Ma’syiral Muslimin Rahimakumullah
Setelah kita mengucapkan kalimat tahmid, dan kalimat tahlil sebagai bentuk sanjungan dan kebanggaan kita kepada Dzat satu-satunya daerah kita menggantungkan diri dari segala sesuatu, maka tiada kata dan istilah yang sepantasnya kita sampaikan dalam majelis yang mulia ini melainkan washiyatut taqwa, yakni satu kalimat yang dengannya Allah Subhaanahu wa Ta’ala telah menyebutkan dalam sekian banyak ayat, dan Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam pun acap kali memperlihatkan washiyat kepada para shahabatnya dalam khutbah-khutbahnya dengan kalimat tersebut, sebagaimana yang pernah ia sampaikan kepada dua orang sahabat yang berjulukan Abu Dzar dan Mu’ad bin Jabal dalam riwayat at-Tirmidzi beliau Shallallaahu ‘alaihi wa sallam, bersabda:
اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَاَتْبِعِ السَّيِّئَةَ اْلحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
“Bertakwalah terhadap Allah dimana saja kau berada, dan barengilah perbuatan yang buruk dengan tindakan yang baik dan berakhlak baiklah kepada semua insan” (HR. at-Tirmudzi).
Hadits yang mulia ini, terperinci-terang sudah menunjukkan klarifikasi terhadap kita bahwa ketaqwaan itu tidak terbatas pada waktu dan daerah tertentu. Namun demikian apa yang diketahui oleh para sobat dari kalimat yang agung ini tidaklah sesederhana yang kita ketahui, sebagai kalimat yang sering kita dengar, mudah kita ucapkan, tetapi kita acapkali susah dalam mencernanya apalagi merealisasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Umar bin Khathab radhiayallahu ‘anhu pernah mengatakan dalam Riwayat shahih,
التَّقْوَى هُوَ اْلخَوْفُ بِاْلجَلِيلِ وَاْلعَمَلُ بِالتَّنْزِيلِ وَالرِّضَى بِالْقَلِيلِ وَاْلاِسْتِعْدَادِ بِيَوْمِ الرَّحِيلِ.
“At-Taqwa yaitu perasaan takut terhadap Allah, bederma dengan apa yang datang dari Allah dan Nabi-Nya, merasa cukup dengan apa yang ada, dan mempersiapkan diri dalam menghadapi hari akhir.”
Maa’syiral Muslimin Rahimakumullah
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال : قَالَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ، فِي ظِلِّهِ، يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ، الْإِمَامُ الْعَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ رَبِّهِ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ، وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ، اجْتَمَعَا عَلَيْهِ، وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ، وَرَجُلٌ طَلَبَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ، وَجَمَالٍ، فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ أَخْفَى، حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا، فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ. أخرجه البخاري ومسلم
Sabda Rasulullah saw : “Tujuh Golongan yg dinaungi Allah dihari akhir zaman yg tiada daerah berteduh selain yg diizinkan Nya swt, Pemimpin yg Adil, dan cowok yg tumbuh dengan beribadah pd Tuhannya, dan orang yg mencintai masjid, dan dua orang yg saling mengasihi alasannya adalah Allah, bersatu sebab Allah dan berpisah alasannya Allah, dan orang yg diajak berbuat hina oleh perempuan elok dan kaya namun beliau berkata : Aku Takut pd Allah, dan laki-laki yg sedekah dg sembunyi2, dan orang yg saat mengenang Allah dalam kesendirian berlinang airmatanya” (HR. Bukhari dan Muslim)
pada hadist di atas yang diriwayatkan oleh imam bukhari dan muslim, Rasulullah SAW sudah mengumumkan kepada kita umatnya, bahwa pada hari kiyamat, hari pembuktian di hadapan Allah ta’ala.
