Khutbah Jumat Yang Puitis: Orang Yang Buta Mata Hatinya

قال الله تعالى : بَلِ الإنْسانُ على نَفْسِه بَصِيرَةٌ (14) وَلَو ألْقَى مَعَاذِيرَه (15)
Artinya :`Bahkan insan menjadi saksi atas dirinya; walaupun ermacam-macam bantalan an ia lemparkan (Q.S al-Qiyamah, 75: 14-15)
Tidak sedikit di antara kita yang terlena dan terlelap dalam kehidupan yang sarat dosa dan kemaksiatan. Bahkan tidak sedikit pula orang yang menikmati dan merasa bahagia hidup dalam dunia penuh dosa tersebut. Orang-orang yang seperti ini kadangkala tidak peduli orang lain; tidak peduli orang lain menyaksikan, menghardik, protes bahkan mecaci maki tindakan mereka. bagi orang-orang ini yang paling penting adalah jabatan, prestise, dan harta kekayaan untuk kesenangan dan kekayaan pribadi, keluarga dan kroni-kroninya.
Fenomena di atas mampu kita lihat dan saksikan di negri kita tercinta. Di negri ini seorang koruptor ulung bisa dengan ”gagah” duduk di atas singgasana kekuasaan; atau seorang jaksa agung yang memiliki harta kekayaan dari sumber yang tidak bisa difahami adanya; ataupun penjahat-penjahat berdasi dengan bebas dan leluasa menjalankan aksi bejatnya. Namun, dikala kejahatan itu terbongkar, mereka berusaha mengeluarkan hujjah dan argumentasi-alasan untuk membela dosa-dosa mereka; padahal dibalik hujjah dan argumentasi-alasan tersebut, hati kecil mereka mangakui bahwa diri-diri mereka telah berbuat dosa. Maka benarlah Firman Allah SWT: yang Artinya: Bahkan insan menjadi saksi atas dirinya; meskipun beragam alasan beliau lemparkan (Q.S al-Qiyamah, 75: 14-15).
Bahkan manusia menjadi saksi atas dirinya Khutbah Jumat yang Puitis: Orang yang Buta Mata Hatinya
Al-Farrah seorang penyair berbangsa Arab pernah berujar bahwa `orang-orang yang tetap dalam kehidupan yang sarat dosa yaitu mereka yang kehilangan atau buta mata hatinya. Ketika seseorang telah kehilangan mata hatinya, maka segala yang beliau perbuat pasti akan senantiasa ada dalam dosa; sementara orang yang bisa mempertahankan mata hatinya, maka beliau akan selalu berbuat sesuai dengan tutorial mata hatinya . Hal tersebut senada dengan sabda Rasulullah saw:
قال رسول اللّه ص.م : الا إِنّ فِى الجَسَدِ مُضْغَةٌ. إذا صَلُحَتْ صَلُحَ الجَسَدُ كُلّه وَإذا فسَدَتْ فَسدَ الجسدُ كُلُّه الا وَهِي القَلْبُ.
Artinya :`ingatlah! bahu-membahu dalam jasad itu ada segumpal darah, apabila ia bersih, maka higienis pulalah seluruh jasadnya; tetapi kalau beliau rusak maka rusak pula seluruh jasadnya, dialah hati`.
Ada beberapa hal yang menimbulkan seseorang kehilangan mata hatinya, di antara aspek-aspek tersebut yaitu :
  • Godaan syetan
Harus disadari oleh kita bahwa, syetan ialah musuh utama dan lawan awet bagi manusia. Seorang insan tidak akan pernah leluasa hidup dalam kebaikan sebab akan selalu digoda dan dirayu oleh syetan biar tergelincir dari jalan yang benar. Hal ini sebagaimana yang sudah diproklamirkan oleh syetan sendiri dalam al-Quran: Artinya: Iblis menjawab: “Karena Engkau Telah menghukum aku tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus’ (Q.S al-’Araf, 7:16)
  • Kerasnya Hati
Apabila seseorang telah terbiasa melakukan dosa dan kemaksiatan, maka tindakan-perbuatan tersebut akan menutup terhadap kejernihan hatinya. Hal ini tersirat dalam firman Allah SWT:  Artinya: bukan begitu, bahkan apa yang telah mereka kerjakan telah menutup hati-hati mereka (Q.S al-Muthaffifin, 83:14).
Bahkan saat hati seseorang sudah keras karena seringnya berbuat dosa, maka kerasnya hati tersebut akan melebihi kerasnya watu; sekeras-kerasnya kerikil tetapi ketika terus menerus terkena air, maka batu tersebut akan terbelah. Namun apabila hati yang keras, maka sukar sekali untuk kembali dijinakkan kecuali dengan hidayah Allah SWT. Hal ini sebagaimana Firman-Nya: Artinya: Kemudian sehabis itu hatimu menjadi keras mirip batu, bahkan lebih keras lagi. padahal diantara kerikil-watu itu sangat ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya dan diantaranya sangat ada yang terbelah kemudian keluarlah mata air dari padanya dan diantaranya sangat ada yang meluncur jatuh, Karena takut kepada Allah. dan Allah sekali-sekali tidak lengah dari apa yang kau lakukan. (Q.S al-Baqarah, 2:74)
  • Hilangnya rasa aib
Rasa malu bagi seorang manusia ibarat rem dalam sebuah kendaraan; dikala dia akan berbuat satu dosa, maka rasa malu ini salah satu aspek yang mampu mencegahnya. Ketika rasa malu itu hilang dalam diri seseorang, maka dia tidak akan segan-segan untuk berbuat dosa. Rasulullah saw bersabda ”Apabila kamu tidak aib, maka berbuatlah sesuka hatimu” (H.R Bukhari)
  • Hilangnya rasa amanah
Seorang insan akan merasa tentram dalam berbuat dosa alasannya adalah pada dirinya hilang rasa amanah. Ia mengejar-ngejar jabatan, harta dan kesenangan bagi dirinya tanpa menghiraukan amanah bagi orang lain. Padahal sifat amanah ini wajib ditunaikan oleh orang-orang yang mengaku dirinya sebagai orang-orang yang beriman, sebagaimana Firman Allah SWT: Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kau menyampaikan amanat terhadap yang berhak mendapatkannya, dan (memerintahkan kau) kalau memutuskan aturan di antara insan biar kau memutuskan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik mungkin kepadamu. Sesungguhnya Allah ialah Maha mendengar lagi Maha Melihat. (Q.S an-Nisa, 4:58).
Itulah beberapa faktor yang menyebabkan seorang insan terlelap dalam kehidupan yang penuh dosa. Pada Khutbah Jumat yang Puitis ini pada dasarnya ada satu hal yang mesti menjadi pegangan bahwa, seseorang yang tidak mengakui dosa-dosa yang sudah diperbuatnya adalah orang-orang yang tak maujujur pada diri sendiri, orang yang angkuh, dan orang-orang yang telah kehilangan mata hatinya. Wallaahu `alamu bish-shawwaab