allah Kepada Nabi Musa As.

Ketika tersadar, Nabi Musa terus bertasbih dan memuji Allah seraya berkata: “Maha besar Engkau ya Tuhanku, ampunilah saya dan terimalah taubatku maka saya akan menjadi hamba yang pertama akidah kepadaMU.” Saat itulah Allah menurunkan kitab Taurat kepada Nabi Musa As.
Menurut jago tafsir, saat kitab itu berupa pecahan kerikil atau kayu, yang diturunkan secara terang dan bertahap. Total sebanyak 10 perintah, yaitu: 
  1. Akulah Tuhan, Allahmu. Jangan ada padamu dewa lain selain-Ku.
  2. Jangan membuat bagimu patung (sembahan) yang ibarat apapun.
  3. Jangan menyebut nama Tuhan: Allahmu, dengan sembarangan.
  4. Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat.
  5. Hormatilah ayah dan ibumu.
  6. Jangan membunuh.
  7. Jangan berzina.
  8. Jangan mencuri.
  9. Jangan mengucapkan saksi dusta ihwal sesamamu.
  10. Jangan mengingini milik sesamamu (mengingini istri, atau hamba laki-lakinya, atau hamba perempuannya, atau lembunya, atau keledainya, atau hartanya, atau apapun yang dipunyai sesamamu).
Keteladanan dari Kisah dan Sifat-sifat Nabi Musa AS.

Beberapa sikap yang perlu kita teladani dari dongeng kehidupan Nabi Musa As, yaitu selaku berikut. 

a. Berani dalam menyampaikan kebenaran. Meskipun raja Fir’aun ialah penguasa yang sungguh kejam dan sewenang-wenang, tetapi Nabi Musa As tidak pernah takut untuk memberikan kebenaran. 

  Mbah, Jangan Hujan Dulu Ya!

b. Taat kepada Allah SWT. Nabi Musa sudah memberi contoh bahwa yang perlu kita sembah dan mintai santunan hanya Allah semata. Allah yakni Tuhan Yang Maha Esa. 

c. Tekun dalam belajar. Keteladanan lainnya dari Nabi Musa As ialah kesabaran ia dalam menuntut ilmu atau berguru terhadap Nabi Khidir. 

d. Suka membela kaum yang lemah. Ketika Nabi Musa As tinggal di istana Raja Fir’aun dan mendapati pertengkaran antara keluarga kerajaan Fir’aun (orang Qibti) dan rakyat jelata dari bani Israil, beliau justru membela rakyat jelata dari bani Israil yang lemah. 

e. Sabar dalam berdakwah. Allah mengutus Nabi Musa untuk mengajak penguasa biar bertindak lurus, politisi biar menjadi baik, dan orang kaya supaya menjadi pemilik harta yang baik. Akan tetapi, seruan Nabi Musa ditolak. Bahkan, mereka menuduh bahwa Musa yakni seorang penyihir dan pembohong. 

Demikianlah pembahasan wacana dongeng keteladanan Nabi Musa As, supaya ada pelajaran untuk kita seluruhnya. Wallaahu A’lam.