يُحْشَرُ النَّاسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حُفَاةً عُرَاةً غُرْلاً
“Manusia akan dikumpulkan pada hari Kiamat dalam kondisi tidak beralas kaki, tidak berpakaian dan belum dikhitan.” (Hadits shohih. diriwayatkan oleh Muslim, no. 5102 dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha). insan dikumpulkan di padang Mahsyar, matahari didekatkan sejauh satu mil dari mereka, sehingga insan berkeringat, hingga keringat tersebut menenggelamkan mereka sesuai dengan amalan masing-masing ketika di dunia.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:“Pada hari kiamat, matahari didekatkan jaraknya terhadap makhluk sampai tinggal sejauh satu mil.” –Sulaim bin Amir (perawi hadits ini) berkata: “Demi Allah, aku tidak tahu apa yang dimaksud dengan mil. Apakah ukuran jarak perjalanan, atau alat yang dipakai untuk bercelak mata?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sehingga manusia tersiksa dalam keringatnya sesuai dengan kadar amal-amalnya (ialah dosa-dosanya). Di antara mereka ada yang keringatnya hingga kedua mata kakinya. Ada yang hingga kedua lututnya, dan ada yang hingga pinggangnya, serta ada yang karam dalam keringatnya.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan kode dengan menaruh tangan ke lisan dia.” (Hadits shahih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 2864)
Syaikh Muhammad bin Sholih Al-‘Utsaimin rahimahullah mengatakan, “Jarak satu mil ini, baik satu mil yang umum atau mil alat celak, semuanya dekat. Apabila sedemikian rupa panasnya matahari di dunia, padahal jarak antara kita dengannya sungguh jauh, maka bagaimana jika matahari tersebut berada satu mil di atas kepala kita?!” (Syarah al-’Aqidah al-Wasithiyyah, 2/134).
Ketika matahari telah berada di atas kita pada hari kebangkitan, maka tidak ada lagi daerah berteduh dan kawasan berlindung dari panasnya terik matahari saat itu, tidak ada pohon, tidak ada awan yang mampu melindungi kepala insan.
Maka pada saat itu Allah ta’ala turun dengan kemulyaannya dengan menaiki ‘arsy nya yang di bawa oleh para malaikat. Dan allah ta’ala memanggil terhadap setiap makhluk yang mampu di dengarkan oleh semuanya baik yang berada didekat maupun yang berada di ujung jauh. Seperti yang di riwayatkan oleh Imam Bukhari dalam sebuah hadist Qudsi[1]: أنا الملك أين ملوك الأرض Saya ialah raja, dimanakah raja2 kalian di dunia, dan dalam hadist shahih lain, diriwayatkan Allah ta’ala berfirman : لمن الملك اليوم siapakah raja pada hari ini? (2 kali). Dan berfirman: لله الواحد القهار Hanya milik allah yang maha kuasa.
Dan pada ketika itu dimana insan dari zaman nabi Adam sampai zaman kita kini ini semua di kumpulkan jadi satu, tidak ada apapun yang melindungi insan, kecuali Arsy allah ta’ala, Dan disitulah Allah melindungi sekelompok manusia yang di khususkan dalam perlindunganNya. Siapakah mereka yang berhak menerima lindungan Allah. Mereka yakni 7 orang yang telah disebutkan dalam Hadist Nabi yang pertama.
Marilah kita berdoa sejenak, biar kita menjadi salah satu dari 7 golongan yang disebutkan oleh Nabi, dan mendapatkan sumbangan di hari kebangkitan, dikala tidak ada pertolongan kecuali dari Allah SWT.
Ma’syiral Muslimin Rahimakumullah
Salah satu dari ketujuh kalangan yang di sebutkan pada hadist sebelumnya yakni امام عادل imamun adilun. Pemimpin yang adil. Yaitu pemimpin yang berbuat adil menurut perintah Allah dan Rasulnya, baik itu pemimpin yang mempunyai kekuasaan besar maupun kekuasaan kecil seperti: yang dikatakan oleh imam ibn taimiyah. Sampai Sebagian Ahli ilmu berkata. “barang siapa yang berbuat adil terhadap dua orang muridnya, maka ia adalah pemimpin yang adil, dan kalau dia meberikan cobaan terhadap dua muridnya itu dan berlaku adil, maka ia termasuk dari tujuh kelompok diatas.. “ Kaprikornus Pemimpin yang adil itu bisa pada siapa pun dan dimana saja, baik itu di rumah, di sekolah dan di tempat kerja.
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wasalam bersabda :
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ أَلاَ كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالأَمِيرُ الَّذِى عَلَى النَّاسِ رَاعٍ عَلَيْهِمْ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ وَهِىَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ وَالَعَبْدُ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ.
Dari Abdullah bin Umar, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda : “Ketahuilah…Setiap dari kalian adalah pemimpin yang mau di mintai pertanggung jawabannya, seorang amir/kepala tempat ialah pemimpin bagi masyarakatnya dan akan di mintai pertanggung jawabanya ihwal kepimpinannya, seorang suami ialah pemimpin bagi keluarga dan ia bertanggung jawab kepada keluarganya, seorang istri ialah pemimpin bagi rumah suaminya dan anak-anaknya dan dia bertanggung jawab terhadap mereka, seorang pembantu yakni pemimpin bagi harta tuannya dan ia bertanggung jawab terhadapnya, setiap kalian ialah pemimpin dan tiap kalian mempunyai tanggung jawab terhadap yang di pimpinnya”. (HR. Abu Daud : 2930)
Hadits ini mengingatkan kepada kita semua — dengan apapun profesi kita dikala ini, Presiden, menteri, dubes, bupati, dosen, guru, mahasiswa, murid, suami, istri, majikan, pembantu, penggembala atau yang lain– bahwa Allah akan memintakan pertanggungjawaban dari semua amanah yang sudah Dia embankan terhadap hambaNya. Tidak ada yang dibiarkan olehNya kecuali setiap kita akan ‘diberondong’ dengan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab dan ketika itu tak ada satu makhlukpun yang mampu untuk berdusta.
Selain adil, seorang pemimpin juga di tuntut untuk berlaku bijaksana dan menjadi amanah dalam menjalankan tugas:
ان الله يامركم ان تؤدوا الأمانات الى أهلها واذا حكمتم بين الناس ان تحكموا بالعدل ان الله نعما يعظكم به. ان الله كان سميعا بصيرا
“Sesungguhnya Allah menyuruhmu untuk memberikan amanah kepada yang berhak menerimanya, dan memerintahkan kamu bila memutuskan aturan di antara manusia supaya kamu memutuskan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Ayat tersebut berkaitan dengan perintah Allah terhadap orang beriman untuk menjaga dan memberikan amanah serta berlaku adil dalam menegakkan aturan. Amanah dan keadilan adalah dua kata yang kerapkali didengar dan dikumandangkan. Itulah sebabnya berdasarkan hadits Rasulullah. pemimpin amanah lagi adil akan mendapatkan jaminan perlindungan Allah di hari Kiamat nanti.
Ma’asyiral Muslimin, Majlis Jum’at Rahimakumullah
Amanah dalam ayat di atas bersifat menyeluruh. Karena itulah diungkap dalam bentuk jamak muannats salim (amanaat). Karena cakupannya mencakup amanah yang luas, yaitu amanah melakukan ibadah terhadap Allah, amanah mendidik penduduk dan generasi muda, membina keluarga, memelihara harta kekayaan negara, dan lain sebagainya. Semua amanah itu akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah swt.
Allah menuntaskan ayat perihal amanah ini dengan dua asma Allah (وكان الله سمبعا بصيرا) “Sami’an Bashiran”. Ini memperlihatkan bahwa: “Allah Maha mendengar segala yang diucapkan, Maha mengetahui segala niat dan perbuatan. Tidak ada yang tersembunyi bagi Allah, semuanya tercatat dalam catatan-Nya.” مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ “Tiada sebuah ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaaf:18).
Di hadapan Allah, tidak ada yang bebas periksa. Kalau di dunia mungkin keadilan bisa dibeli, tapi di darul baka kelak kita dihadapkan dengan pengadilan Allah yang Maha Adil.
Dan bila seorang pemimpin mampu melaksanakannya dengan baik maka beliau akan di berikan hadiah oleh Allah ta’ala, sebagaimana yang di riwayatkan oleh, Abi Hurairah ra bahwa Nabi saw bersabda: Sesungguhnya orang-orang yang berbuat adil di segi Allah (balasan) adalah mereka berada di atas mimbar dari cahaya di sisi kanan Allah yang Maha Al-Rahman dan kedua tanganNya adalah kanan, adalah orang-orang yang berlaku adil di dalam menghukumi dan adil terhadap keluarga mereka serta adil terhadap apa yang menjadi tanggung jawab mereka”.
Namun juga sebaliknya, jika kepemimpinan itu tersia-siakan maka Allah akan membalasnya. Demikian informasi yang terdapat dalam kitab Shahih Bukhari dan juga dalam Shahih Muslim hadist dari Ma’qil bin Yasar ra berkata: Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: Tidaklah seorang hamba diberikan oleh Allah untuk mengurusi kasus rakyat lalu dia mati dalam keadaan mendustai rakyatnya kecuali Allah akan mengharamkan nirwana atas dirinya”.
Jama’ah Jum’ah yang Berbahagia
Demikianlah, Khutbah Jumat yang Sangat Menyedihkan kali ini agar benar-benar menjadi pelajaran bagi kita semua.